Vintari membolak-balik halaman bukunya dengan bosan. Sesekali, dia menguap sambil melihat ke arah pintu. Sudah dari setengah jam yang lalu dia duduk tenang di perpustakaan ini, menunggu Andre yang katanya akan segera menyusul setelah membicarakan masalah desain dengan rekannya.“Hei, Vintari?”Suara itu, sontak membuat Vintari mendongak dan mengerjap beberapa kali. “Zayn?”“Boleh aku duduk di sini?” tanya Zayn sopan.“Sure, silakan,” jawab Vintari sedikit kikuk.Bersamaan dengan itu, Andre masuk ke perpustakaan dan langsung menghampiri keduanya.“Apa kabar, Zayn?” sapa Andre pada Zayn.“Greatl! Wait a moment—” Zayn memeriksa notifikasi pesan yang baru saja masuk.Melihat kesempatan itu, Andre segera bertanya pada Vintari melalui gerakan matanya. Beberapa kali dia melirik ke arah Zayn yang masih menunduk, membalas pesan, lalu melotot pada Vintari dan bertanya tanpa suara.‘Tentang pernikahanmu, bisakah dibahas di depannya?’ Gerakan bibir Andre nampak sedang menanyakan hal itu.Vintari
“Aaaaaaaaaa. Zeus, apa yang kau lakukan?” Suara teriakan Vintari begitu keras, berhasil membuat Zeus terbangun. Padahal, pria tampan itu baru benar-benar terlelap menjelang pagi buta.“Fuck, kenapa kau berteriak, Vintari!” Zeus memegang telinganya sendiri, di kala mendengar suara teriakan Vintari. Pria itu mengumpat seraya meloloskan keluhan. Telinganya benar-benar sakit mendengar jeritan perempuan itu.“Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau melewati batasan yang sudah aku buat, Zeus?!” seru Vintari kesal seraya memeluk dirinya sendiri. Benaknya membayangkan dirinya akan Zeus yang berpikir macam-macam.Zeus melayangkan tatapan mematikannya pada Vintari. “Kau yang melewati batas, bukan aku!” tunjuknya pada selimut pembatas yang berada tepat di sebelahnya, bergeser jauh dari tempat yang semestinya.Vintari memperhatikan posisinya. Benar saja, dia yang telah melewati batas. Oh shit! Vintari mengumpat kesal. Gadis itu tak mengira akan melewati batas yang sudah dirinya sendiri buat.Suara ket
“Serius? Kurasa sangat aneh, jika kau ingin antagonis itu selamat,” ucap Vintari heran saat Zayn menceritakan kalau dia merasa kasihan pada peran antagonis di salah satu film superhero tahun lalu.“Setelah kupikir, dia tak sejahat itu. Ada satu hal yang membuatnya memutuskan untuk menjadi jahat.” Zayn terlihat bersungguh-sungguh.“Hmm, tampaknya kau adalah tipe orang yang bisa memandang sudut pandang dari banyak sisi,” puji Vintari dengan senyuman di wajahnya.Zayn tertawa mendengar ucapan Vintari. Tangannya menunjuk ke arah eskalator dan mempersilakan Vintari untuk naik lebih dulu. “Dia terlihat kesepian. Andai saja tokoh utama wanitanya bisa lebih mengerti keadaannya dan perlahan menariknya dari dunia kelam itu, dia pasti akan berubah menjadi sosok yang baik.”Vintari mengerucutkan bibirnya, mengangguk-angguk kecil. Sepertinya dia mulai setuju dengan pendapat Zayn. “Kau benar juga. Hmm, cinta memang sangat rumit.”Zayn tersenyum seraya menatap Vintari. “Bukan rumit, tapi orang lebih
Mata Vintari menangkap sosok menyebalkan yang tengah duduk bersantai di samping mansion. Di depannya terlihat air dari kolam yang memantulkan senja. Vintari melihatnya heran, bagaimana bisa di cuaca sedingin ini dia justru duduk santai di sana sambil membaca komik.Zeus mengumpat pelan di sebelahnya. Dia memiringkan kepalanya sekali, kemudian berjalan cepat ke arah tamu yang tak diundang itu. Sementara itu, seseorang yang menjadi pusat perhatian keduanya justru melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum memikat.“Kenapa kau di sini?” tanya Zeus ketus.Jace, sahabat Zeus yang selalu menjadi partner on crime-nya menyeringai. “Aku akan di sini sampai beberapa pekan ke depan. Setidaknya sampai apartemenku selesai direnovasi.” Sangat santai, Jace mengatakan itu tanpa beban.Zeus berdecak sambil menyeret lengan Jace ke dalam mansion. Vintari yang tak mengerti dengan sistem persahabatan mereka hanya mengekor dan mendengarkan perdebatan keduanya.“Ke hotel saja,” usir Zeus ketus.Jace me
“The day is coming, Baby!” seru Andre pada Vintari yang sedang duduk di bangku taman kampus. Di sebelah Andre, ada Zayn melambaikan tangannya untuk menyapa. Tampak Vintari salah tingkah di kala melihat Zayn.“Apa maksudmu?” tanya Vintari bingung, dan tak mengerti akan apa yang dimaksud oleh Andre.Andre duduk sebelah Vintari, sedangkan Zayn tetap berdiri di depan mereka. “Spring is coming, dan besok kita berangkat study tour!”Vintari membulatkan matanya, berdiri dan bertepuk tangan heboh. Maniknya bergantian memandang Andre dan Zayn. Hari yang dinantikan tiba, mana mungkin perempuan itu melupakannya.“Let’s go!” Vintari menyeret keduanya ke arah parkiran.“Hei, study tour-nya masih besok!” Andre meraung di belakang Vintari.Zayn tertawa. Semenjak pertemuan tak sengajanya dengan Vintari waktu itu, mereka bertiga menjadi sering menghabiskan waktu bersama. Lebih tepatnya, dia selalu menjadi penonton setia pada setiap kelakuan aneh Vintari dan Andre.“Kita harus membeli barang yang wajib
Vintari terdiam setelah mendengar pujian lolos dari bibir Zayn. Hatinya bergejolak hanya karena tiga kata itu. Bukan, Vintari sadar bukan karena Zayn mengatakan kalau dirinya terlihat cantik, melainkan sorot lembut dari manik cokelat terang milik Zayn yang terlihat tulus saat mengatakannya.“Langit di sana juga sangat cantik, dan terlihat bebas.” Vintari menunjuk senja yang mulai menghitam. Dia berusaha mencairkan suasana. Jantungnya sudah bergemuruh, tapi dia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.Zayn tertawa kecil, lalu mengalihkan pandangannya pada langit yang ditunjuk Vintari. “Kau benar. Langit juga sangat cantik.”Saat ini, Vintari mulai merasa jika Tuhan seakan mempermainkan takdirnya. Bagaimana tidak? Saat dia telah menikah dengan seseorang yang bahkan tak memandangnya dan terus membuatnya lelah, kenapa Zayn justru mendekat padanya dan memberikan kehangatan yang tak pernah dia dapatkan dari Zeus? Seandainya Zayn lebih cepat masuk dalam kehidupannya.Sementara itu di pusat ko
“Duduklah. Akanku buatkan kau makanan.” Zeus berucap dengan nada dingin, di balik raut wajah datar. Dia bergerak hendak ingin membuka kulkas, tapi gerakannya tertahan karena Vintari menahan lengannya.“Tidaak usah repot-repot. Aku takut kau mencampur racun ke dalam makananku. Aku masih ingin hidup,” ketus Vintari berkata konyol.Zeus menyentil kening Vintari yang berkata konyol.“Aww, sakit, Zeus,” ucap Vintari jengkel.“Kau jangan bicara konyol! Tunggu di sana dan jangan banyak bicara.” Zeus mendorong tubuh Vintari, memaksa perempuan itu untuk duduk di kursi meja makan.Vintari cemberut. Dia merasa selalu kesal setiap bersama dengan Zeus. Alih-alih menuruti perintah Zeus, dia memilih untuk duduk di belakang meja bar sambil menyaksikan aksi Zeus yang sedang membelakanginya. Ada banyak pertanyaan dalam hati Vintari untuk pria itu. Kenapa dia bisa memiliki suasana hati yang terus berubah-ubah? Kenapa dia selalu bersikap dingin? Kenapa setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa menyaki
“Mom, I’m home,” ucap Zayn begitu sampai di rumah. Tas selempang yang sudah menjadi andalannya selama setahun belakangan ini dilempar ke atas sofa. Langkahnya ringan menuju ke meja makan dengan sebelah tangan menenteng kotak bakery berisi cheese cake kesukaan ibunya.“Mom, aku bawa cheese cake!” seru Zayn sambil masuk ke dalam kamar.Selepas mengganti pakaian, Zayn kembali keluar. Dia heran kenapa ibunya tidak menyahut. Seharusnya, hari ini tidak ada jadwal shift di rumah sakit. Namun kenapa malah ibunya tak bersuara?“Mom?” panggil Zayn lagi sambil membuka kotak dan mengambil cheese cake itu sebelum diletakkan di piring.Zayn memiringkan kepalanya. Mungkinkah ibunya sudah tidur? Perasaannya mulai cemas, Zayn bergerak cepat menuju kamar ibunya. Tidak dikunci, Zayn langsung membukanya dan sangat terkejut Irene—ibunya—telah tergeletak di lantai dekat ranjang.“Mom!” Zayn panik, berjongkok di sebelah ibunya, memeriksa dengan cekatan denyut nadi dan pernapasan Irene. Meskipun panik, tapi