Home / Romansa / Come And Serve Me / 22. The Bad Blood

Share

22. The Bad Blood

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-11-03 11:17:36

Kali ini, Juliet-lah yang terjaga lebih dulu daripada Matthew.

Manik bening sekelam malam itu pun mengerjap pelan, untuk mengusir kantuk yang masih terasa dan tersisa di pelupuk mata. Ia harus bangun, karena ada sesuatu yang penting yang harus ia lakukan sebelum Matthew terbangun.

Dengan perlahan, gadis itu pun mencoba melepaskan diri dari back hug Matthew di pinggangnya. Bukan perkara yang mudah ternyata, karena meskipun tertidur, pelukan Matthew sangat kuat mengalahkan rantai besi.

Tak hilang akal, Juliet pun akhirnya memilih untuk menyelinapkan tubuhnya ke bawah sedikit demi sedikit. Dan... ia berhasil!

Juliet mendesah lega dalam hati ketika akhirnya telah terbebas dari Matthew. Gadis itu meraih bath robe yang terlipat rapi di atas meja untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan busana sehelai pun, setelah semalaman bercinta dengan Matthew.

Dengan langkah berjingkat, ia pun perlahan-lahan keluar dari master bedroom menuju ke bagian teras, yang hanya dipisahkan oleh pintu kaca.

U
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Black Aurora
sudah mulai masuk konflik tajam ya kak
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
jgn trlalu bertele-tele thor ceritanya .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Come And Serve Me   23. The Score

    Juliet mendesah lega setelah rencananya mulai berjalan sesuai yang diharapkan. Matthew yang mendapatkan informasi tentang Oma yang pingsan pun kini telah pergi dengan tergesa.Juliet tahu jika Matthew sesungguhnya sangat menyayangi wanita tua itu, meskipun saat ini hubungan mereka sedikit merenggang karena Matthew yang ingin menikahinya, wanita yang dibenci Oma.Namun nyatanya, masih saja ada satu hal yang mengganjal dan agak melenceng dari rencana. Yaitu Darren yang ditugaskan oleh Matthew untuk mengawal dirinya kembali ke rumah. Seharusnya tidak begini, seharusnya Juliet pulang bersama supir seperti biasa.Dia harus segera menangani Darren sebelumnya.Suara pintu yang terbuka membuat Juliet yang sedang duduk di kursi Matthew sontak mendongak. Seorang lelaki bersurai coklat seperti Matthew tampak memasuki ruangan CEO dalam langkah santai dan senyuman yang tertuju kepada Juliet.Ah, ini yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba. Sangat kebetulan sekali Darren yang mendatangi dirinya ke

    Last Updated : 2024-11-04
  • Come And Serve Me   24. The Forgiven... With Extra Punishments

    **FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA** Juliet sedang berada di dalam mobil yang sedang berjalan dengan kecepatan sedang mengarah menuju ke kantor Matthew. Sedari tadi jemari lentiknya sibuk mengetik di atas layar monitor ponsel, menyusun pesan-pesan rahasia yang ia tinggalkan untuk beberapa orang. Bibirnya melengkungkan sebuah senyuman, ketika membaca pesan balik yang baru ia terima. [Oma sudah memakan makanan itu, dan baru saja dia terburu-buru hendak ke toilet. Mungkin sekarang sedang memuntahkan isi perutnya] Bagus. Si wanita tua itu tidak lama lagi akan merasakan pusing pada kepalanya dan perutnya yang semakin mengejang kaku, lalu tak sadarkan diri setelahnya. Juliet pun segera menghapus seluruh pesan di dalam ponselnya, lalu mengakses sebuah kode rahasia untuk menghilangkan rekam jejaknya. Sebuah rangkaian perpaduan antara simbol dan nomor yang ia dapatkan dari Virgo, dengan tujuan agar seluruh pesan yang telah terhapus tidak akan pernah dapat dilacak. Perlindung

    Last Updated : 2024-11-04
  • Come And Serve Me   25. The Regret

    Satu erangan panjang penuh makna akan kenikmatan dunia telah menguar di udara, diiringi oleh pergerakan Matthew yang akhirnya turun dari atas tubuh lemas di bawahnya.Lelaki itu berusaha mengatur desau napasnya yang menderu seakan oksigen telah menipis di dunia. Kegiatan panas yang baru ia lakukan untuk menghukum Juliet telah membuat gadis itu kehabisan tenaga dalam diamnya.Tak sekali pun Juliet memprotes atau pun memohon kepada Matthew untuk berhenti atau berbelas kasih padanya. Atau kepada anak mereka yang berada di dalam rahimnya.'Kumohon bertahanlah, kita pasti bisa melalui semua ini.' Hanya kalimat itu yang terus-menerus diucapkan oleh Juliet berulang-ulang dalam hati untuk janinnya, selama Matthew menjamah tubuhnya tanpa henti.Matthew melirik Juliet yang kini diam tak bergerak dengan kedua kelopak mata menutup dengan wajah pucat. Seketika kecemasan pun mulai merayap di sekujur tubuh lelaki itu."Juliet?"Tak ada jawaban, malah kini wajah Juliet terlihat semakin pucat.Dengan

    Last Updated : 2024-11-05
  • Come And Serve Me   26. The One Who's In Control

    Juliet memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur meskipun setiap senti yang ia rasa tak lebih dari sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. Dengan gerakan yang teramat sangat perlahan, gadis itu berusaha berjalan meski tertatih, dengan memegangi setiap perabotan di kamar Matthew yang ia lewati sebagai tumpuan. Tujuannya adalah meja rias dengan kaca yang menampilkan sepanjang badan. Gadis itu menatap sedih pada bayangan dirinya sendiri. Yang memantulkan keputus-asaan dan ketidakberdayaan, seakan setiap pori-pori kulitnya meneriakkan rasa sakit dalam keterdiaman lisannya. Kaki dan tangannya dipenuhi bilur-bilur lebam kebiruan bercampur merah tua, sebuah perpaduan mengerikan yang terpampang dengan begitu kontras di atas kulitnya yang sepucat salju. Dengan tangan gemetar, gadis itu pun menarik tali pengikat bath robe yang ia kenakan. Satu cairan bening pun luruh, diikuti oleh beberapa yang ikut jatuh membasahi pipinya, saat bath robe putih itu akhirnya ia lepaskan dan jatuh di bawa

    Last Updated : 2024-11-05
  • Come And Serve Me   27. The Devil's Plan

    Juliet sedikit terkejut karena kali ini Matthew hanya mengecupnya, tanpa berlanjut ke tahap selanjutnya. Meskipun tetap saja dilakukan dengan sepenuh gairah.Mereka saling memagut bibir hingga hampir setengah jam, waktu terlama yang Juliet pernah lakukan bersama Matthew. Bibirnya menjadi memerah dan bengkak akibat sesapan kuat dan gigitan gemas lelaki itu.Kedua tangan Matthew masih terangkum di pipi Juliet, sama sekali tak membiarkan gadis itu berkutik dan mengelak dari serangannya.Namun Matthew tiba-tiba saja melepaskan ciuman mereka dengan menarik wajahnya, lalu menatap bibir merah penuh itu yang telah basah karena salivanya.Lelaki itu melukiskan senyum, sembari menghapus perlahan jejak basah di bibir Juliet dengan ibu jarinya."Keluarkan lidahmu," gumannya pelan. "Aku masih ingin menyesapnya."Seketika Juliet pun mengerti. Matthew sudah sangat berhasrat, namun belum berani menyentuhnya lebih dari hanya di bibir. Mungkin ia takut tubuh Juliet masih luka dan belum sepenuhnya sembu

    Last Updated : 2024-11-06
  • Come And Serve Me   28. The Toxic Love

    "Apa?? Jadi Matthew benar-benar meminum air di dalam gelas itu??" Sienna berseru, setelah sebelumnya ia bahkan sempat tersedak kopi yang sedang ia hirup. Berita yang dibawa oleh Juliet benar-benar mengejutkan hingga membuatnya tak habis pikir.Juliet mengangguk pelan membenarkan dengan tersenyum simpul. "Yap. Dia benar-benar meminumnya, padahal dia sudah tahu jika air itu telah kuberi sesuatu," cetus gadis itu, seraya menyeruput avocado milk cheese-nya dengan nikmat.Saat ini Juliet dan Sienna tengah bertemu di sebuah cafe, dengan Juliet yang bercerita peristiwa yang terjadi kemarin kepada sahabatnya."Tunggu. Dari mana Matthew tahu jika air itu bukan air biasa?""Pasti dari Darren. Sebelum makan, Matthew mendapat telepon dari Darren. Lalu setelah itu dia mulai bersikap aneh dengan membuang gelas airku dan teko di atas meja.""Tapi dia malah menyisakan gelasnya sendiri dan meminumnya," cetus Sienna sambil menggeleng tak habis pikir."Aku sangat penasaran dengan maksud serta tujuanmu,

    Last Updated : 2024-11-06
  • Come And Serve Me   29. The Funeral

    "Morning, Muffin."Juliet tersenyum ketika merasakan kecupan bertubi-tubi yang mendarat di ubun-ubun kepalanya, menyertai sebuah pernyataan sebelumnya.Ia sedang terlelap berada di dalam pelukan hangat Matthew, saat lelaki itu tiba-tiba saja membangunkannya dengan memberikan hujan kecupan di wajah."Ayo kita turun untuk sarapan. Hari ini aku mengambil cuti tiga hari menjelang pernikahan kita," bisik Matthew di telinga Juliet."Aku masih mengantuk," desah Juliet manja dan semakin menyurukkan wajahnya di dada Matthew tanpa mau membuka mata, membuat Matthew gemas dan menggigit lembut daun telinganya."Jangan terlalu menggemaskan, Muffin. Aku bisa khilaf dan menyantapmu hingga lima ronde pagi ini."Juliet pun sontak membuka kedua matanya yang terbelalak ngeri menatap Matthew, namun berdecak sebal saat mendengar tawa lelaki itu.Matthew yang mengatakan akan menyantapnya hingga lima ronde membuat gadis itu ketakutan, mengira lelaki itu serius di balik alunan suaranya yang terdengar dingin.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Come And Serve Me   30. The Allies

    ***Flashback beberapa hari sebelumnya***"Sebenarnya kita mau kemana, Karina?" Oma Anita terlihat bingung ketika Karina malah membawanya ke sebuah restoran, alih-alih menuju mal di pusat kota seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.Karina tersenyum ketika membukakan pintu mobil Oma dari arah luar, namun wanita tua itu malah tetap duduk di dalam mobil, terlihat enggan untuk turun sebelum Karina mengatakan maksud dan tujuannya kemari."Bukankah tadi Oma mengeluh lapar? Jadi kita makan dulu di sini," sahut Karina. "Ayo, Oma. Resto ini menyediakan menu spesial sup ikan yang sangat enak loh, Oma pasti suka," cetusnya membujuk.Bibir Oma Anita terlihat sedikit mencebik. Ya, ia memang lapar. Tapi tadinya wanita tua itu mengira bahwa Karina akan mengajaknya makan di restoran faforitnya yang ada di mal."Ayo, Oma. Saya janji, kalau masakannya tidak enak, Oma boleh langsung pergi dan kita akan makan di mal. Oke?"Kali ini Oma tidak menjawab lebih dari sebuah dengusan kecil yang keluar

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Come And Serve Me   EXTRA PART

    "Anak kita tampan sekali, ya?" Juliet tersenyum menatap Matthew yang baru saja berucap, seraya menggendong bayi merah mungil di dalam dekapannya. Beberapa jam yang lalu, Juliet baru saja melahirkan putra pertamanya dengan selamat dan sehat, yang diberi nama Xavian Wiratama. "Ya, dia sangat tampan seperti ayahnya," sahut wanita itu dengan menatap suami dan putra tercintanya. Seulas senyum terlukis di wajahnya yang tetap cantik meskipun tampak lelah, setelah melakukan perjuangan panjang untuk melahirkan buah hatinya yang rupawan. Matthew mendekatkan wajahnya untuk mengecup puncak kepala istrinya dengan lembut. "Terima kasih, Muffin. Untuk semua kebahagiaan ini, aku berhutang padamu seluruh hidupku," tukasnya dengan mata berkaca-kaca, ketika mengingat kembali bagaimana kesakitan istrinya kala berjuang mengeluarkan Xavian. "Dan meskipun anak kita sangat tampan, ini adalah Xavian akan menjadi satu-satunya, oke?" Pungkas Matthew dengan menatap istrinya lekat. "Aku ketakutan sek

  • Come And Serve Me   92. The Beginning of Eternity

    Sepeninggal Matthew yang telah pulang, Darren mendengar suara denting pelan dari ponselnya. Ternyata sebuah pesan dari anak buah yang tugaskan untuk melakukan penyelidikan tentang Aldrian, mantan guru les Sienna waktu di Sekolah Dasar. Keningnya pun seketika berkerut, saat membaca seluruh kalimat yang tertera du sana. [Aldrian kini telah berada di Indonesia, dan telah menjadi salah satu dosen di kampus Nona Sienna. Apa dia perlu kami tahan?] Aldrian. Menjadi dosen di kampus Sienna? Kabar ini begitu mengejutkan, namun seketika membuat Darren terngiang kembali ketika siang ini ia menjemput Sienna di kampusnya. Gadisnya itu tampak aneh. Berlari keluar dengan kaki telanjang, serta wajah pias seperti ketakutan. Apa jangan-jangan, dia telah bertemu dengan Aldrian? Meskipun belum menemukan cukup bukti-bukti yang mengarah pada Aldrian yang menjadi penyebab atas sikap aneh Sienna bila berada di dalam kegelapan, namun firasat Darren begitu kuat tentang hal ini. Dan ia bertekad

  • Come And Serve Me   91. The Ultimate Reason

    Matthew pasti juga sudah mendapatkan kabar tentang kecelakaan Darren, sepupunya. "Hai, Sienna," sapa Matthew sambil tersenyum, namun senyum itu pun seketika menghilang ketika bertatapan dengan Karina. Meskipun telah menikah dengan pasangan masing-masing, namun tak bisa dipungkiri jika antara Matthew dan Virgo masih ada perasaan sama-sama saling tidak suka, yang juga membuat Matthew mengutuk dalam hati saat berpapasan dengan wanita ini. "Halo, Karina," sapa Matthew akhirnya, meskipun terdengar datar dan enggan. "Halo juga, Matthew. Kamu terlihat sehat. Oh iya, dimana Juliet?" tanya Karina sambil tersenyum ramah, seolah tak terpengaruh pada sikap dinginnya. "Aku tidak mengijinkannya ikut ke rumah sakit karena kondisinya yang sedang hamil," ungkap Matthew, lalu kembali menatap Sienna. "Kalian mau ikut ke ruangan Darren?" Sienna mengangguk. "Ya, kalau begitu bagaimana jika kita sama-sama saja ke sana~~" "Sayang, ayo pulang." Suara dingin yang menyeruak dengan tiba-tiba di a

  • Come And Serve Me   90. The Unforgettable

    "Thanks, Karina." Karina mengangguk dan tersenyum ke arah gadis mungil berkacamata yang duduk di depannya. Ia baru saja mengambilkan secangkir coklat hangat dan beberapa croissant beraroma harum untuk Sienna, lalu meletakkannya di meja depan gadis itu. "Sama-sama," sahut Karina. "Ayo, diminum coklat dan dimakan croissant-nya juga, selagi masih hangat." Sienna mengangguk samar, lalu mulai menghirup coklat dari mug hitam, serta menggigit kecil croissant. Pandangan mata dari balik lensa kaca matanya tampak nanar dan tidak fokus, hal yang tak lepas dari perhatian Karina sejak tadi. Gadis itu tampak sangat pucat. "Hei. Are you okay, Sienna?" tanya Karina khawatir. Sienna memiliki tubuh yang lebih mungil dari Karina, bahkan hampir seperti anak-anak remaja, sehingga siapa pun yang melihatnya bersikap goyah seperti ini pasti akan jatuh kasian. Sienna mengalihkan tatapannya dari croissant ke wajah Karina yang memandanginya dengan kening berkerut cemas. Istri sepupunya

  • Come And Serve Me   89. The Hit And Run

    Suara pintu yang tiba-tiba terbuka dari arah luar, membuat dua pasang mata berbeda warna itu pun seketika tertuju ke arah sana. "Sienna?" Sosok yang baru muncul dari pintu adalah Virgo, yang kemudian masuk ke dalam ruang rawat VIP sambil menggandeng tangan Karina yang mau tak mau juga ikut masuk. "Virgo, Karina!" Sienna yang duduk di samping brankar pun seketika berdiri ketika melihat sepupu dan istrinya yang baru saja datang. Namun ia tak bisa melangkah lebih lebih dekat ke pasangan suami istri itu, karena tangannya yang tiba-tiba saja dicengkram oleh pria bule yang berada di atas brankar. Darren mengangkat satu alis pirangnya, ekspresinya seolah tidak mengijinkan Sienna untuk berada lebih jauh. Lalu seulas senyum puas pun terukir di wajah pria itu, ketika melihat gadisnya yang duduk kembali di kursinya dengan patuh. Hm, mungkin sebaiknya ia harus sering-sering terluka, karena dengan begitu Sienna bersikap manis seperti ini. "Hei, Darren. Syukurlah kamu sudah sadar,"

  • Come And Serve Me   88. The Accident

    "Sayang." Karina pun mendengar suara Virgo yang memanggilnya, dan mendapati sebuah pelukan hangat dari belakang serta kecupan lembut di ubun-ubun kepalanya. "Kamu sudah pulang?" Karina menolehkan wajahnya ke samping, dan tersenyum ketika mendapatkan ciuman di bibirnya. "Maaf, aku terlalu fokus membongkar barang-barang sampai tidak mendengar kamu datang." Wanita itu kini membalikkan tubuhnya, meninggalkan tumpukan kardus di depannya untuk menyambut suaminya yang baru pulang bekerja. Setelah menikah dengan Karina, Virgo mendirikan perusahaan jasa konsultan hukum bersama teman-teman semasa kuliahnya. Meskipun menjadi putra tunggal seorang Angkasa Reiner membuatnya otomatis menjadi pewaris kaya raya, namun Virgo tampak enggan untuk turut campur dalam perusahaan ayahnya. Ia tidak terlalu tertarik pada dunia bisnis, karena lebih suka berkecimpung di ranah hukum, sesuai dengan jurusan kuliah yang ia pilih. "Aku sudah masak makan malam, kamu mau mandi dulu kan?" Karina kemba

  • Come And Serve Me   87. The Warmth In A Cup

    Sienna terus berlari tanpa memperhatikan apa pun di sekitarnya. Jantungnya berdebar kencang, tidak hanya karena aktivitas fisik yang dilakukannya, tetapi juga karena emosi yang meluap-luap di dalam dirinya. Langkah-langkahnya yang cepat menggema di sepanjang koridor kampus, seolah mengiringi detak jantungnya yang berdegup keras. Ia hanya ingin menjauh sejauh mungkin dari ruang kesehatan itu, sejauh mungkin dari tempat ini, dari segala hal yang membuatnya merasa terpojok. Gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa kakinya telanjang, karena buru-buru turun dari ranjang portabel di ruang kesehatan tadi tanpa sempat mengenakan kembali flat shoes-nya. Dinginnya lantai tidak terasa menyakitkan bagi Sienna, mungkin karena pikirannya terlalu kacau untuk memproses rasa apa pun selain keinginan untuk melarikan diri. Orang-orang yang melihat Sienna berlari kencang di lorong kampus jelas dibuat bingung dan terkejut. Gadis itu menjadi pusat perhatian dengan begitu mudahnya, namun ia sama

  • Come And Serve Me   86. The Dark Memories

    "Uh..." Sienna membuka kedua matanya dengan perlahan, merasa kepalanya sangat pusing dan berat. Lalu ia pun mengerjap pelan ketika menyadari bahwa kini dirinya telah berada di tempat asing. 'Eh? Kok aku bisa ada di sini?' Ruangan yang berukuran sedang ini setahu Sienna adalah ruang kesehatan yang merupakan fasilitas dari kampusnya. Saat ini ia sedang berbaring di ranjang portabel dari besi, serta selembar selimut putih yang menutupi tubuhnya.Gadis itu masih merasa disorientasi, seolah ada ruang kosong di dalam benaknya yang memutus ingatan terakhirnya. Sebentar... Bukankah sebelumnya ia sedang berada di kelas? Ya, benar. Ia sedang membalas pesan dari Darren, sambil menunggu dosen pengganti yang datang terlambat, lalu... Lalu.Bagai ada petir yang menyambar, Sienna kembali mengingat kilasan ingatan yang menghujam otaknya. Orang itu. Dosen baru yang mengganti Pak Rudi, adalah orang itu. Apa yang dia lakukan di fakultas hukum? Bukankah... dia guru matematika?Sienna tiba-tiba mer

  • Come And Serve Me   85. The Demon From The Past

    "Uhuk-uhukk!" Darren segera memberikan segelas air kepada Sienna yang batuk-batuk karena tersedak, akibat mengunyah dengan terburu-buru. Sambil menepuk pelan punggung gadis itu dengan satu tangan, tangan satunya lagi ia gunakan untuk memberikan minum langsung ke bibir Sienna. "Thanks, Darren." Sienna berucap setelah batuknya mereda. "Pelan-pelan saja mengunyahnya, Sunshine." Sienna hanya melemparkan tatapan kesal namun tidak berkata apa-apa kepada Darren. Bagaimana ia tidak terburu-buru? Ia hampir terlambat masuk kuliah hari ini, dan semua itu gara-gara Darren yang tak ada habisnya meminta jatah bercinta. Ck. Bahkan sampai sekarang kedua kakinya masih lemas dan agak gemetar karena lelah. Meskipun begitu, ia harus kuliah hari ini. Ia tidak ingin terus membolos, apalagi sudah beberapa hari kemarin ia mangkir kuliah untuk menyelidiki kasus Mathilda. "Kamu kok nggak makan sih?" tanya gadis itu heran karena Darren yang sejak tadi ikut duduk di sampingnya, namun hanya menatapny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status