Zie melangkah masuk, memutar tubuhnya agar Sean bisa membantu meloloskan gaun yang melekat di badannya. Ia diam-diam membuang napas dari mulut untuk meredam perasaan grogi yang mendera, Zie menelan ludah. Ia merasakan Sean mengecup pundaknya dengan sangat lembut. “Zie, kamu mungkin mengira aku menggombal, tapi aku benar-benar menyukai aroma tubuhmu.” Sean memutar pelan tubuh Zie, dia menarik tangan istrinya berjalan meninggalkan gaun yang kini teronggok di lantai. Sean membelai kembali pipi dan mencium bibir wanita itu penuh kasih, Sebelum tangannya mulai bermain ke bagian dada wanita itu, lalu mengalihkannya ke paha karena takut asupan gizi Ken menetes keluar. Zie mendesah, gelenyar aneh kini mulai menguasai tubuhnya. Ia tak bisa mengendalikan libido yang kian membuncah dan secara impulsif meremas inti tubuh Sean di bawa sana. Keduanya saling memberikan rasa nyaman, hingga hasrat tak lagi terbendung. Sean mengajak Zie masuk ke dalam jacuzzi yang penuh air hangat setelah melucuti se
Sean rasanya masih enggan melepaskan pelukannya ke Zie, dia menghirup aroma tubuh istrinya itu dalam-dalam, sambil sesekali menciumi puncak kepala dan pipi. "Sean, aku lelah. Aku juga mengantuk, aku tadi bangun untuk memompa ASI lagi untuk Ken." Suara lengket Zie membuat Sean merasa kasihan. Dia akhirnya membiarkan sang istri istirahat dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Zie yang hanya berbalut piyama satin tipis. "Tidurlah! Aku tidak ingin kalau kamu sampai sakit," bisik Sean. Ia yakin sudah membuat sang istri kehilangan banyak energi karena meladeninya semalaman. Zie bahkan berkata lututnya hampir copot tadi. Sean tersenyum mengingat ucapan itu, dikecupnya kening Zie sebelum turun dari atas ranjang menuju kamar mandi. Pria itu membersihkan tubuhnya yang lengket karena servis memuaskan dari sang istri. Ia membalut bagian bawah tubuhnya dengan handuk sambil mematut diri di depan cermin. "Sean, berjanjilah! kamu harus menjadi suami dan ayah yang baik mulai saat ini," ucapnya.
"Tanya apa?" Perasaan Raiga berubah tak enak. Ada ketakutan yang menjalar di hatinya melihat tatapan aneh dari Zie. "Kulitmu semakin gelap. Apa kamu tidak pakai skin care?" Sean tak bisa menahan tawa mendengar ucapan istrinya. Apalagi wajah Raiga dari tegang berubah menjadi masam. Pria itu mencebik kesal, tapi lega karena setidaknya masih tidak ada orang yang curiga tentang perasan yang dia pendam sendiri. "Ken, kamu tidak merepotkan oma dan opa 'kan?" tanya Sean mengabaikan muka sang adik yang cemberut. Ia mendekat ke Zie untuk menggoda putranya. Bayi berumur enam bulan itu tertawa dan mengulurkan tangan seolah ingin digendong sang papa. Namun, lagi-lagi Sean merasakan kepalanya seperti dihantam palu. Dia limbung sampai Raiga harus menahan tubuhnya. "Sean!" teriak Zie panik. Pembantu dan Ghea yang hendak turun ke lantai bawah juga ikut terkejut. Mereka buru-buru mendekat untuk memastikan apa yang terjadi sampai ibunda Keenan itu berteriak seperti tadi. "Apa kamu tidak apa-apa?
