“Zie, aku tahu di dunia ini banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan dengan mudah. Atau malah tidak akan mungkin kita miliki,”ujar Surya. “Sebenarnya aku juga merasa bersalah karena sudah menempatkanmu dalam situasi yang sulit, aku tahu kamu menerimaku karena terpaksa.”“Surya!” Zie melihat keseriusan di wajah pria yang duduk di sebelahnya ini, dia tatap wajah Surya lekat dan matanya mulai merambang. Sean yang menyaksikan semakin dibuat panas hati, tapi dia tidak ingin gegabah dalam mengambil sikap, dia merasa cukup waras untuk tidak mempermalukan diri sendiri.“Kenapa harus ada adegan tatap menatap seperti itu, apa mau aku colok matanya? Sialan!”umpat Sean.“Aku yakin kamu sudah memutuskan sejak hari di mana Sean datang bersama orangtuanya, hanya saja kamu pasti sungkan untuk menerima lamaran keluarganya di depan keluargaku.”Zie semakin tak bisa berkata-kata, apa yang Surya bicarakan terlalu tepat dan benar sehingga tidak bisa dengan mudah dia elakkan.“Katakan Zie, apa keinginamu
Zie masih saja menangis, dia berpikir ini hanya ilusi. Mana mungkin Sean berada di sana dan memeluknya seperti ini. Zie pun menjauhkan kepala, dia mendongak lalu dengan jari telunjuknya menusuk perut Sean yang masih berdiri tepat di depannya.“Kamu benar Sean?”“Astaga, Zie! Apa kamu pikir aku setan?” tanya Sean yang heran dengan tingkah wanita berumur dua puluh delapan tahun ini.“Sean, kamu mengikutiku dan Surya?” tuduh Zie. Ia berdiri sambil mencoba mengumpulkan kesadaran. “Benarkah apa yang kamu katakan tadi?”lirihnya.Sean tersenyum, diraihnya lengan Zie lantas memeluk tubuh wanita yang sangat dia cintai, dia benci, dia lupakan dan kini dia cintai lagi.“Aku mencintaimu, tetaplah di sisiku, Zie!” ucap Sean.Zie mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia menangis lagi, tapi kini tangannya mengulur memeluk pinggang Sean. Ia menyandarkan kepala ke dada pria itu, membiarkan dirinya kembali luluh ke dalam cintanya yang memang sejak lama bermuara di hati untuk Sean. "Sudah, jangan menangis
Tak berselang lama, Zie keluar. Ia langsung meraih Ken dari gendongan dan meminta Sean untuk mandi. Zie buru-buru keluar dari kamar karena merasa tak enak jika harus berada di sana, mereka jelas belum menjadi pasangan sah kembali.Zie menggendong Ken dengan satu tangan, menuruni anak tangga ingin mengambil camilan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Mantan Wali kota yang menjabat hanya sehari itu menyapa Gia dengan senyuman lebar, tak sadar wanita itu sedang gundah memikirkan hubungannya dan Sean.“Zie, bagaimana bisa kamu pergi dengan Surya pulang dengan Sean?” Gia tak bisa membendung rasa penasaran yang bercokol di dada, jika tidak diungkapkan dia tidak akan tidur tenang malam ini.Gia tak percaya, putri kesayangannya itu malah tertawa. Zie duduk di kursi makan lalu membuka belahan piyamanya untuk menyusui Ken sambil menyantap kue yang dia temukan di kulkas.“Karena Sean ikut, dan Surya meninggalkanku,”jawab Zie dengan enteng. Dikecupnya kening Ken setelah itu dia memasukkan ku
“Apa kamu benar mau tahu sifat jelekmu yang aku benci? Kamu siap mendengarnya?”“Hem… tentu saja aku siap, katakan! aku tidak ingin hubungan kita diawali dengan sesuatu yang ditutupi,”kata Sean.Zie mengerjap, dia tak tahu kenapa semua kejelekan Sean yang ada di kepalanya seketika menguap. Zie merasa menjadi wanita bodoh lagi karena tidak bisa mengungkapkan tentang hal yang tak dia sukai dari pria ini. Padahal saat Sean membuat dirinya nelangsa, semua keburukannya mengisi kepala.“Aku benci karena kamu sangat mudah untuk dicintai,”ucap Zie pada akhirnya.Sean kaget, dia tidak menyangka Zie akan mengatakan hal seperti ini. Ia malah merasa bersalah karena terus saja membuat Zie susah hati. Sean mendekat, tanpa berkata-kata dipeluknya tubuh Zie dengan sangat erat.“Zie, seandainya saat itu kita menjadi sepasang kekasih, apa menurutmu hubungan kita akan langgeng?” bisik Sean.“Entah, yang pasti aku sudah tidak ingin menoleh ke belakang lagi, aku ingin menjalani hidup dengan bahagia,” jawa
“Itu sudah pasti, seperti yang aku bilang dia ditumbalkan oleh Joni,”kata Sean. “Zie, apa kamu tidak ingin kembali menjadi direktur LPA?”tanyanya kemudian.“Tidak Sean, untuk apa? aku punya anak yang super kaya raya, bahkan dengan hanya ongkang-ongkang kaki saja aku bisa hidup,”jawab Zie jemawa. Ia tidak sadar kalau ucapannya barusan bisa menjadi boomerang, karena tak berselang lama Sean menggoda-“Lalu untuk apa kamu bekerja? Selain punya anak yang super kaya, apa kamu tidak melihat siapa yang berdiri di depanmu sekarang?” Sean menyombongkan diri, dia menaikkan dagu lantas bersedekap dada.“Siapa yang ada di depanku? Maksudmu dia?” tunjuk Zie ke Sean. “Ini manusia gelato, bukan pohon uang.”Sean yang gemas pun sengaja hendak menggigit jari Zie, beruntung wanita itu menjauhkannya lebih dulu, mereka tertawa renyah, tak sadar membuat Gia dan Airlangga yang sejak tadi berdiri di ambang pintu terperangah.“Apa dulu kita begitu? Merasa dunia hanya milik berdua saat jatuh cinta?” tanya Gia.
Marsha ikut bahagia mendengar Sean ingin melamar Zie, tentu saja dia tidak akan keberatan, di ulangtahun pernikahannya nanti akan menjadi hari di mana sang sahabat juga mendapatkan cinta sejati. Marsha mematikan panggilan dan tak terasa air matanya menetes ke pipi. Bagus yang melihatnya pun merasa heran, tapi dia tidak cemas. Marsha terlihat tersenyum sambil menghapus sudut mata, tandanya wanita itu menangis karena haru bukan karena sedih.Bagus mendekat, dia tak bisa menyembunyikan rasa pensarannya dan bertanya apa sesuatu yang baik baru saja terjadi.Marsha mengangguk cepat dan berkata,”Seandainya kamu tahu bagaimana rumitnya hubungan Sean dan Zie.”“Mereka saling mencintai tapi tak bisa mengungkapkan isi hati, begitu ‘kan?” tebak Bagus.“Hem … dan kamu tahu? aku terkadang merasa semua ini berkatmu juga, untung masih ada gigolo mata duitan sepertimu tapi baik hati,”ucap Marsha tanpa sedikitpun rasa sungkan.Mata Bagus mendelik, dia menggertak Marsha tanpa bersuara karena mulut wan
Zie keluar sambil menggendong Ken menuju halaman rumah Marsha yang sudah disulap menjadi tempat diadakannya pesta. Memang sedikit aneh pesta ulangtahun bocah disatukan di hari yang sama dengan ulangtahun pernikahan orangtuanya.Namun, bukan Marsha namanya jika pikirannya sama dengan orang pada umumnya. Acara ulangtahun Serafina sudah dimulai, para orangtua duduk di ruang tamu terutama bapak-bapak - yang merasa tidak mungkin ikut berdiri di antara tamu anak-anak kecil, yang sedang dihibur oleh badut sulap. Zie nampak berdiri dan mencari-cari sosok Sean, dia sedikit kecewa tak melihat mantan suaminya itu berada di sana, meski begitu Zie tetap ceria, menggendong Ken yang sejatinya belum mengerti apa itu pesta. Bayi itu tertawa bahkan cekikikan kala orangtua teman Serafina menyapa dan mengajaknya bercanda. Siapa yang tidak kenal dengan Zie, Sean dan juga bayi mereka. Ken ternyata diam-diam masuk nominasi bayi terkaya versi sebuah majalah bisnis. Zie bahkan tidak mendengar tentang hal itu
"Sudah siap?" Gia masuk ke dalam kamar tipe presiden suit yang ditempati putrinya. Di sana ada Zie yang sedang duduk, dan Marsha yang berdiri di depannya. Dengan balutan kebaya modern, Zie nampak sangat anggun, dia sudah siap untuk duduk bersanding dengan Sean di depan penghulu. "Tidak perlu grogi! seperti perawan yang baru pertama kali mau nikah aja." Cibiran Marsha membuat Zie gemas dan mengayunkan tangan memukul lengan sang sahabat. Marsha sama sekali tak berubah, dia tetap ceplas-ceplos meski sudah memiliki dua orang anak. "Ayo sudah saatnya keluar, jangan membuat Sean menunggu lama." Gia sejak pagi juga tak kalah grogi, dia berdoa bahkan berpuasa sebelum acara hari ini digelar. Tujuannya hanya satu, berharap Tuhan melancarkan pernikahan sang putri. Zie mengangguk, dia membuang napas kasar dari mulut sebelum berdiri dan keluar menuju ballroom di mana akad dan resepsi pernikahannya dengan Sean akan digelar tanpa jeda waktu. Persiapan yang sangat singkat, tak menjadi masalah b
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem