Share

3. Surat Wasiat

last update Last Updated: 2021-09-11 11:27:13

Kebun di belakang rumah mewah Adalfo Garcia terbentang hampir seluas satu lapangan sepakbola. Semasa hidupnya, Adalfo memang sangat gemar berkebun. Kebun itu ditanami berbagai jenis pohon dan bunga. Adalfo juga mempekerjakan tukang kebun khusus untuk merawat kebun itu. Sebuah rumah kaca dibangun di sisi timur kebun untuk tanaman yang memerlukan penanganan khusus, terutama bunga-bunga yang menjadi favorit Adalfo.

Siena sedang menyirami tanaman dalam rumah kaca, ketika dia menyadari, Damien Lambert tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Saat Siena menoleh, pengacara Adalfo berusia dua puluh sembilan tahun itu tersenyum padanya.

"Sepertinya kamu sudah betah tinggal di rumah ini, Siena…," sapa Damien.

Siena memandangi pria keturunan Perancis yang berwajah menawan itu. Senyumnya yang ramah dan mata cokelatnya yang hangat membuat Siena yakin kalau pria itu tak pernah kesulitan untuk menarik perhatian wanita mana pun. Damien berpakaian santai hari ini, kaos berkerah warna abu-abu dan celana denim biru tua, yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang atletis.

"Hai, Damien… Aku tak tahu kalau kamu mau datang," balas Siena dengan nada riang.

"Aku sudah terbiasa dari dulu. Tuan Adalfo minta aku anggap rumah ini seperti rumahku sendiri. Aku harap kamu juga tak keberatan."

"Ah, tentu saja tidak… Tak ada yang berubah di rumah ini. Kamu boleh datang kapan pun kamu mau," tanggap Siena, sambil melepas sarung tangan berkebunnya.

Mereka berdua berjalan keluar dari rumah kaca, menuju ke gazebo yang terletak persis di belakang bangunan rumah kaca. Satu set sofa empuk berwarna hijau mint sudah menanti. Siena dan Damien duduk berhadapan.

"Bagaimana kabarmu, Siena? Aku lihat kamu lumayan sibuk dengan para wartawan, tapi kamu benar-benar pandai menghindar." Damien mengulum senyumnya waktu mengatakan itu.

Siena menghela napas, lalu tersenyum kecut. "Mau tak mau, aku harus belajar hadapi mereka, seperti Grandpa dulu."

Ya, sejak Adalfo meninggal, entah bagaimana para insan media tahu, bahwa Siena Mori telah menjadi ahli waris tunggal dari Adalfo Garcia. Berita yang sangat menghebohkan tentunya. Masalahnya, semua orang tahu kalau Adalfo masih memiliki seorang cucu, Alfonso Garcia. Walaupun hubungan kakek dan cucu itu tak pernah dekat, tetap saja tak ada yang menduga, kalau Adalfo lebih memilih mewariskan semua hartanya pada Siena.

Latar belakang Siena pun mulai dikorek-korek dengan sadisnya. Ada yang melacak sampai ke ibu Siena, Sakura Mori, yang diketahui pernah bekerja sebagai perawat pribadi Adalfo. Orang-orang yang haus akan berita sensasional mulai berprasangka buruk, menuduh Sakura memiliki hubungan khusus dengan Adalfo, majikannya. Padahal Adalfo lebih cocok menjadi ayah Sakura!

Siena tidak menggubris semua gosip itu. Dia tahu benar bagaimana cara kerja media. Dia tak mau mencari masalah dengan media, juga tak mau menanggapi mereka. Cara yang dipilihnya sama seperti cara Adalfo, menghindar dan bungkam.

Damien menatap gadis yang duduk di hadapannya itu. Baru beberapa hari dia mengenal Siena, tapi entah kenapa, gadis ini membuatnya penasaran. Waktu dia membuatkan surat wasiat untuk Adalfo, pria itu memang sempat bercerita tentang Siena. Namun setelah bertemu sendiri dengan Siena, Damien merasa lebih tertarik untuk mengenal Siena lebih jauh.

