“Zie, apa yang kamu lakukan? cepat mandi dan bersiap?”Tanp Zie sadari, Sean ternyata menyusulnya. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar Gia dan Airlangga untuk menghardik sang mantan istri.“Memang kita mau ke mana? aku harus bilang dulu ke Surya,”jawab Zie tanpa menegakkan badan, dia hanya menolehkan kepala ke sisi kanan.“Aku ingin mengajakmu ke SMA kita, bukankah kita pernah janji akan datang ke kantin lagi bersama,”ucap Sean.Zie seperti baru tersadar. Ya, Sean memang sudah mengingat kenangan tentang dirinya. Mungkinkah memori malam panas yang pernah mereka habiskan bersama juga kembali? pipi Zie merona, pagi hari memang waktu rawan untuk memikirkan hal berbau dua puluh satu.“Zie tolong kondisikan pikiranmu!” Zie merutuki pikiran bodohnya. Ia akhirnya bangun dan berdiri tepat di depan Sean. “Tunggu! aku mandi dan mengabari Surya dulu,”ucap Zie setelah itu berlalu.Sean sangat senang, dia tatap punggung Zie yang berjalan menjauh sambil menggaruk rambut.“Aku pasti akan ber
Zie menoleh keluar jendela mobil memastikan di mana Sean berada. Dengan apron bercorak kebun binatang dia menutupi bagian depan tubuh sibuk memompa ASI. Dadanya tadi terasa penuh dan sakit, sehingga dia pun meminta waktu memerah ASI di dalam mobil. Zie tersenyum sendiri mengingat Sean menyebut kata 'manusia gelato kesayangan ', sungguh ungkapan yang mengatakan bahwa hati manusia itu rumit memang benar. Zie senang mendengarnya, tapi sedih karena dia belum bisa memastikan akan menerima Sean lagi atau belum. Ia hanya takut disakiti lagi, seperti yang sudah dia yakini di dalam hati, Zie enggan mencintai, dia ingin dicintai. Terlarut dalam lamunan tak bertepi, Zie sadar lalu menengok botol yang terhubung dengan selang mesin pompa, botol itu hampir penuh dan dia pun lega karena payudaranya terasa ringan. Wanita itu bergegas mengemasi peralatan perang yang dibawa, pompa ASI, botol dan cooler bag untuk menyimpan asupan gizi Keenan. Zie keluar pintu penumpang bagian depan sambil merapik
Sepuluh menit yang lalu, Zie baru saja sampai di toko gelato yang sering didatanginya dan Marsha dulu. Toko itu masih sama, masih mempertahankan keontetikan tempat juga rasa, membuat toko gelato itu tak pernah sepi pengunjung. Sean dan Zie bahkan harus rela antri untuk memilih rasa makanan dingin dan lembut itu.“Cokelat,”ucap Zie saat pelayan menanyakan rasa apa yang dia hendaki.“Satu rasa saja kak? bisa di mix dua rasa.”Zie hanya tersenyum, pelayan toko itu baru dan sepertinya tidak tahu kalau dia termasuk pelanggan setia di sana. Hingga satu orang pelayan senior muncul dari dalam membawa satu wadah gelato baru untuk diletakkan di display.“Mba Zie, sudah lama nggak ke sini,”sapanya.“Iya karena tidak ada teman makan,”jawab Zie sambil menerima es krimnya.Pelayan senior itu pun heran, matanya menatap Sean yang berdiri tepat di sebelah Zie. Ia mengambil kesimpulan sendiri mengingat jawaban Zie.“Jadi apa sekarang sudah ada teman makan?” godanya.Sean tersenyum tipis, dia tinggi hat
“Sean, aku dengar kamu kencan dengan Zie hari ini. Wah … apa menyenangkan?”Sean baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, belum juga amarahnya reda karena menyaksikan kedekatan Zie dan Surya, tapi Marsha yang saat itu kebetulan berada di rumah papanya tiba-tiba menanyakan apa kencannya dan Zie menyenangkan.Sean diam seribu bahasa, berubah menjadi mahkluk dingin seperti gelato yang baru saja dia makan tadi.Marsha yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mencebik lantas menggerutu. Ingin rasanya dia jambak rambut sang sepupu, jika saja umur mereka masih balita.“Biarkan saja, Sya. Nanti juga kalau sudah tenang dia akan cerita.”Ghea membaca undangan yang baru saja diberikan oleh Marsha. Keponakannya itu akan merayakan ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahun putri pertamanya, Ghea sendiri heran, keluarga Kimi sejak dulu senang sekali mengadakan pesta, mungkin karena Richie memiliki sifat yang lebih mirip dengan almarhumah mertuanya dibanding dengan Daniel.“Bagaimana dia bisa m
Malam itu, Zie tak bisa tidur. Ia bahkan lupa mengirim pesan di grup untuk memberitahu Surya. Hari Sabtu sudah dia habiskan bersama Sean, dan Minggu saatnya pergi berkencan dengan Surya.Zie tak sadar sudah membuat pria itu dan bahkan Sean gelisah. Ketiga orang itu sama-sama tidak bisa tidur. Hingga Zie memutuskan, dia mengirim pesan ke grup chat itu.Zie[ Hari ini aku sudah pergi bersama Sean, jadi besok aku akan pergi bersama Surya]Sean tak menjawab, dia ranjang empuknya pria itu hanya memandangi tulisan Zie dan cemburu, membayangkan apa yang akan dilakukan sang mantan istri dengan Surya membuat Sean gerah. Ia sambar remot pendingin ruangan dan menurunkan suhunya.“Mereka, lihat saja aku akan mengacukan kencan mereka,”gumam Sean.☘️☘️☘️Hari pun berganti, Daniel dan Ghea bangun lebih siang karena hari libur. Mereka kaget mendapati ada bekas sarapan di meja. Ghea lantas bertanya ke sang pembantu dan dijawab kalau Sean bahkan sudah rapi sejak subuh tadi.“Apa yang dia lakukan?” tany
Perjalanan menuju taman bermain memakan waktu cukup lama, ini mungkin karena hari ini adalah hari Minggu. Semua orang yang sehari-hari sibuk bekerja memilih untuk keluar jalan-jalan guna melepas penat yang mendera, atau sekadar menghabiskan waktu bersama orang tercinta mereka.Banyak hal yang dibahas Zie dan Surya selama perjalanan, salah satunya tentang apa yang akan Zie berikan ke Ken untuk MPASI pertamanya. Zie sendiri antusias jika sudah menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan Ken, bayi tampan yang sudah kaya sejak embrio itu memang kini menjadi prioritas utamanya, hingga setelah semalaman memikirkan untuk memilih antara Sean dan Surya, Zie memutuskan untuk ….“Akhirnya kita sudah sampai.” Ucapan Surya menyadarkan Zie dari lamunan. Ibunda Ken itu terkejut, terlihat jelas di mata Surya kalau Zie sedang melamun, pria itu memulas senyum menyembunyikan sedikit rasa kecewa yang mendera. Sebagai pria dewasa Surya tahu bahwa Zie sedikit terpaksa pergi dengannya. Apalagi seorang pria
“Zie, aku tahu di dunia ini banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan dengan mudah. Atau malah tidak akan mungkin kita miliki,”ujar Surya. “Sebenarnya aku juga merasa bersalah karena sudah menempatkanmu dalam situasi yang sulit, aku tahu kamu menerimaku karena terpaksa.”“Surya!” Zie melihat keseriusan di wajah pria yang duduk di sebelahnya ini, dia tatap wajah Surya lekat dan matanya mulai merambang. Sean yang menyaksikan semakin dibuat panas hati, tapi dia tidak ingin gegabah dalam mengambil sikap, dia merasa cukup waras untuk tidak mempermalukan diri sendiri.“Kenapa harus ada adegan tatap menatap seperti itu, apa mau aku colok matanya? Sialan!”umpat Sean.“Aku yakin kamu sudah memutuskan sejak hari di mana Sean datang bersama orangtuanya, hanya saja kamu pasti sungkan untuk menerima lamaran keluarganya di depan keluargaku.”Zie semakin tak bisa berkata-kata, apa yang Surya bicarakan terlalu tepat dan benar sehingga tidak bisa dengan mudah dia elakkan.“Katakan Zie, apa keinginamu
Zie masih saja menangis, dia berpikir ini hanya ilusi. Mana mungkin Sean berada di sana dan memeluknya seperti ini. Zie pun menjauhkan kepala, dia mendongak lalu dengan jari telunjuknya menusuk perut Sean yang masih berdiri tepat di depannya.“Kamu benar Sean?”“Astaga, Zie! Apa kamu pikir aku setan?” tanya Sean yang heran dengan tingkah wanita berumur dua puluh delapan tahun ini.“Sean, kamu mengikutiku dan Surya?” tuduh Zie. Ia berdiri sambil mencoba mengumpulkan kesadaran. “Benarkah apa yang kamu katakan tadi?”lirihnya.Sean tersenyum, diraihnya lengan Zie lantas memeluk tubuh wanita yang sangat dia cintai, dia benci, dia lupakan dan kini dia cintai lagi.“Aku mencintaimu, tetaplah di sisiku, Zie!” ucap Sean.Zie mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia menangis lagi, tapi kini tangannya mengulur memeluk pinggang Sean. Ia menyandarkan kepala ke dada pria itu, membiarkan dirinya kembali luluh ke dalam cintanya yang memang sejak lama bermuara di hati untuk Sean. "Sudah, jangan menangis