Semuanya berjalan begitu cepat setelah mereka saling melucuti busana masing-masing. Tiba-tiba saja, Dania sudah terbaring di atas ranjang.Saat Endra memcumbunya lagi, Dania memejamkan mata. Dia merasa tersanjung sekaligus terhormat saat kekasihnya itu menaburkan kecupan-kecupan yang halus dan lembut dari kening sampai bagaian bawah tubuhnya. Endra benar-benar memuja tubuhnya seolah dia adalah seorang bidadari surga.Jantung Dania bergemuruh dan tubuhnya bergetar saat Endra menyatu dengannya. Sepanjang gerakan yang laki-laki itu buat, dia dibuat mabuk. Rasanya dia seperti tak sedang berada di dunia.Di akhir pergulatan cinta mereka, Endra membisikkan kata, “i love you very very very much,” di telinga Dania.Dania bisa mendengar suara Endra itu dengan sangat baik. Tapi dia tak mampu berkata-kata. Saat kekasihnya itu berkata, “Do you love me too?” dan, “do you trust me?” Dania hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.Meski mulutnya terbuka, Dania benar-benar tak bisa berkata-kata. Tubu
Sisil mengupload polling di akun Instagramnya. Dia ingin tahu sebanyak apa fans yang menginginkan diadakannya konser di Jakarta untuk kedua kali. etelah mengunggah postingannay di story, dia lalu meletakkan ponselnya. Dia lalu fokus lagi pada orang-orang yang ada di sekitarnya.“Lo udah bikin pollingnya?” kata Zevan pada Sisil. Dia lalu menyesap kopinya.Sisil mengangguk. “Udah,” sahut Sisil, “let’s see.”Perhatian Sisil lalu teralih kepada Okan yang sedang uring-uringan dalam panggilan telepon. Dia memantau anak itu sampai selesai bertelepon baru dia berkomentar.“Kenapa lo?” tanya Sisil.“Ada yang ngirim foto cewek gue lagi jalan sama cowok. Setelah gue cari tau ternyata itu mantannya. Gue jeles dong. Tadi pas gue telfon, dia bilang mereka jalan karena nggak sengaja ketemu pas cewek gue di mal. Terus pas gue tanya kenapa gandengan? Masak katanya karena mau nyebrang. Kek nggak masuk akal banget nggak sih?!” cerita Okan panjang-lebar.“Tuh kan, orang pacaran tuh ribet,” sahut Zevan, “
Lya terbahak. “Mungkin goyangannya ceweknya emang asoy banget kali makanya si Endra ketagihan,” katanya. Dia lalu mengambil vapor-nya dari dalam tas.“Ah, nggak asyik lo. Yang ada gue curhat malah makin panas dan makin sakit hati. Bukan makin lega,” kata Karra.Lya tertawa lagi. Usai menghembuskan asap dari mulutnya, dia lalu merangkul Karra. “Becanda, Shay,” katanya.“Udahlah, kata gue lo fokus aja noh cari gebetan di dateapp buat lupain si Endra. Itu anak kayaknya sudah susah lepas sama ceweknya,” kata Lya.“Gue udah ada beberapa yang match. Tapi nggak ada yang sekeren dan seganteng Pak Endra,” kata Karra, “di sana banyakan jamet.”Lya terbahak. Dia sampai memukul-mukul meja. “Masak nggak ada yang normal sih? Ya gak ganteng banget, ganteng dikit aja masak nggak ada?”“Belom nemu,” kata Karra.“Eh, by the way, si Endra jadian sama ceweknya udah berapa lama sih?” tanya Lya.“Enam bulanan kayaknya,” sahut Karra.“Aduh itu sih lagi bucin-bucinnya. Masalah ranjang juga lagi anget-angetny
Di ruang tamu Karra bertemu dengan Endra. Laki-laki itu wajahnya suram, tak seperti biasanya. Sepertinya memang ada masalah.“Malem, Pak Endra. Tumben banget ke rumah. Ada apa?” tanya Karra. Dia lalu duduk di single sofa di seberang sofa yang diduduki Endra.“Di rapat pemegang saham kemarin banyak yang nggak paham dengan yang disampaikan Pak Bara. Mereka gagal paham semua. Dokumen yang kamu bikin buat bahan meeting gimana?” tanya Endra.“Ya kayak biasa, Pak,” sahut Karra, “Pak Baranya saja kali nyampeinnya gak bener.”“Masak sih. Dia itu orang yang selama ini gue tunjuk buat ngegantiin gue. Nggak mungkin lah dia nggak bisa pimpin meeting kayak gitu aja,” kata Endra.“Ya tapi kan tiap rapat yang dibahas beda-beda, bukan itu-itu terus. Lagian Pak Bara juga manusia biasa. Mungkin banget dia bikin kesalahan,” sahut Karra. Dia kesal karena seolah Endra menyalahkannya. Siapa yang meninggalkan pekerjaan, siapa yang disalahkan. Ya tapi bos kan posisinya akan selalu di atas dan selalu benar.“
“Malem, gimana kerjaan kamu hari ini?” tanya Endra. “Lancar semua,” kata Dania. “By the way, aku mau ada rencana liburan,” kata Endra. Mata Dania berbinar. “Liburan? Kita liburan?” tanya Dania. “Iya,” balas Endra, “sama Karra juga entar.”Dania tertegun selama beberapa detik. Dia memastikan telinganya tidak salah dengar. Mendadak suasana hatinya memburuk. Dia pikir ketika Endra berbicara tentang liburan, itu akan menjadi quality time mereka berdua. Bisa-bisanya Endra mengajak sekertarisnya yang ganjen itu!“Yang, kok diem sih?” tanya Endra. “Nggak apa-apa. Lanjut,” kata Dania. Suaranya terdengar tidak bersemangar. “Rencananya ntar aku sama kamu dan Karra sama gebetannya. Gebetannya apa cowoknya gitu. Pokoknya dia kalo aku tanyain nggak pernah ngaku,” kata Endra. Seketika mata Dania berbinar. Kalau Karra punya kekasih berarti dia tidak akan mengganggu Endra lagi. “Karra beneran udah punya cowok?” tanya Dania. Suaranya terdengar antusias. “Iya,” sahut Endra, “katanya sih gitu.
“Gue kayaknya bakalan bikin cover lagu banyak deh habis ini,” kata Zevan.“Bikin sana sebanyak-banyaknya kalo lo lagi gabut,” kata Jojo.Zevan lantas tertawa. “Iya kalo kita sempet gabut,” katanya. “Guys, gue udah menyimpulkan hasil polling kemarin,” katanya, “coba kalian ke sini dulu semua.” Dia melambai-lambaikan tangan. Keempat personel Evolution lantas berkumpul mendekati Sisil. Mereka duduk di lantai panggung membentuk lingkaran. “Gimana? Banyak yang setuju diadain konser penutupan di Jakarta lagi?” tanya Zevan. Sisil mengangguk, “Delapan puluh persen tau nggak yang setuju. Sumpah gue nggak espect bakalan sebanyak itu awalnya,” katanya. “Yaudah, penjualan tiketnya kapan?” tanya Jojo. “Itu gampang deh. Nggak usah kalian pikirin. Ada hal lain yang mau gue bahas,” kata Sisil. “Apaan sih?” tanya Raden penasaran.“Jadi di konser penutupan ini, gue pengen ngadain semacam konferensi pers gitu sebelum konser dimulai,” kata Sisil, “ di situ, kalian bakalan nyampein kesan-kesan ka
Karra merasa tak nyaman saat melihat Danu menutup pintu kamar setelah mereka berdua masuk kamar. Meski begitu, dia sama sekali tak berpikiran buruk. Dia tetap melihat sekeliling ruangan itu. “Menurut kamu, bagusnya ruangan ini dicat warna apa ya?” tanya Danu. Dia berdiri di samping Karra dan melingkarkan lengannya di pinggul gadis itu. Merasa tak nyaman, Karra lantas menyingkirkan tangan Danu.“Kayaknya dicat putih aja,” kata Karra asal. Pikirannya mulai tak tenang. Dia lalu berbalik dan mencoba keluar ruangan, tapi Danu menahannya. Laki-laki itu melingkarkan lengan di perutnya lalu menariknya ke belakang. Tentu saja Karra berontak. Apa pun rencana yang ada di dalam otak Danu, dia tak mau menjadi bagian dan korban dari rencana itu.“Mau ke mana sih? Kita santai aja dulu di sini,” kata Danu. Dia menarik tubuh Karra lalu menghempaskan gadis itu ke atas ranjang. Karra mencoba bangkit. Namun belum sempat dia berdiri, Danu mendorongnya lagi ke atas ranjang. Laki-laki itu lantas menindi
Lya tak menyahut. Dia mengabaikan ponselnya yang pelindug layarnya retak kecil-kecil dan fokus menelepon Karra. Karra menanggapi teleponnya setelah panggilan kedua. Gadis itu buru-buru menanykan keadaan Karra. “Lo sudah ketemu sama tuh cowok? Terus gimana? Lo kenapa kok sampe telfongue belasan kali/” cerocos Lya. Terdengar hembusan napas panjang dari seberang. “Gara-gara lo nggak nepatin janji, gue jadi hampir diperkaos sama itu bajingan busuk,’ sahut Karra.Lya membelalakkan mata. “Sumpah lo?” katanya. “Iya, buat apa sih gue boong, Lya,” sahut Karra. “Terus lo baik-baik aja apa enggak? Lo nggak kenapa-napa kan?” tanya Lya. “Nggak. Untungnya, gue berhasil kabur,” kata Karra, “lo ngapain aja sih gue telfon dan gue chat nggak lo respon sama sekali? Pacaran?”“Bukan maen. Gue saking enaknya pacaran sampe dicium aspal!” sahut Lya. “Hah? maksud lo?!” tanya Karra. “Gue kecelakaan, Kar?” sahut Lya, “ya aps mau angkat telfon lo itu. Karena gue lagi bawa motor, otomatis akhirnya gue ny