Share

4. Pesan Konyol

last update Last Updated: 2021-09-11 11:34:30

Siena membaca lampiran surat wasiat Adalfo sekali lagi. Semua nama bunga itu ada di dalam rumah kaca Adalfo, kecuali satu. Apa itu Daunbrazil? Kening Siena berkerut lagi.

Hari Sabtu, satu hari setelah Damien memberikan surat wasiat, Siena sedang berada di rumah kaca sekarang. Bertekad untuk memecahkan teka-teki yang diberikan kakek angkatnya, Siena mencermati satu persatu pot tanaman bunga yang namanya tertulis di surat. Diangkatnya pot pertama yang terbuat dari batu, bunga Honeysuckle. Bagian bawah pot? Tak ada tulisan apa-apa. Diputar-putarnya pot, mungkin di sisi kiri kanan pot? Tak ada apa-apa juga, kecuali ukiran yang memang sudah jadi satu dengan desain pot.

Siena menghembuskan napas dengan kasar. Masa iya dia harus mencabut tanaman itu satu persatu, untuk melihat sampai ke dasar pot? Mungkinkah Adalfo sembunyikan sesuatu di dalam tanah yang mengisi pot? Tangan Siena terulur ragu-ragu.

"Grandpa, permainan macam apa sih ini?" keluh Siena.

Akhirnya dia nekat mencabut tanaman Honeysuckle itu. Jari-jari lentiknya mengais-ngais tanah dalam pot. Makin lama makin cepat, sampai akhirnya Siena menumpahkan semua isi pot itu ke lantai rumah kaca. Cuma ada tanah hitam yang terlihat.

"Oh ya ampun! Sama sekali tidak lucu!" Siena rasanya ingin membanting pot batu itu ke lantai pada saat bersamaan. Surat wasiat absurd!

Siena berjongkok memandang ceceran tanah yang ditumpahkannya dari pot. "Andai saja aku tak berjanji pada Grandpa untuk mengurus semua yang diwariskan Grandpa padaku…," gumamnya. "Aku tak perlu lakukan kekonyolan ini."

Siena memijit di antara kedua matanya. "Berpikirlah, Siena…! Apa sebenarnya maksud Grandpa? Pasti ada petunjuk…"

Apakah Adalfo pernah memberikan sekedar petunjuk atau isyarat apa pun padanya? Dia tahu Adalfo sangat suka bunga, tapi rasanya tak ada yang istimewa dengan semua bunga yang ditanam Adalfo di dalam rumah kaca ini.

Siena menyeka kedua tangannya ke celana denimnya, membersihkan sisa tanah yang menempel. Lalu diambilnya ponsel di dalam saku celananya.

"Honeysuckle…"

Diketiknya nama bunga itu di search engine. Muncul berbagai definisi dan sejarah tentang bunga yang kebanyakan berwarna putih dan kuning itu, tapi apa hubungannya dengan warisan Adalfo?

"Coba kita cari yang ini, Daunbrazil…"

Yang muncul justru Brazilian spinach, nama bayam yang berasal dari Brazil!

"Ini benar-benar konyol!"

Mendadak, terbersit di pikiran Siena, bagaimana kalau Adalfo cuma sedang mengerjainya? Siena membalikkan tubuhnya. Baru saja dia hendak berjalan ke pintu keluar rumah kaca, terdengar suara teriakan yang sangat dikenalnya.

"Siena Chan…!"

"Imel?"

Siena terperanjat mendapati kedua sahabatnya, Imelda dan Brian sedang berjalan ke arah rumah kaca. Buru-buru dia menyelipkan lampiran surat wasiat Adalfo yang dipegangnya ke belakang salah satu pot besar, yang terletak paling dekat dengan tempatnya berdiri. Dia ingat pesan Damien, supaya isi surat wasiat itu dan lampirannya jangan sampai diketahui orang lain.

"Kalian tak kabari aku dulu kalau mau datang," sapa Siena pada mereka berdua.

"Woo… Jadi sekarang, kami harus izin dulu kalau mau datang?" protes Imelda.

"Bukan begitu maksudku…."

"Waw…! Lihat, kebunnya luas sekali!" Imelda tahu-tahu sudah memekik, mengagumi kebun Adalfo. "Ckckck… Kamu orang paling beruntung, Siena Chan. Mendadak jadi miliarder!"

"Jangan bicara begitu, Imel… Ayo kita duduk di situ," ajak Siena, menunjuk ke arah gazebo.

"Cheers Cafe merindukan kamu, Siena…," ucap Brian, waktu mereka bertiga sudah duduk di sofa.

Siena tersenyum kecut. Sudah pasti sejak tinggal di rumah Adalfo di Beverly Hills, Siena tak bisa lagi mampir ke Cheers Cafe, kafe tempat Brian bekerja. Dia juga sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya di media daring Angels Daily, semuanya semata-mata karena permintaan Adalfo.

"Aku juga kangen green tea latte buatan kamu, Brian…"

"Cuma green tea latte-ku?" Pertanyaan Brian seperti menyimpan makna lain. Alis Brian terangkat.

"Aku juga kangen kalian," sambung Siena. Mata hazel-nya beradu pandang dengan mata Brian.

"Tak apa-apa, aku lebih senang kamu tinggal di sini. Jadi aku bisa main ke sini kapan pun aku mau. Tadi aku lihat ada kolam renang juga. Lain kali aku bawa pakaian renang ya… Boleh 'kan aku berenang di sini?" Imelda tak henti mencerocos, mengabaikan Brian yang terus memandang Siena.

"Tentu saja boleh…"

Belum selesai Siena berbicara, Imelda sudah berdiri dan menarik tangan kirinya. "Ayo Siena Chan, antar kami tur keliling istana ini! Aku belum puas lihat semuanya."

"Apa…? Eh, pelan-pelan…!"

Mau tak mau, Siena terpaksa mengikuti sahabatnya itu, Brian mengintil dari belakang. Mereka menyusuri kebun, terus masuk ke sayap kiri rumah di mana terdapat ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, dan dapur. Berlanjut ke sayap kanan rumah yang berisi ruangan yang lebih privat, ruang kerja dan kamar-kamar tidur. Imelda tak henti-hentinya berdecak kagum.

"Semuanya ukuran jumbo! Lihat, masih ada lantai dua lagi!" seruan Imelda bergaung di dalam rumah yang besar itu.

"Kamu norak amat sih, Imel!" hardik Brian.

"Biar saja! Aku orangnya tak pernah pura-pura. Kalau kagum aku omong apa adanya," balas Imelda sewot.

"Tapi tak seperti ini juga…!"

"Sudah, sudah…! Ayo kita duduk di dekat kolam saja…" Siena buru-buru melerai keduanya yang memang suka beradu pendapat.

Mereka bertiga duduk di kursi santai yang terdapat di pinggir kolam renang besar berbentuk lingkaran. Udara sejuk di akhir musim gugur berhembus dari halaman samping yang rindang dengan pepohonan.

"Sekarang, apa saja kegiatanmu, Siena?" tanya Brian.

Bip! Bip!

Ponsel Siena berbunyi. Dia memberi isyarat pada Brian, lalu dijawabnya panggilan masuk itu.

"Hallo…"

"Siena, kamu tidak lupa dengan acara malam ini 'kan? Aku jemput kamu jam enam ya…," suara lembut Damien terdengar dari seberang telepon.

"Oh ya, Damien… Tentu saja aku ingat nanti malam."

Mata Brian seketika menatap tajam ke arah Siena, keningnya berkerut. Siapa itu Damien?

"Dress code-nya apa? Maksudnya, aku harus pakai apa? Oh…, baiklah… Ya, aku tunggu…" Siena menutup ponselnya.

"Siapa yang telepon?" Brian langsung menodongnya dengan pertanyaan.

"Damien, pengacara Tuan Adalfo. Nanti malam, aku harus ke pesta ulang tahun Hotel La Paradise, hotelnya Tuan Adalfo."

"Wah, kamu sudah jadi kalangan jetset sekarang, Siena…!" celetuk Imelda sambil terkikik.

Imelda terus berceloteh, sementara Brian menatap Siena dengan rasa pedih di hatinya. Rasanya seperti kehilangan Siena yang dulu, Siena yang bisa diajaknya mengobrol dan makan bersama tanpa ada embel-embel apa pun.

Related chapters

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   5. Gangguan di Pesta

    "Apa yang kamu pikirkan?" Pertanyaan Damien menyadarkan Siena dari lamunannya. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil limusin yang mengantarkan ke Hotel La Paradise."Oh… Tak ada, aku --""Kamu gugup?"Siena menggigit bibir bawahnya. "Yah, sedikit senewen…."Tangan kanan Damien terulur, menggenggam kedua tangan Siena yang ada di pangkuan. "Tenang saja, kamu Siena yang pemberani. Lagipula kamu kelihatan sangat memesona malam ini." Damien memuji penampilan Siena, yang mengenakan midi dress warna merah cherry dengan model off-shoulder. Terlihat sangat serasi dengan tubuh mungil Siena, sampai Damien ingin terus memandanginya.Siena tersenyum kaku. Entah kenapa, tangan Damien yang hangat menimbulkan desir aneh di dadanya. Pria itu juga sangat baik, mau menemaninya ke pesta yang sebenarnya tak termasuk dalam tugas pengacara.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   6. Petunjuk Pertama

    Alfonso dan Gloria masuk ke dalam mobil Audi warna putih mengilap, meluncur dengan cepat meninggalkan Hotel La Paradise. Setelah beberapa menit dalam hening, Gloria melirik ke arah Alfonso yang diam saja."Jadi itu yang namanya Siena Mori? Penampilannya kelihatan sangat berbeda malam ini. Huh! Dia pasti hamburkan uang si tua Adalfo untuk beli segala make-up dan dress yang mewah. Tapi tetap saja dia terlihat norak, tak pantas untuk jadi kalangan jetset," cemooh Gloria.Alfonso hanya mengusap dagunya yang bercambang tipis dengan sebelah tangannya, tapi tak bereaksi. Dia masih berusaha mengenyahkan bayangan wajah gadis yang disebut Gloria dari benaknya."Honey Bear…," Gloria mulai merengek lagi. Mau tak mau, Alfonso menoleh memandang wanitanya."Aku lihat cara kamu menatap Siena. Kamu tidak sedang mabuk 'kan? Jangan katakan kalau kamu anggap gadis itu menarik…."

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   7. Ancaman

    Siena menutup kopernya. Semua barang yang diperlukan sudah masuk ke dalam koper, sekarang tinggal menyiapkan tas selempangnya. Yang dia perlukan adalah dompet, paspor, barang-barang pribadi dan… foto Adalfo serta ibunya yang selalu dia bawa ke mana-mana. Dua jam lagi, pesawat pribadi milik Adalfo akan membawanya dan Damien menuju ke Dubai.Mendadak terdengar bunyi langkah kaki mendekat, seperti berlari ke arah kamarnya.Tok! Tok! Tok!Siena membuka pintu kamar tidurnya. "Lucio? Ada apa?"Pelayan yang setia itu berdiri di muka pintu, entah kenapa wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. "Nona Siena…," gagapnya.Dahi Siena mengernyit. "Kenapa, Lucio?""Tuan Alfonso Garcia sedang menunggu Nona di ruang tamu."*****Alfonso duduk di kursi bermodel antik di ruang tamu. Kedua tangannya ditumpangk

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   8. Siena Mori

    Flashback: Dua bulan yang laluSiena berjalan terburu-buru sepanjang trotoar yang ramai dengan pejalan kaki, dan masuk ke sebuah kafe di sebelah kirinya. Kafe berdinding kaca itu didominasi oleh warna-warna pastel yang lembut. Baru jam setengah delapan, tetapi kafe itu sudah penuh dengan pengunjung yang asyik menikmati sarapan."Selamat datang di Cheers Cafe!" sapa sebuah suara yang ramah."Hai, Brian! Orderanku yang biasa ya…," balas Siena, tersenyum pada barista pria yang berdiri di belakang meja konter.Pria berwajah oriental itu tersenyum manis, hingga sepasang matanya menyipit. Tubuhnya ramping, sedikit lebih tinggi daripada Siena. Rambut dan iris matanya yang hitam khas Asia, berpadu dengan wajahnya yang agak bulat, membuat pria itu terlihat hangat dan menyenangkan."Green tea latte, esnya sedikit, sudah aku siapkan dari

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   9. Rahasia Adalfo

    Flashback: Dua bulan yang lalu.Siena tiba di sebuah gedung berlantai sepuluh yang terletak beberapa blok dari Cheers Cafe. Kantor Angels Daily berada di lantai delapan gedung itu. Meskipun hanya sebuah kantor kecil, Siena sangat menikmati pekerjaannya. Penghasilannya juga lumayan. Yah, mungkin bukan penghasilan yang bisa membuat dia hidup mewah, tapi kepuasan yang dirasakannya jauh melebihi nilai gajinya."Siena…! Tahan lift-nya!" Suara teriakan melengking itu terdengar dari luar, saat Siena sudah berada di dalam lift.Siena buru-buru memencet tombol buka pintu. Seorang gadis sebaya Siena berlari tergopoh-gopoh menyelinap ke dalam lift, dengan ransel di bahunya, gelas kertas di tangan kirinya, dan seberkas map plastik di tangan kanannya. Sepertinya dia kerepotan membawa semua barangnya."Thanks, Siena Chan! Kamu memang paling baik!" celoteh gadis itu sambil tert

    Last Updated : 2021-09-16
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   10. Alfonso Garcia

    Flashback: Satu bulan yang lalu.BRUKKK!Alfonso Garcia membanting ponselnya ke atas meja kerjanya dengan kasar. Ponsel itu tidak hancur, tapi minimal layarnya pasti retak. Alfonso sudah tak ambil pusing lagi. Hatinya sedang membara saat ini.Dia baru saja selesai membaca tulisan bersambung di kolom Angels Daily. Apalagi kalau bukan kisah hidup Adalfo Garcia, kakeknya.Alfonso benar-benar tak percaya, Adalfo rela membuka seluruh kisah hidupnya di media seperti itu! Sesuatu yang sangat bertentangan dengan sifat Adalfo selama ini. Yang paling membuat Alfonso murka adalah pengakuan jujur Adalfo, tentang bagaimana dia menjadi penyebab berpisahnya ayah dan ibu Alfonso sendiri.Beginilah isi pengakuan Adalfo:"Akulah yang harus disalahkan, karena aku menolak merestui pernikahan Alberto dengan wanita yang dicintainya. Mereka pergi

    Last Updated : 2021-09-16
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   11. Selamat Tinggal

    Flashback: Satu minggu yang lalu.Sebuah mobil limusin warna hitam mengilap berhenti di depan rumah mewah Adalfo Garcia di kawasan Beverly Hills. Terburu-buru Siena keluar dari mobil itu. Adalfo sengaja mengutus sopir pribadinya untuk menjemput Siena. Pria itu meminta untuk segera bertemu.Siena berlari tergopoh-gopoh ke kamar tidur Adalfo. Menurut Lucio, Adalfo hanya berbaring di tempat tidurnya selama dua hari terakhir ini. Dalam hatinya, Siena gelisah. Dia tahu Adalfo menderita penyakit jantung koroner, dan sudah pernah menjalani operasi bypass. Namun kondisi kesehatan kakek angkatnya itu memang cenderung menurun belakangan ini."Grandpa…," sapa Siena, saat tiba di depan pintu kamar Adalfo. Dadanya naik turun, napasnya masih terengah-engah karena berlari.Adalfo berbaring di atas tempat tidur berukuran besar di tengah kamar tidur yang luas. Ia langsung menoleh

    Last Updated : 2021-09-16
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   12. Awal Perjalanan

    Perjalanan yang paling menantang dalam hidup kita adalah perjalanan menemukan jati diri kita sendiri.***Kembali ke saat ini.Siena duduk dengan wajah muram di dalam jet pribadi milik Adalfo. Alfonso duduk di kursi lain, agak jauh di seberangnya. Tapi Siena tahu, dari tadi mata tajam Alfonso berulang kali melirik ke arahnya, seakan sedang mengawasi.Ponsel Siena berbunyi. "Hallo, Damien….""Siena, apa yang kamu lakukan?" Suara Damien terdengar sangat panik. "Kamu tak boleh pergi ke Dubai dengan Alfonso! Pria itu berbahaya! Aku sedang menuju ke bandara sekarang, kamu harus tunggu aku! Jangan pergi tanpa aku!" perintah Damien.Siena melirik ke Alfonso. Pria itu sedang memandanginya sambil tersenyum culas."Damien, maafkan aku…. Aku tak bisa jelaskan semuanya sekarang, tapi aku tetap har

    Last Updated : 2021-09-16

Latest chapter

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   106. Awal dan Akhir

    "Apa maksudnya?" Kening Siena berkerut dalam. "Tapi hari ini bukan ulang tahunku."Ah, ini pasti kode, pikir Siena. Alfonso benar-benar sengaja mengerjainya tepat di hari pernikahan mereka!Siena mencari pulpen dan mulai mencoret-coret di kertas. "Tanggal ulang tahunku 17 September. Mungkin itu sebagai kunci untuk menggeser huruf yang ada. Hmm, biar kucoba."Ia menuliskan tebakannya di atas kertas.ELANHPB1791791FSJOOYC"Aneh, kenapa tak ada artinya?" Siena tertegun melihat hasilnya. "Atau… hurufnya bukan digeser ke kanan, tapi ke kiri!"Siena mencoret-coret ulang dan menulis lagi.ELANHPB1791791DERMAGA"Dermaga?" Siena berseru kaget. "Apakah Alf memintaku untuk pergi ke dermaga?"

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   105. Hari yang Sempurna

    "Dengan ini kalian berdua dinyatakan resmi menjadi suami istri. Silakan, Anda boleh mencium istri Anda."Setelah pastor selesai mengucapkan kalimat tersebut, Alfonso langsung merangkul pinggang Siena, memberikan belaian lembut di pipi Siena yang merona indah, dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih. Seketika semua yang hadir bertepuk tangan.Segala sesuatu berjalan sesuai harapan Siena di hari pernikahannya ini. Dia tak perlu pesta mewah, hadiah mahal, atau gaun pengantin seperti putri kerajaan. Yang dia butuhkan hanyalah pernikahannya sah di hadapan Tuhan dan orang-orang yang disayanginya.Setelah acara pemberkatan pernikahan berakhir, Alfonso dan Siena mendapatkan pelukan dari Stefano, Carlo, juga Irina yang datang jauh-jauh dari Melbourne. Mendadak…."Siena Chan! Selamat ya!" Siapa lagi kalau bukan Imelda yang memekik. M

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   104. Harta Paling Bernilai

    Alfonso masuk ke dalam kamar tidur Siena dengan wajah cerah. Siena sudah berganti gaun tidur dan duduk bersandar di kepala tempat tidur, ia langsung mengarahkan pandangan ke Alfonso."Kamu kelihatan gembira…, sepertinya aku tak usah khawatir apa yang kamu bicarakan dengan Papa," celetuk Siena.Seringai Alfonso makin lebar. "Aku baru saja mendapat seorang Papa hari ini."Mulut Siena melongo. "Benarkah? Papa sudah memintamu memanggilnya Papa?"Alfonso menjawab dengan anggukan mantap. "Yup!""Oh, Alf, aku bahagia sekali mendengarnya!" Siena merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk memeluk Alfonso.Alfonso duduk di samping Siena dan merangkulnya dengan mesra. "Sekarang aku punya keluarga yang utuh lagi. Aku punya seorang istri yang kucintai, ayah yang bi

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   103. Putra dan Putri

    Bagi Alfonso, hari ini adalah salah satu hari paling istimewa baginya. Ia sempat kehilangan Siena selama tiga bulan lebih, berusaha bertahan dalam hati yang hancur, bahkan menjalani hidup seperti zombie, tubuhnya hidup tapi jiwa dan pikirannya serasa kosong.Mimpi buruk itu telah berakhir. Sekarang, Siena kembali padanya. Bahkan lebih daripada yang berani dia bayangkan, dia mendapatkan Siena bersama anak mereka yang berumur tiga bulan dalam kandungan Siena!"Kamu tak mau makan, Cherry? Dari tadi aku lihat kamu belum makan apa-apa," ujar Alfonso, kelihatan cemas.Malam ini pesta pertunangan mereka sedang berlangsung di halaman belakang rumah yang sangat luas. Keluarga De Martini adalah keluarga bangsawan yang sangat terkenal dan penting di Kota Siena. Jadi tak heran kalau tamu yang berkunjung juga terus mengalir.Alfonso menuntut Si

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   102. Konspirasi

    "Selamat siang, Tuan Stefano." Alfonso memutuskan untuk menyapa lebih dulu. "Carlo, Damien…." Alfonso mengangguk pada mereka bertiga.Mata Stefano mengamati tangan Alfonso dan Siena yang terus saling bergandengan. "Siena, kamu membuat kami khawatir. Apakah Alfonso menyakitimu?" Jelas bahwa Stefano sengaja mengabaikan sapaan Alfonso."Tidak, Papa, Alfonso tak mungkin sakiti aku," Siena menjawab dengan cepat. "Papa, kumohon biar kami jelaskan dulu semuanya.""Kurasa semuanya sudah sangat jelas bagiku. Kamu memilih untuk menyakiti hati seorang pria yang baik seperti Damien, demi kembali pada pria yang jelas-jelas telah menyakitimu sebelumnya," sergah Stefano dengan suara tegas."Papa, ini semua salahku. Alfonso tak pernah sakiti aku. Aku sudah tahu kalau dia tak ada hubungannya dengan masalah Gloria, tapi waktu dia datang menem

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   101. Kejutan Terindah

    Butuh waktu beberapa detik bagi Siena untuk mencerna perkataan Alfonso. Namun yang bisa dilakukannya hanyalah menatap Alfonso dengan mata terbelalak dan mulut melongo."Aku mohon jangan menikah dengan Damien. Aku ingin kamu jadi milikku seorang. Menikahlah denganku, Cherry…." Ucapan Alfonso terdengar sangat jelas, ucapan yang menimbulkan rasa hangat yang menjalari hati Siena."Alf….""Ya?""Kamu sadar kalau kamu baru saja memintaku menikah denganmu? Di dalam sebuah garasi mobil yang tertutup, di mana kamu baru saja menculikku tepat di hari pertunanganku dengan Damien?"Alfonso terpaku sesaat. "Yah…, aku bisa lakukan hal yang lebih gila lagi kalau kamu mau. Aku bisa saja tiba-tiba muncul di rumahmu, dan berteriak memprotes tepat saat Damien baru saja mau pasangkan cincin pertun

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   100. Bunga Sakura

    "Kamu cantik sekali, Siena," puji Viola, wanita paruh baya yang menjadi penata rias Siena.Siena sedang berada di salon untuk merias diri sebelum acara pertunangannya dengan Damien nanti malam. Tadinya dia hendak merias diri sendiri saja, tapi Carlo bersikeras bahwa dia harus tampil istimewa di hari yang istimewa ini.Jadilah dia akhirnya berangkat ke salon dengan sedikit enggan, diantar oleh Pino. Sedangkan Stefano, Carlo, dan Damien mempersiapkan acara yang akan diadakan di rumahnya."Apa dandananku… tidak berlebihan?" Siena ragu melihat penampilannya sendiri di cermin. Dia bukan gadis yang suka dandanan tebal selama ini."Jelas tidak. Dandanan ini sangat sempurna untuk acara spesial," Viola meyakinkannya sambil tersenyum."Maaf, maksudku, tentu saja hasil dandananmu sangat sempurna, Viol

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   99. Melepaskan

    Saat Alfonso mengemudikan mobilnya masuk ke halaman depan rumah, dia merasa curiga dengan mobil limusin putih yang diparkir di area taman umum yang berada persis di seberang rumah.Tak banyak orang yang mengendarai mobil limusin ke mana-mana karena terlalu mencolok. Siapa pemilik limusin itu, seorang selebritis yang sengaja mencari perhatian?Alfonso melangkah masuk ke dalam rumah, dan seketika terhenti karena mencium bau ganjil yang tak biasanya. Bau yang mengingatkan dia pada sesuatu.Ia mempercepat langkahnya, matanya mencari-cari sampai akhirnya dia melihat apa yang dicurigainya. Carlo sedang duduk di ruang tengah rumahnya sambil mengisap cerutu!"Aku rasa sudah saatnya aku sewa petugas keamanan untuk jaga rumah ini. Supaya orang-orang seperti kamu tak bisa masuk seenaknya," nada suara Alfonso terdengar ketus.

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   98. Lebih Pantas

    Alfonso keluar dari mobilnya. Matanya langsung melihat Brian dan Gloria yang sedang duduk bersebelahan di depan mobil kopi mereka, menatapnya dengan wajah serius."Apa kabar, Alfonso?" Gloria yang lebih dulu menyapa, karena Brian diam saja."Hai, Gloria. Bagaimana keadaanmu, sehat?" balas Alfonso. Ia berdiri di depan mereka berdua."Sehat, biarpun aku kelihatan makin mengembang tiap hari," celoteh Gloria, terkikik geli dengan gurauannya sendiri."Menurutku kamu kelihatan seperti ibu hamil yang modis, Gloria," puji Alfonso, tapi matanya melirik ke Brian.Dia mengatakan itu semata-mata untuk memberi dukungan pada Gloria, tanpa ada maksud merayu. Tapi dia tahu sifat Brian yang posesif. Wajah Brian seketika tampak berubah.Dalam hati Alfonso rasanya ingin tertawa. Pa

DMCA.com Protection Status