Ada sesuatu yang membuat Siena berbeda dengan gadis lain, tapi apa? Apakah karena sifat Siena yang berani, atau kecerdasannya, atau justru kepolosannya? Wajah oriental biasanya tak terlalu menarik perhatian Damien. Namun Damien harus  mengakui, justru wajah gadis itulah yang paling sering membayangi benaknya belakangan ini. Rambut cokelat lurus dan tubuh mungil Siena juga masih kalah dengan sebagian besar wanita berambut pirang dan bertubuh sensual yang pernah Damien kencani. Namun jika semua yang ada pada diri Siena digabungkan, entah kenapa membentuk kombinasi yang membuat Damien sulit memalingkan wajahnya. Damien mengusap wajahnya dengan tangan kanannya. Ada apa sebenarnya dengan dia?

"Ada yang mau kamu bicarakan, Damien?" Suara Siena membuyarkan pikiran Damien.

"Oh… Ehm... Ya, sebenarnya ada…," Damien agak tergagap. "Aku datang sesuai janjiku waktu itu, waktu aku melayat di hari pemakaman Tuan Adalfo Garcia."

Damien mengeluarkan sebuah map plastik dari tas kulit model messenger yang dipegangnya dari tadi. "Ini surat wasiat Tuan Adalfo yang pasti sudah kamu tunggu-tunggu, Siena… Dengan surat ini, semuanya sudah sah kamu miliki. Tak ada yang bisa menuntutmu lagi, termasuk Alfonso Garcia sendiri," tutur Damien.

"Bagaimana kamu…? Kamu tahu kalau Alfonso Garcia datang temui aku kemarin?" Siena terperanjat.

"Ya, aku dengar laporan dari Lucio. Kurasa pelayan pribadi Tuan Adalfo itu cuma ingin lindungi kamu, Siena… Dia khawatir kalau Alfonso lakukan sesuatu yang mengancam kamu," Damien menjelaskan.

Pikiran Siena melayang kembali ke pertemuannya hari itu dengan Alfonso. Sesuatu dalam hatinya membisikkan kalau Alfonso tak akan mudah menyerah begitu saja untuk mendapatkan kembali harta warisan sang kakek.

"Dia bilang, dia akan bawa kasus ini ke pengadilan," cerita Siena.

Damien tertawa renyah. "Dia tak akan bisa apa-apa. Semua surat wasiat ini legal. Tuan Adalfo sendiri yang minta aku buat dan daftarkan ke notaris. Surat ini bahkan sudah jadi sebelum Tuan Adalfo meninggal. Jadi Alfonso tak bisa menuntutmu. Dia cuma akan permalukan diri sendiri, kalau sampai dia berani buka kasus ini ke pengadilan," tanggap Damien dengan santai.

"Aku tahu. Tapi tetap saja aku merasa tak nyaman. Aku punya firasat… Alfonso tak akan diam saja. Dia sudah hidup mapan. Tapi kenyataannya, dia sengaja pulang ke Los Angeles cuma untuk menuntut harta warisan kakeknya. Tak mungkin dia susah payah terbang dari New York ke Los Angeles cuma untuk keluarkan ancaman, lalu pulang begitu saja dengan tangan kosong," papar Siena.

"Huh! Dia bahkan tak hadir di pemakaman Tuan Adalfo. Tapi giliran harta warisan, dia tak mau menyerah. Dasar tak tahu malu!" omel Damien sambil mendengkus.

"Tenang saja, Siena… Biarkan saja orang itu. Dia sudah terlalu lama abaikan kakeknya. Sekarang, kita bisa lihat sendiri, orang macam apa dia itu. Cuma gila harta," Damien terus mencerca Alfonso di depan Siena.

"Entahlah, kurasa dia bukan tipe orang yang mudah diabaikan begitu saja," gumam Siena.

"Lebih baik kamu fokus pada surat wasiat ini saja. Sekarang ini milikmu, aku berikan semuanya padamu, Siena…" Damien menyerahkan map plastik berwarna bening itu pada Siena.