"Bulan madu? Ke mana? Aku tidak mungkin meninggalkan Ken lama-lama, kamu tahu sendiri, sedikit repot pergi karena aku harus memompa ASI."Zie mengedipkan mata karena wajah Sean begitu dekat. Dia takut Agita tiba-tiba masuk ke dalam lalu melihat posisinya dan Sean yang seintim ini."Sean, aku ke sini untuk mengecek kondisimu, bukan ingin bermesra-mesraan denganmu." Zie menegakkan kepala, dan apa yang selanjutnya terjadi tentu sudah bisa ditebak dengan sangat mudah.Sean menubrukkan bibir mereka, mencium lembut bahkan menyesap bibir Zie. Pria itu membuat sang istri gemas lalu memukul lengannya bertubi-tubi."Sean, kamu ya!"Perdebatan intim antara Sean dan Zie itu pun terdengar ke telinga Agita. Sekretaris yang merupakan adik kelas Sean dan teman seangkatan Zie semasa SMA itu memulas senyum tipis. Dia memilih untuk fokus ketimbang iri membayangkan kemesraan pasangan suami istri yang sedang dimabuk asmara itu.Sean tersenyum melihat tingkah Zie yang dirasa sangat menggemaskan, dia membim
“Apa Ken sudah tidur?” Zie masuk ke kamar sambil tersenyum-senyum. Meski di bawah tadi dia mencurahkan rasa gundahnya ke Gia, tapi setelah melihat Sean lagi dia merasa tidak perlu resah, asal bersama pria yang sangat dicintainya ini, apapun yang terjadi pasti bisa dia hadapi dengan kuat dan berani. Ia meyakini, Sean pasti baik-baik saja. Pria itu sehat, bahkan bisa mengajaknya bercinta sampai hari menjelang pagi. “Sudah, apa kamu mau mengucapkan selamat malam ke dia?” Zie mendekat, dia menghirup aroma tubuh Sean saat sudah berada tepat di depan pria itu. “Kamu memakai sabunku, tapi kenapa aku sangat menyukai baunya sekarang? Ah…. Mungkin karena itu bercampur dengan aroma alami tubuhmu,”ucap Zie asal. Ia membuat Sean tertawa lantas menarik tangannya. “Kenapa kamu sangat menggemaskan?” Sean memuji lantas mencium bibir Zie dengan cara menekan. Pria itu menghisap bibir Zie kuat-kuat lantas tertawa mendapati istrinya itu mengerucutkan bibir. “Sean! apa kamu alat penyedot debu?” “Kenap
“Sebenarnya saat berada di lapangan, selain tim relawan yang berangkat denganku, ternyata juga ada tim lain yang datang, mereka dari sebuah yayasan yang bisa dibilang cukup ternama, dan aku …. “Raiga menjeda lisan lantas menelan ludah susah payah mendapati Daniel memandanginya lekat.“Kamu … lalu apa?”“Aku dan dia melakukan itu.”Raiga memejamkan mata setelah berhasil jujur ke sang papa. Mulut Daniel dibuatnya menganga karena tak percaya. Di satu sisi Daniel tidak menganggap hal ini masalah besar karena sadar buah jatuh pasti tak jauh dari pohonnya. Sifatnya dulu kurang lebih pasti menurun ke salah satu putranya. Namun, kenapa harus dua-duanya? Parahnya baik Sean dan Raiga juga harus terlibat cinta satu malam.“Bagaimana kamu tahu sudah melakukan itu?” selidik Daniel.“Ada bercak darah.”“Damn! Perawan Rai?” Daniel mengumpat karena tak percaya.“Pa, aku juga perjaka. Aku baru pertama itu melakukannya dengan wanita.”“Oh … shit! Rai!” Daniel meremas sisi kepalanya sendiri. Ia benar-b
“Apa maksudmu, Sean?”Daniel ketakutan, meski tahu ke mana arah pembicaraan ini, tapi sebagai ayah dia merasa tidak siap.“Apa yang harus aku lakukan, Pa? aku tidak ingin Zie sedih, aku tidak bisa membiarkan Ken menjadi yatim.”Daniel berdiri dan langsung memeluk tubuh sang putra. Seumur hidupnya setelah dewasa, baru kali ini dia melihat Sean menangis. Daniel juga tak bisa menahan rasa sesak di dadanya. Ia dan Ghea bahkan sudah pernah menangis semalaman saat Sean tak sadarkan diri setelah kecelakaan yang menimpanya.“Ken tidak akan menjadi yatim, kita bisa mencari jalan lain. Papa akan mencarikan dokter terhebat di dunia untuk bisa menyembuhkanmu,” kata Daniel. Meski tanpa Sean ceritakan, dia yakin bahwa kondisi sang putra pasti sangat parah. Daniel terus memeluk Sean, hingga anaknya itu mulai bisa mengendalikan emosi dan perlahan mengurai pelukan.Sean menjelaskan pertemuannya dengan dokter Billy, hingga Daniel meminta Sean untuk jujur saja ke Zie.“Kami sedang menikmati masa-masa in
“Kenapa kamu tidak kembali ke sini?” “Aku sepertinya tidak akan kembali ke sana, lagipula program itu hanya tinggal dua minggu.” Raiga menutup panggilan temannya. Ia meletakkan ponsel ke meja dengan kasar tanpa menyadari Ghea berdiri tepat di belakangnya. Wanita yang melahirkannya itu bukannya tidak tahu kalau sang putra sedang murung, hanya saja Ghea tidak ingin memaksa jika memang Raiga tak ingin bercerita. Ghea memeluk Raiga dengan melingkarkan tangan ke leher, putranya itu pun menoleh kaget lantas mencium pipinya. “Mama belum tidur?” “Papamu belum pulang.” “Apa lembur?” tanya Raiga. Sejujurnya dia merasa kasihan ke Ghea yang setiap hari sendirian di rumah sebesar itu. Meski diam dan tak pernah mengeluh, Raiga tahu sang mama pasti kesepian. “Mungkin,”jawab Ghea masih terus memeluk erat sang putra bungsu. “Seharusnya Mama minta saja Sean dan Zie tinggal di sini, jadi rumah ini tidak sepi karena ada Keenan.” Ghea mengukir senyum mendengar perkataan Raiga. Di satu sisi terdeng
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem