Beranda / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 114

Share

Crash Melody 114

Penulis: Rani Giza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Gue kayaknya bakalan bikin cover lagu banyak deh habis ini,” kata Zevan.

“Bikin sana sebanyak-banyaknya kalo lo lagi gabut,” kata Jojo.

Zevan lantas tertawa. “Iya kalo kita sempet gabut,” katanya.

“Guys, gue udah menyimpulkan hasil polling kemarin,” katanya, “coba kalian ke sini dulu semua.” Dia melambai-lambaikan tangan.

Keempat personel Evolution lantas berkumpul mendekati Sisil. Mereka duduk di lantai panggung membentuk lingkaran.

“Gimana? Banyak yang setuju diadain konser penutupan di Jakarta lagi?” tanya Zevan.

Sisil mengangguk, “Delapan puluh persen tau nggak yang setuju. Sumpah gue nggak espect bakalan sebanyak itu awalnya,” katanya.

“Yaudah, penjualan tiketnya kapan?” tanya Jojo.

“Itu gampang deh. Nggak usah kalian pikirin. Ada hal lain yang mau gue bahas,” kata Sisil.

“Apaan sih?” tanya Raden penasaran.

“Jadi di konser penutupan ini, gue pengen ngadain semacam konferensi pers gitu sebelum konser dimulai,” kata Sisil, “ di situ, kalian bakalan nyampein kesan-kesan ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Crash Melody   Crash Melody 115

    Karra merasa tak nyaman saat melihat Danu menutup pintu kamar setelah mereka berdua masuk kamar. Meski begitu, dia sama sekali tak berpikiran buruk. Dia tetap melihat sekeliling ruangan itu. “Menurut kamu, bagusnya ruangan ini dicat warna apa ya?” tanya Danu. Dia berdiri di samping Karra dan melingkarkan lengannya di pinggul gadis itu. Merasa tak nyaman, Karra lantas menyingkirkan tangan Danu.“Kayaknya dicat putih aja,” kata Karra asal. Pikirannya mulai tak tenang. Dia lalu berbalik dan mencoba keluar ruangan, tapi Danu menahannya. Laki-laki itu melingkarkan lengan di perutnya lalu menariknya ke belakang. Tentu saja Karra berontak. Apa pun rencana yang ada di dalam otak Danu, dia tak mau menjadi bagian dan korban dari rencana itu.“Mau ke mana sih? Kita santai aja dulu di sini,” kata Danu. Dia menarik tubuh Karra lalu menghempaskan gadis itu ke atas ranjang. Karra mencoba bangkit. Namun belum sempat dia berdiri, Danu mendorongnya lagi ke atas ranjang. Laki-laki itu lantas menindi

  • Crash Melody   Crash Melody 116

    Lya tak menyahut. Dia mengabaikan ponselnya yang pelindug layarnya retak kecil-kecil dan fokus menelepon Karra. Karra menanggapi teleponnya setelah panggilan kedua. Gadis itu buru-buru menanykan keadaan Karra. “Lo sudah ketemu sama tuh cowok? Terus gimana? Lo kenapa kok sampe telfongue belasan kali/” cerocos Lya. Terdengar hembusan napas panjang dari seberang. “Gara-gara lo nggak nepatin janji, gue jadi hampir diperkaos sama itu bajingan busuk,’ sahut Karra.Lya membelalakkan mata. “Sumpah lo?” katanya. “Iya, buat apa sih gue boong, Lya,” sahut Karra. “Terus lo baik-baik aja apa enggak? Lo nggak kenapa-napa kan?” tanya Lya. “Nggak. Untungnya, gue berhasil kabur,” kata Karra, “lo ngapain aja sih gue telfon dan gue chat nggak lo respon sama sekali? Pacaran?”“Bukan maen. Gue saking enaknya pacaran sampe dicium aspal!” sahut Lya. “Hah? maksud lo?!” tanya Karra. “Gue kecelakaan, Kar?” sahut Lya, “ya aps mau angkat telfon lo itu. Karena gue lagi bawa motor, otomatis akhirnya gue ny

  • Crash Melody   Crash Melody 117

    “Tapi emangnya kalo lo jadi gue lo nggak bakalan cemburu?” tanya Dania.“Ya gue lihat dulu Endra itu orangnya kayak gimana? Terus karakternya gimana? Apa dia tipe cowok yang flirty? Atau dia tipe cowok yang gampang dirayu dan gampang banget digodain cewek atau nggak? Dari situ kan bisa jadi ukuran. Kira-kira potensinya dia untuk berpaling ke cewek lain itu berapa persen,” kata Sisil panjang lebar.“Flirty sih nggak ya. Tapi dia terlalu ramah sama banyak orang. Terlalu baik. Terlalu perhatian sama banyak orang. Kayak hampir nggak ada bedanya perlakuan dia ke cewek lain sama pacarnya sendiri,” kata Dania.“Masak nggak ada bedanya? Ada lah pastinya,” sahut Sisil.“Ya paling kalo gue dipanggil sayang sementara cewek lain dipanggil namanya gitu doang,” kata Dania.Sisil tertawa. “Terus, dia tipe cowok yang gampang dirayu atau digodain sama cewek nggak?” kata Sisil usai tawanya reda.“Nggak sih,” sahut Dania.“Nah terus apa yang lo takutin? Kalo bener apa yang lo omongin, berarti kemungkina

  • Crash Melody   Crash Melody 118

    “Itu,” kaya Jojo sambil menunjuk botol air mineral yang ada di atas meja rias.Dania mengambil botol itu. Isinya tinggal separuh. Tapi masih cukup kalau hanya untuk dipakai menelan satu obat.Setelah mengambil botol itu, Dania lalu berjalan keluar kamar. Dengan langkah-langkah cepat dia kembali ke kolam renang.Setibanya di kolam renang, Dania sedikit panik karena melihat Zevan meringkuk. Dia khawatir laki0laki itu tak sadarkan diri. Tapi akhirnya dia menghembuskan napas lega saat langkahnya terhenti di dekat gazebo dan melihat mata Zevan masih terbuka.“Nih obatnya,” kata Dania.Endra meraih botol kecil berisi obat dan botol minum dari tangan Dania. Setelah minum obat itu, dia membutuhkan waktu hampir setengah jam sampai keadaab tubuhnya kembali normal.“Lo punya sakit sekrusial itu kok bisa sih nggak cerita sama keluarga lo,” kata Dania sambil menutup botol dan botol minum kembali.“Gue nggak mau mereka kepikiran,” sahut Zevan, “lagian juga kalo gue ngomong belum tentu ada yang pedu

  • Crash Melody   Crash Melody 119

    Jam di kamar hotel Zevan masih menunjukkan jam setengah enam pagi. Dia terbangun jam lima karena perutnya mulas dan tak bisa tidur lagi. Sementara itu, Jojo yang ada di sampingnya masih tertidur pulas. Saking pulasnya, laki-laki itu sampai mendengkur pelan.Zevan lantas turun dari ranjang. Dia membuka tirai sedikit dan melihat pemandangan kota Bengkulu yang cukup damai di pagi hari. Tak terasa tour di pulau Sumatra tinggal tersisa tiga kota lagi. Lalu setelah itu, Evolution akan konser di Banten dan kembali lagi ke Jakarta.Kalau dipikir-pikir, tour ini memberinya banyak pelajaran. Selain belajar tentang kemandirian, dia juga belajar tentang kesabaran. Selain itu, dia juga belajar bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diprediksi dan dikendalikan oleh manusia.Selain hal itu, Endra juga sadar kalau selama tour ada yang berubah antara dia dan asisten Evolution. Saat awal bertemu Dania, dia meremehkan gadis itu karena Dania tak tahu apa-apa tentang pekerjaan di dunia hiburan.

  • Crash Melody   Crash Melody 120

    “Ya gue nggak mau lah kalo misalnya suatu hari nanti ada kejadian mereka berantem terus cowok gue jadi bonyok-bonyok mukanya,” kata Dania.“Oh, lo lebih sayang kalo lihat Endra harus bonyok kalau suatu saat dia harus berkelahi sama Zevan gitu?” tanya Sisil.Dania mengangguk. Walaupun sebenarnya bukan itu yang dia inginkan. Dia tak ingin kedua-duanya terluka.“Udah sih, Dan, mereka berdua udah sama-sama gede. Mereka pasti tahu batasan sampe mana harus saling nyakitin. Kelihatannya gitu kalo salah satu sakit juga yang satunya bakalan sedih,” kata Sisil.Dania menghembuskan napas panjang. “Mungkin emang nggak seharusnya gue ikut campur,” katanya.Tapi, dalam hati Dania bertekad akan berusaha terus membuat mereka damai. Kalau perlu, dia akan mendekati ibunya Endra dan berbicara dengan wanita itu.***Seperti rencana Dania sebelumnya. Kalau dia gagal merayu Endra untuk berbaikan dengan Zevan, maka sekarang dia harus membujuk Zevan.Dania mendekati Zevan sesaat setelah latihan berakhir. Gad

  • Crash Melody   Crash Melody 121

    Setelah berkeliling pabrik mebel itu selama hampir satu jam, Endra lalu berpamitan. Mereka lalu mencari rumah makan terdekat untuk makan siang. Keduanya sepakat untuk makan di restoran seafood yang loksinya sekitar satu kilometer dari pabrik mebel itu.“Lo mau pesen apa, Kar?” tanya Endra sambil membolak-balik buku menu.“Aku cumi aja deh, Pak,” katanya.“Cumi satu sama lobster satu ya,” kata Endra.“Minumnya apa, Kar?” tanya Endra.“Saya mau jus melon aja, Pak,” jawab Karra.“Gue juga deh,” sahut Endra. Dia lalu berpaling pada pramu saji, “jus melonnya dua.”Duduk bersama Endra seperti ini membuat Karra tersiksa. Rasanya seperti tidak mungkin dia menjauh dari Endra. Sangat mustahil bahkan. Kecuali kalau Karra mau resign dan berhenti bekerja di perusahaan Endra.“Kar, lo ngelamun?” kata Endra.“Eh, enggak, Pak,” sahut Karra, “sa ... saya cuma kepikiran tadi kerjaan saya bisa saya selesaikan nggak dalam sehari. Karena saya agak keteteran.”Endra mengangguk-angguk. “Ya habis ini kan ki

  • Crash Melody   Crash Melody 122

    Karra melihat akun dateapp-nya lagi. Match-nya yang terakhir rupanya sudah tak membalas pesannya lagi. Terakhir laki-laki itu online ya saat dia berbalas pesan dengan Karra beberapa hari lalu itu.Lalu Karra memutuskan untuk mencari match lagi. Setelah beberapa kali melakukan swipe kanan dan kiri dia akhirnya menemukan satu match yang menurutnya cocok dengannya. Laki-laki itu cukup tampan, waalaupun tetap saja di mata Karra tidak bisa menandingi ketampanan Endra. Dari posturnya, laki-laki itu cukup tinggi dan bentuk tubhnya atletis.Tanpa ragu, Karra lalu memulai untuk menyapa lebih dulu.Karra:Malem.Karra bersyukur karena match-nya itu meresppon dalam hitungan detik.Ardhy:Malem.Karra:By the way, Ardhy Jakarta mana?Ardhy:Jakpus. Kamu?Karra:Serius? Aku Jakpus juga loh.Ardhy:Beneran? Wah, kayaknya kita jodoh.Karra tersenyum masam. Dia agak kurang nyaman dengan laki-laki yang baru sekali chat sudah membawa-bawa kata jodoh. Untuk melihat seseorang bisa benar-benar sehati deng

Bab terbaru

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

  • Crash Melody   Crash Melody 158

    “Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b

  • Crash Melody   Crash Melody 157

    Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas

  • Crash Melody   Crash Melody 156

    Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen

DMCA.com Protection Status