Siena agak ragu sejenak, tapi akhirnya tangannya terulur juga, menerima map dari Damien. Ia membuka map, mengeluarkan seberkas dokumen dari dalamnya. Di bagian awal, ada tulisan panjang lebar tentang hukum. Siena tak mengerti, dilewatkannya saja. Mendadak, matanya tertumbuk pada satu bagian dokumen.

"Damien, apa maksudnya ini? Tuan Adalfo ingin aku mengurus kelima asetnya yang tersebar di seluruh dunia? Tapi di sini tak disebutkan aset apa itu…," protes Siena.

"Ada lampiran di bagian belakang, bacalah terus…"

Kening Siena seketika berkerut waktu sampai di lembar lampiran terpisah yang dimaksud Damien. Mulutnya membuka dan menutup tanpa suara.

"Damien… Apa ini…?" Siena mengangkat wajahnya, menatap Damien dengan mata terbelalak.

Bibir Damien tertarik membentuk seulas senyuman. "Itu, Siena, adalah tugasmu untuk memecahkannya…."

Butuh waktu beberapa detik bagi Siena untuk bisa mencerna ucapan Damien. Pria itu tidak sedang bercanda, bukan? Tapi mana mungkin sebuah surat wasiat berisi lelucon? Siena mengarahkan pandangannya kembali ke tulisan yang ada di depan matanya, berharap dia salah baca. Ia bahkan mengucek kedua matanya sesaat, tapi tulisan itu tetap tak berubah.

Permainan apa yang sedang dimainkan Adalfo padanya? Oh, yang benar saja! Siena tahu, kakek angkatnya itu hobi membaca buku detektif dan misteri, tapi tidak begitu juga caranya. Ini yang tertulis di lampiran surat wasiat Adalfo:

Aset luar negeri pertama yang diwariskan pada Siena Mori untuk diurus adalah:

Daunbrazil, honeysuckle, oleander, tulip, echinacea, lily, amaryllis, dahlia, anthurium, lavender, fuschia, orchid

Related chapters

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   4. Pesan Konyol

    Siena membaca lampiran surat wasiat Adalfo sekali lagi. Semua nama bunga itu ada di dalam rumah kaca Adalfo, kecuali satu. Apa itu Daunbrazil? Kening Siena berkerut lagi.Hari Sabtu, satu hari setelah Damien memberikan surat wasiat, Siena sedang berada di rumah kaca sekarang. Bertekad untuk memecahkan teka-teki yang diberikan kakek angkatnya, Siena mencermati satu persatu pot tanaman bunga yang namanya tertulis di surat. Diangkatnya pot pertama yang terbuat dari batu, bunga Honeysuckle. Bagian bawah pot? Tak ada tulisan apa-apa. Diputar-putarnya pot, mungkin di sisi kiri kanan pot? Tak ada apa-apa juga, kecuali ukiran yang memang sudah jadi satu dengan desain pot.Siena menghembuskan napas dengan kasar. Masa iya dia harus mencabut tanaman itu satu persatu, untuk melihat sampai ke dasar pot? Mungkinkah Adalfo sembunyikan sesuatu di dalam tanah yang mengisi pot? Tangan Siena terulur ragu-ragu."Grandpa, perma

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   5. Gangguan di Pesta

    "Apa yang kamu pikirkan?" Pertanyaan Damien menyadarkan Siena dari lamunannya. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil limusin yang mengantarkan ke Hotel La Paradise."Oh… Tak ada, aku --""Kamu gugup?"Siena menggigit bibir bawahnya. "Yah, sedikit senewen…."Tangan kanan Damien terulur, menggenggam kedua tangan Siena yang ada di pangkuan. "Tenang saja, kamu Siena yang pemberani. Lagipula kamu kelihatan sangat memesona malam ini." Damien memuji penampilan Siena, yang mengenakan midi dress warna merah cherry dengan model off-shoulder. Terlihat sangat serasi dengan tubuh mungil Siena, sampai Damien ingin terus memandanginya.Siena tersenyum kaku. Entah kenapa, tangan Damien yang hangat menimbulkan desir aneh di dadanya. Pria itu juga sangat baik, mau menemaninya ke pesta yang sebenarnya tak termasuk dalam tugas pengacara.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   6. Petunjuk Pertama

    Alfonso dan Gloria masuk ke dalam mobil Audi warna putih mengilap, meluncur dengan cepat meninggalkan Hotel La Paradise. Setelah beberapa menit dalam hening, Gloria melirik ke arah Alfonso yang diam saja."Jadi itu yang namanya Siena Mori? Penampilannya kelihatan sangat berbeda malam ini. Huh! Dia pasti hamburkan uang si tua Adalfo untuk beli segala make-up dan dress yang mewah. Tapi tetap saja dia terlihat norak, tak pantas untuk jadi kalangan jetset," cemooh Gloria.Alfonso hanya mengusap dagunya yang bercambang tipis dengan sebelah tangannya, tapi tak bereaksi. Dia masih berusaha mengenyahkan bayangan wajah gadis yang disebut Gloria dari benaknya."Honey Bear…," Gloria mulai merengek lagi. Mau tak mau, Alfonso menoleh memandang wanitanya."Aku lihat cara kamu menatap Siena. Kamu tidak sedang mabuk 'kan? Jangan katakan kalau kamu anggap gadis itu menarik…."

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   7. Ancaman

    Siena menutup kopernya. Semua barang yang diperlukan sudah masuk ke dalam koper, sekarang tinggal menyiapkan tas selempangnya. Yang dia perlukan adalah dompet, paspor, barang-barang pribadi dan… foto Adalfo serta ibunya yang selalu dia bawa ke mana-mana. Dua jam lagi, pesawat pribadi milik Adalfo akan membawanya dan Damien menuju ke Dubai.Mendadak terdengar bunyi langkah kaki mendekat, seperti berlari ke arah kamarnya.Tok! Tok! Tok!Siena membuka pintu kamar tidurnya. "Lucio? Ada apa?"Pelayan yang setia itu berdiri di muka pintu, entah kenapa wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. "Nona Siena…," gagapnya.Dahi Siena mengernyit. "Kenapa, Lucio?""Tuan Alfonso Garcia sedang menunggu Nona di ruang tamu."*****Alfonso duduk di kursi bermodel antik di ruang tamu. Kedua tangannya ditumpangk

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   8. Siena Mori

    Flashback: Dua bulan yang laluSiena berjalan terburu-buru sepanjang trotoar yang ramai dengan pejalan kaki, dan masuk ke sebuah kafe di sebelah kirinya. Kafe berdinding kaca itu didominasi oleh warna-warna pastel yang lembut. Baru jam setengah delapan, tetapi kafe itu sudah penuh dengan pengunjung yang asyik menikmati sarapan."Selamat datang di Cheers Cafe!" sapa sebuah suara yang ramah."Hai, Brian! Orderanku yang biasa ya…," balas Siena, tersenyum pada barista pria yang berdiri di belakang meja konter.Pria berwajah oriental itu tersenyum manis, hingga sepasang matanya menyipit. Tubuhnya ramping, sedikit lebih tinggi daripada Siena. Rambut dan iris matanya yang hitam khas Asia, berpadu dengan wajahnya yang agak bulat, membuat pria itu terlihat hangat dan menyenangkan."Green tea latte, esnya sedikit, sudah aku siapkan dari

    Last Updated : 2021-09-11
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   9. Rahasia Adalfo

    Flashback: Dua bulan yang lalu.Siena tiba di sebuah gedung berlantai sepuluh yang terletak beberapa blok dari Cheers Cafe. Kantor Angels Daily berada di lantai delapan gedung itu. Meskipun hanya sebuah kantor kecil, Siena sangat menikmati pekerjaannya. Penghasilannya juga lumayan. Yah, mungkin bukan penghasilan yang bisa membuat dia hidup mewah, tapi kepuasan yang dirasakannya jauh melebihi nilai gajinya."Siena…! Tahan lift-nya!" Suara teriakan melengking itu terdengar dari luar, saat Siena sudah berada di dalam lift.Siena buru-buru memencet tombol buka pintu. Seorang gadis sebaya Siena berlari tergopoh-gopoh menyelinap ke dalam lift, dengan ransel di bahunya, gelas kertas di tangan kirinya, dan seberkas map plastik di tangan kanannya. Sepertinya dia kerepotan membawa semua barangnya."Thanks, Siena Chan! Kamu memang paling baik!" celoteh gadis itu sambil tert

    Last Updated : 2021-09-16
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   10. Alfonso Garcia

    Flashback: Satu bulan yang lalu.BRUKKK!Alfonso Garcia membanting ponselnya ke atas meja kerjanya dengan kasar. Ponsel itu tidak hancur, tapi minimal layarnya pasti retak. Alfonso sudah tak ambil pusing lagi. Hatinya sedang membara saat ini.Dia baru saja selesai membaca tulisan bersambung di kolom Angels Daily. Apalagi kalau bukan kisah hidup Adalfo Garcia, kakeknya.Alfonso benar-benar tak percaya, Adalfo rela membuka seluruh kisah hidupnya di media seperti itu! Sesuatu yang sangat bertentangan dengan sifat Adalfo selama ini. Yang paling membuat Alfonso murka adalah pengakuan jujur Adalfo, tentang bagaimana dia menjadi penyebab berpisahnya ayah dan ibu Alfonso sendiri.Beginilah isi pengakuan Adalfo:"Akulah yang harus disalahkan, karena aku menolak merestui pernikahan Alberto dengan wanita yang dicintainya. Mereka pergi

    Last Updated : 2021-09-16
  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   11. Selamat Tinggal

    Flashback: Satu minggu yang lalu.Sebuah mobil limusin warna hitam mengilap berhenti di depan rumah mewah Adalfo Garcia di kawasan Beverly Hills. Terburu-buru Siena keluar dari mobil itu. Adalfo sengaja mengutus sopir pribadinya untuk menjemput Siena. Pria itu meminta untuk segera bertemu.Siena berlari tergopoh-gopoh ke kamar tidur Adalfo. Menurut Lucio, Adalfo hanya berbaring di tempat tidurnya selama dua hari terakhir ini. Dalam hatinya, Siena gelisah. Dia tahu Adalfo menderita penyakit jantung koroner, dan sudah pernah menjalani operasi bypass. Namun kondisi kesehatan kakek angkatnya itu memang cenderung menurun belakangan ini."Grandpa…," sapa Siena, saat tiba di depan pintu kamar Adalfo. Dadanya naik turun, napasnya masih terengah-engah karena berlari.Adalfo berbaring di atas tempat tidur berukuran besar di tengah kamar tidur yang luas. Ia langsung menoleh

    Last Updated : 2021-09-16

Latest chapter

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   106. Awal dan Akhir

    "Apa maksudnya?" Kening Siena berkerut dalam. "Tapi hari ini bukan ulang tahunku."Ah, ini pasti kode, pikir Siena. Alfonso benar-benar sengaja mengerjainya tepat di hari pernikahan mereka!Siena mencari pulpen dan mulai mencoret-coret di kertas. "Tanggal ulang tahunku 17 September. Mungkin itu sebagai kunci untuk menggeser huruf yang ada. Hmm, biar kucoba."Ia menuliskan tebakannya di atas kertas.ELANHPB1791791FSJOOYC"Aneh, kenapa tak ada artinya?" Siena tertegun melihat hasilnya. "Atau… hurufnya bukan digeser ke kanan, tapi ke kiri!"Siena mencoret-coret ulang dan menulis lagi.ELANHPB1791791DERMAGA"Dermaga?" Siena berseru kaget. "Apakah Alf memintaku untuk pergi ke dermaga?"

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   105. Hari yang Sempurna

    "Dengan ini kalian berdua dinyatakan resmi menjadi suami istri. Silakan, Anda boleh mencium istri Anda."Setelah pastor selesai mengucapkan kalimat tersebut, Alfonso langsung merangkul pinggang Siena, memberikan belaian lembut di pipi Siena yang merona indah, dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih. Seketika semua yang hadir bertepuk tangan.Segala sesuatu berjalan sesuai harapan Siena di hari pernikahannya ini. Dia tak perlu pesta mewah, hadiah mahal, atau gaun pengantin seperti putri kerajaan. Yang dia butuhkan hanyalah pernikahannya sah di hadapan Tuhan dan orang-orang yang disayanginya.Setelah acara pemberkatan pernikahan berakhir, Alfonso dan Siena mendapatkan pelukan dari Stefano, Carlo, juga Irina yang datang jauh-jauh dari Melbourne. Mendadak…."Siena Chan! Selamat ya!" Siapa lagi kalau bukan Imelda yang memekik. M

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   104. Harta Paling Bernilai

    Alfonso masuk ke dalam kamar tidur Siena dengan wajah cerah. Siena sudah berganti gaun tidur dan duduk bersandar di kepala tempat tidur, ia langsung mengarahkan pandangan ke Alfonso."Kamu kelihatan gembira…, sepertinya aku tak usah khawatir apa yang kamu bicarakan dengan Papa," celetuk Siena.Seringai Alfonso makin lebar. "Aku baru saja mendapat seorang Papa hari ini."Mulut Siena melongo. "Benarkah? Papa sudah memintamu memanggilnya Papa?"Alfonso menjawab dengan anggukan mantap. "Yup!""Oh, Alf, aku bahagia sekali mendengarnya!" Siena merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk memeluk Alfonso.Alfonso duduk di samping Siena dan merangkulnya dengan mesra. "Sekarang aku punya keluarga yang utuh lagi. Aku punya seorang istri yang kucintai, ayah yang bi

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   103. Putra dan Putri

    Bagi Alfonso, hari ini adalah salah satu hari paling istimewa baginya. Ia sempat kehilangan Siena selama tiga bulan lebih, berusaha bertahan dalam hati yang hancur, bahkan menjalani hidup seperti zombie, tubuhnya hidup tapi jiwa dan pikirannya serasa kosong.Mimpi buruk itu telah berakhir. Sekarang, Siena kembali padanya. Bahkan lebih daripada yang berani dia bayangkan, dia mendapatkan Siena bersama anak mereka yang berumur tiga bulan dalam kandungan Siena!"Kamu tak mau makan, Cherry? Dari tadi aku lihat kamu belum makan apa-apa," ujar Alfonso, kelihatan cemas.Malam ini pesta pertunangan mereka sedang berlangsung di halaman belakang rumah yang sangat luas. Keluarga De Martini adalah keluarga bangsawan yang sangat terkenal dan penting di Kota Siena. Jadi tak heran kalau tamu yang berkunjung juga terus mengalir.Alfonso menuntut Si

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   102. Konspirasi

    "Selamat siang, Tuan Stefano." Alfonso memutuskan untuk menyapa lebih dulu. "Carlo, Damien…." Alfonso mengangguk pada mereka bertiga.Mata Stefano mengamati tangan Alfonso dan Siena yang terus saling bergandengan. "Siena, kamu membuat kami khawatir. Apakah Alfonso menyakitimu?" Jelas bahwa Stefano sengaja mengabaikan sapaan Alfonso."Tidak, Papa, Alfonso tak mungkin sakiti aku," Siena menjawab dengan cepat. "Papa, kumohon biar kami jelaskan dulu semuanya.""Kurasa semuanya sudah sangat jelas bagiku. Kamu memilih untuk menyakiti hati seorang pria yang baik seperti Damien, demi kembali pada pria yang jelas-jelas telah menyakitimu sebelumnya," sergah Stefano dengan suara tegas."Papa, ini semua salahku. Alfonso tak pernah sakiti aku. Aku sudah tahu kalau dia tak ada hubungannya dengan masalah Gloria, tapi waktu dia datang menem

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   101. Kejutan Terindah

    Butuh waktu beberapa detik bagi Siena untuk mencerna perkataan Alfonso. Namun yang bisa dilakukannya hanyalah menatap Alfonso dengan mata terbelalak dan mulut melongo."Aku mohon jangan menikah dengan Damien. Aku ingin kamu jadi milikku seorang. Menikahlah denganku, Cherry…." Ucapan Alfonso terdengar sangat jelas, ucapan yang menimbulkan rasa hangat yang menjalari hati Siena."Alf….""Ya?""Kamu sadar kalau kamu baru saja memintaku menikah denganmu? Di dalam sebuah garasi mobil yang tertutup, di mana kamu baru saja menculikku tepat di hari pertunanganku dengan Damien?"Alfonso terpaku sesaat. "Yah…, aku bisa lakukan hal yang lebih gila lagi kalau kamu mau. Aku bisa saja tiba-tiba muncul di rumahmu, dan berteriak memprotes tepat saat Damien baru saja mau pasangkan cincin pertun

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   100. Bunga Sakura

    "Kamu cantik sekali, Siena," puji Viola, wanita paruh baya yang menjadi penata rias Siena.Siena sedang berada di salon untuk merias diri sebelum acara pertunangannya dengan Damien nanti malam. Tadinya dia hendak merias diri sendiri saja, tapi Carlo bersikeras bahwa dia harus tampil istimewa di hari yang istimewa ini.Jadilah dia akhirnya berangkat ke salon dengan sedikit enggan, diantar oleh Pino. Sedangkan Stefano, Carlo, dan Damien mempersiapkan acara yang akan diadakan di rumahnya."Apa dandananku… tidak berlebihan?" Siena ragu melihat penampilannya sendiri di cermin. Dia bukan gadis yang suka dandanan tebal selama ini."Jelas tidak. Dandanan ini sangat sempurna untuk acara spesial," Viola meyakinkannya sambil tersenyum."Maaf, maksudku, tentu saja hasil dandananmu sangat sempurna, Viol

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   99. Melepaskan

    Saat Alfonso mengemudikan mobilnya masuk ke halaman depan rumah, dia merasa curiga dengan mobil limusin putih yang diparkir di area taman umum yang berada persis di seberang rumah.Tak banyak orang yang mengendarai mobil limusin ke mana-mana karena terlalu mencolok. Siapa pemilik limusin itu, seorang selebritis yang sengaja mencari perhatian?Alfonso melangkah masuk ke dalam rumah, dan seketika terhenti karena mencium bau ganjil yang tak biasanya. Bau yang mengingatkan dia pada sesuatu.Ia mempercepat langkahnya, matanya mencari-cari sampai akhirnya dia melihat apa yang dicurigainya. Carlo sedang duduk di ruang tengah rumahnya sambil mengisap cerutu!"Aku rasa sudah saatnya aku sewa petugas keamanan untuk jaga rumah ini. Supaya orang-orang seperti kamu tak bisa masuk seenaknya," nada suara Alfonso terdengar ketus.

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   98. Lebih Pantas

    Alfonso keluar dari mobilnya. Matanya langsung melihat Brian dan Gloria yang sedang duduk bersebelahan di depan mobil kopi mereka, menatapnya dengan wajah serius."Apa kabar, Alfonso?" Gloria yang lebih dulu menyapa, karena Brian diam saja."Hai, Gloria. Bagaimana keadaanmu, sehat?" balas Alfonso. Ia berdiri di depan mereka berdua."Sehat, biarpun aku kelihatan makin mengembang tiap hari," celoteh Gloria, terkikik geli dengan gurauannya sendiri."Menurutku kamu kelihatan seperti ibu hamil yang modis, Gloria," puji Alfonso, tapi matanya melirik ke Brian.Dia mengatakan itu semata-mata untuk memberi dukungan pada Gloria, tanpa ada maksud merayu. Tapi dia tahu sifat Brian yang posesif. Wajah Brian seketika tampak berubah.Dalam hati Alfonso rasanya ingin tertawa. Pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status