“Permisi, bisakah Anda lebih tersenyum lagi?” pinta sang fotografer pada Zeus—yang sedang mengambil gambar sesi pemotretan Zeus dan Vintari.Zeus mengangguk, tapi pada akhirnya dia kembali melakukan hal yang sama.“Mempelai pria, tolong tersenyum lebih lebar lagi. Jarak kalian terlalu jauh. Bisakah Anda memeluk pinggang mempelai wanita, lalu menatapnya dan mendekat seperti akan berciuman?” Fotografer itu kembali mengarahkan gaya untuk Zeus dan Vintari setelah sekian banyaknya jepretan, tapi tak ada satu pun yang memuaskan.Benar, akhirnya Zeus dan Vintari mengadakan pemotretan pre-wedding ini setelah seminggu berlalu. Bedanya, kali ini Zeus meminta untuk melakukannya di studio saja. Dia tak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi. Sudah cukup dia direpotkan Vintari terus menerus.“Lakukan yang benar!” desis Vintari, dengan bibirnya yang terus mencoba tersenyum.“Kau tidak lihat aku sudah melakukan yang terbaik?” balas Zeus lagi tanpa ekspresi.Vintari menatap tajam Zeus, lalu melepas
“I don’t fucking care! Aku mau semua diganti!” Zeus bersikap sangat keras, dan bersikukuh pada permintaannya. Pria tampan itu sudah muak dengan bunga lily, dia tak ingin dipernikahannya ada bunga lily.“Gila! Mana mungkin bisa dilakukan?! Kau tidak lihat tamu undangan sudah datang semua, hah? Ini sudah satu jam menjelang acara pemberkatan! Tidak, Tidak bisa! Dekorasi atau apa pun itu tak akan ada yang diubah!” Vintari semakin emosi melihat sikap keras kepala Zeus. Ah, bukan. Lebih tepatnya, sikap gila dari seorang Zeus.“Aku tidak akan ke sana sampai semua dekorasi diganti!” ancam Zeus tak main-main pada Vintari.Vintari mengerang frustrasi akibat kegilaan Zeus Ducan. Dia meremas kepalanya, tak peduli dengan rambutnya yang telah dipilin cantik dengan bunga baby breath yang terselip cantik.“Tuan Zeus Ducan yang terhormat! Jelas sebelumnya aku sudah memintamu, bahkan memohon padamu untuk melihat dan memeriksa semua persiapan pernikahan kita. Mulai dari memastikan apakah ada menu makana
Mansion modern berukuran lima kali lipat dari rumah Vintari berhasil membuat gadis itu menganga kagum. Ini adalah kali pertamanya dia menginjakkan kaki di sini. Semua hal yang berada di mansion mewah ini berhasil menarik perhatiannya.Pintu gerbang yang berukuran berkali lipat melebihi tinggi badannya dengan banyak penjaga di luar, dua pelayan yang sedang sibuk membersihkan tumpukan salju dengan sekop di taman. Dalam hati, Vintari mulai bertanya-tanya ada berapa pelayan yang bekerja di sini.Zeus melangkah lebih dulu menuju pintu mansion yang terletak di sisi kiri bangunan. Vintari mengekor dengan gestur canggung. Bangunan dengan konsep terbuka yang berdiri gagah itu berhasil mengitimidasi kepercayaan dirinya.“Kenapa kau melamun di situ? Ayo masuk,” ucap Zeus dingin.Vintari memandang Zeus, kemudian bergegas untuk menyusul suaminya yang bersiap membuka pintu. Namun, sebelum tangan pria itu mendorong kenopnya, Vintari terlebih dulu menahannya.“Kita harus tinggal di sini? Bisakah kita
Vintari membolak-balik halaman bukunya dengan bosan. Sesekali, dia menguap sambil melihat ke arah pintu. Sudah dari setengah jam yang lalu dia duduk tenang di perpustakaan ini, menunggu Andre yang katanya akan segera menyusul setelah membicarakan masalah desain dengan rekannya.“Hei, Vintari?”Suara itu, sontak membuat Vintari mendongak dan mengerjap beberapa kali. “Zayn?”“Boleh aku duduk di sini?” tanya Zayn sopan.“Sure, silakan,” jawab Vintari sedikit kikuk.Bersamaan dengan itu, Andre masuk ke perpustakaan dan langsung menghampiri keduanya.“Apa kabar, Zayn?” sapa Andre pada Zayn.“Greatl! Wait a moment—” Zayn memeriksa notifikasi pesan yang baru saja masuk.Melihat kesempatan itu, Andre segera bertanya pada Vintari melalui gerakan matanya. Beberapa kali dia melirik ke arah Zayn yang masih menunduk, membalas pesan, lalu melotot pada Vintari dan bertanya tanpa suara.‘Tentang pernikahanmu, bisakah dibahas di depannya?’ Gerakan bibir Andre nampak sedang menanyakan hal itu.Vintari
“Aaaaaaaaaa. Zeus, apa yang kau lakukan?” Suara teriakan Vintari begitu keras, berhasil membuat Zeus terbangun. Padahal, pria tampan itu baru benar-benar terlelap menjelang pagi buta.“Fuck, kenapa kau berteriak, Vintari!” Zeus memegang telinganya sendiri, di kala mendengar suara teriakan Vintari. Pria itu mengumpat seraya meloloskan keluhan. Telinganya benar-benar sakit mendengar jeritan perempuan itu.“Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau melewati batasan yang sudah aku buat, Zeus?!” seru Vintari kesal seraya memeluk dirinya sendiri. Benaknya membayangkan dirinya akan Zeus yang berpikir macam-macam.Zeus melayangkan tatapan mematikannya pada Vintari. “Kau yang melewati batas, bukan aku!” tunjuknya pada selimut pembatas yang berada tepat di sebelahnya, bergeser jauh dari tempat yang semestinya.Vintari memperhatikan posisinya. Benar saja, dia yang telah melewati batas. Oh shit! Vintari mengumpat kesal. Gadis itu tak mengira akan melewati batas yang sudah dirinya sendiri buat.Suara ket
“Serius? Kurasa sangat aneh, jika kau ingin antagonis itu selamat,” ucap Vintari heran saat Zayn menceritakan kalau dia merasa kasihan pada peran antagonis di salah satu film superhero tahun lalu.“Setelah kupikir, dia tak sejahat itu. Ada satu hal yang membuatnya memutuskan untuk menjadi jahat.” Zayn terlihat bersungguh-sungguh.“Hmm, tampaknya kau adalah tipe orang yang bisa memandang sudut pandang dari banyak sisi,” puji Vintari dengan senyuman di wajahnya.Zayn tertawa mendengar ucapan Vintari. Tangannya menunjuk ke arah eskalator dan mempersilakan Vintari untuk naik lebih dulu. “Dia terlihat kesepian. Andai saja tokoh utama wanitanya bisa lebih mengerti keadaannya dan perlahan menariknya dari dunia kelam itu, dia pasti akan berubah menjadi sosok yang baik.”Vintari mengerucutkan bibirnya, mengangguk-angguk kecil. Sepertinya dia mulai setuju dengan pendapat Zayn. “Kau benar juga. Hmm, cinta memang sangat rumit.”Zayn tersenyum seraya menatap Vintari. “Bukan rumit, tapi orang lebih
Mata Vintari menangkap sosok menyebalkan yang tengah duduk bersantai di samping mansion. Di depannya terlihat air dari kolam yang memantulkan senja. Vintari melihatnya heran, bagaimana bisa di cuaca sedingin ini dia justru duduk santai di sana sambil membaca komik.Zeus mengumpat pelan di sebelahnya. Dia memiringkan kepalanya sekali, kemudian berjalan cepat ke arah tamu yang tak diundang itu. Sementara itu, seseorang yang menjadi pusat perhatian keduanya justru melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum memikat.“Kenapa kau di sini?” tanya Zeus ketus.Jace, sahabat Zeus yang selalu menjadi partner on crime-nya menyeringai. “Aku akan di sini sampai beberapa pekan ke depan. Setidaknya sampai apartemenku selesai direnovasi.” Sangat santai, Jace mengatakan itu tanpa beban.Zeus berdecak sambil menyeret lengan Jace ke dalam mansion. Vintari yang tak mengerti dengan sistem persahabatan mereka hanya mengekor dan mendengarkan perdebatan keduanya.“Ke hotel saja,” usir Zeus ketus.Jace me
“The day is coming, Baby!” seru Andre pada Vintari yang sedang duduk di bangku taman kampus. Di sebelah Andre, ada Zayn melambaikan tangannya untuk menyapa. Tampak Vintari salah tingkah di kala melihat Zayn.“Apa maksudmu?” tanya Vintari bingung, dan tak mengerti akan apa yang dimaksud oleh Andre.Andre duduk sebelah Vintari, sedangkan Zayn tetap berdiri di depan mereka. “Spring is coming, dan besok kita berangkat study tour!”Vintari membulatkan matanya, berdiri dan bertepuk tangan heboh. Maniknya bergantian memandang Andre dan Zayn. Hari yang dinantikan tiba, mana mungkin perempuan itu melupakannya.“Let’s go!” Vintari menyeret keduanya ke arah parkiran.“Hei, study tour-nya masih besok!” Andre meraung di belakang Vintari.Zayn tertawa. Semenjak pertemuan tak sengajanya dengan Vintari waktu itu, mereka bertiga menjadi sering menghabiskan waktu bersama. Lebih tepatnya, dia selalu menjadi penonton setia pada setiap kelakuan aneh Vintari dan Andre.“Kita harus membeli barang yang wajib