Share

Riana's Diary 8

Penulis: JunRio
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 12:13:51

Kembali ke masa kini di Perpustakaan Kota Distrik Utara.

“Jadi begitulah yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini, beberapa bagian mungkin agak sedikit terdengar memalukan ya,” kata Riana tersenyum tipis pada Claudia.

Claudia mengangkat tangannya, seperti murid sekolah dasar yang antusias bertanya pada gurunya.“Kak, boleh aku menanyakan beberapa hal?”

“Ya, tentu saja.”

“Di mana terakhir kali kakak melihat kupu-kupu emas yang tadi kakak ceritakan?” tanya Claudia dengan sedikit bersemangat, mengingat kemungkinan kupu-kupu itu adalah salah satu buruannya.

“Kupu-kupu itu? Aku pertama kali melihatnya di taman rumahku dan itu jugalah terakhir kali aku melihatnya,” jawab Riana.

Claudia tampak kecewa. “Begitu ya, jadi kak Rafael mengejar kupu-kupu itu dan ia tidak bisa menemukannya.”

“Bagaimana menceritakannya ya … Aku tidak ingin membuatmu kecewa, tapi sepertinya kupu-kupu itu adalah fenomena supranatural yang tidak bisa dilihat kebanyakan orang, termasuk Rafael ia juga tidak bisa melihatnya,” kata Riana.

Claudia terkejut. “Tu-tunggu sebentar kak, aku jadi tidak mengerti di sini.Bagaimana mungkin Rafael mengejar kupu-kupu itu sementara ia tidak dapat melihatnya?”

“Ya, itu benar.Ketika ia mengatakan akan membantu menangkapnya, aku sangat senang sekali waktu itu.Namun, melihat ia berlari ke arah yang berlawanan dari kupu-kupu itu membuatku sempat menilainya sebagai seorang pembohong yang hanya ingin cari perhatian,” Riana berhenti sejenak, membalik halaman buku di hadapannya.

“Tapi, aku sama sekali tidak mendengar niat buruk darinya dan terlebih lagi setelah ia kembali dengan keadaan terluka dan bajunya yang kotor.Kemudian aku mendengar bahwa ia telah berlari ke sana kemari, memanjat beberapa pohon bahkan sempat di omeli oleh beberapa orang hanya untuk mengejar sesuatu yang bahkan tidak dilihatnya, demi orang yang baru dikenalnya, membuatku merasa bahwa ia adalah anak yang baik. Aku pikir  itulah pertama kali aku menyukainya,” tambah Riana.

“Begitu ya, Kak,” jawab Claudia singkat.

Bahkan sampai sekarang anak itu tidak berubah, dengan gigih ia berkeliling hutan untuk mencari sesuatu yang tidak mungkin ditemukan untuk gadis yang disukainya ini, batin Claudia.

Claudia memandang Riana, memerhatikan ada sedikit kilauan dari pantulan cahaya lampu perpustakaan dari daerah dekat leher bajunya.

Seperti katanya, ia selalu memakai kalung itu, namun sepertinya ia tidak pernah menunjukkannya kepada Rafael, entah apa alasannya. Seandainya Rafael menyadari, aku yakin anak itu akan senang bukan main melihat hadiah kecilnya yang selalu di bawa oleh orang yang disukainya, batin Riana.

“Lalu, apakah kakak dapat mendengar niat buruk dari kakak di sana itu,” Claudia menunjuk ke arah Frieda yang duduk di jauh disisi ruangan bersama Rafael, ia ingin menguji kemampuan Riana.

“Ah, kalau soal itu aku tidak bisa melakukannya lagi.Sepertinya kemampuan itu sudah hilang sejak aku kelas dua SMP.Lagi pula, Frieda bukanlah gadis yang jahat.Dia sangat baik, perhatian dan wajahnya manis pula.

“Sebenarnya kami juga sering keluar bersama, entah itu berbelanja atau makan siang di akhir pekan.Kami banyak berbicara tentang berbagai hal, namun ketika fokus pembicaraan mengarah kepada Rafael suasana pun jadi canggung”

“Sayang sekali ya.” Claudia kecewa karena tak dapat melihat langsung kemampuan spesial Riana.Claudia melihat sekelilingnya, matanya bergerak cepat menyisir ruangan itu.

“Claudia, seperti yang tadi aku ceritakan.Pada hari pemakaman adikku aku sempat melihatnya berdiri bersama seorang asing dengan pakaian serba hitam, menurutmu bagaimana itu?”

Soal itu ya, Jack mungkin tahu sesuatu tapi aku tidak  yakin dia mau menceritakannya padaku.Untuk sekarang akan ku jawab sebisaku, batin Claudia

“Mungkin saja, adikmu ingin menyapamu untuk terakhir kalinya sebelum ia menyebrang ke alam yang berbeda denganmu,” kata Claudia.

“Begitu ya, tapi setelah itu sebenarnya ia cukup sering mengunjungiku di malam hari.Awalnya aku berpikir itu hanya mimpi jadi aku selalu mengabaikannya. Ia datang berdiri di samping tempat tidurku sambil terus meminta maaf, hal itu membuatku takut namun karena merasa hanya mimpi aku terus menghiraukannya. Setelah cukup lama itu terjadi, akhirnya aku menyadari itu bukan mimpi jadi aku mengajaknya bicara sebentar dan sejak itu ia tak pernah kembali lagi,” cerita Riana.

Claudia sedikit terkejut mendengar cerita itu, namun ia berusaha mengendalikan raut wajahnya. “Baguslah,Kak, mungkin setelah itu akhirnya adikmu bisa pergi dengan tenang.”

“Semoga saja, sejujurnya aku sempat khawatir ia tak dapat menemukan jalan untuk pergi dan masih tersesat di dunia ini.”

Claudia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mendekati rak dengan setumpuk majalah dan koran di atasnya.Ia membawa beberapa dan menunjukkannya pada Riana.

“Coba lihat ilustrasi ini, kak.” Claudia menyerahkan majalah remaja yang baru saja diambilnya itu.Pada halaman sampulnya terlihat ilustrasi pasangan muda-mudi yang berteduh bersama di bawah payung dari hantaman hujan sepulang sekolah.

“Ilustrasi yang bagus ya, orang yang membuatnya pasti sangat berbakat.Kalau tidak salah ini ilustrasi dari cerita bersambung ‘cinta di musim hujan’ bukan?” tanya Riana.

“Maaf kak, aku tidak tahu cerita itu.Tapi ….”

“Tapi apa Claudia?”

“Tidakkah kakak menginginkannya?” Claudia bertanya dengan tatapan serius pada Riana.

Riana berpikir sejenak mencoba mencerna maksud Claudia. “Ti-tidak mungkin itu bisa terjadi, kamu lihat sendiri betapa dekatnya Frieda dan Rafael, sepertinya aku tidak punya kesempatan.Seperti yang dikatakan oleh pustakwan tadi, aku selalu di kawal ketat oleh ajudan yang dikirimkan tuan Finch, ia memang baik tapi jika ia tahu ada laki-laki lain yang dekat denganku selain putranya,entah apa yang mungkin terjadi dengan Rafael.”

“Lalu?” tanya Claudia.

“Selama masa SMA ini, aku selalu menjaga jarak dengan Rafael, terlebih  lagi sepertinya ayahku tidak sanggup membayar sisa hutangnya tahun ini dan kak Victor mungkin tidak bisa menentang kehendak ayahnya.Mungkin aku dan Rafael tidak ditakdirkan bersama, jadi setidaknya aku bisa melihatnya bahagia dari sudut pandang ini bersama orang lain.Terlebih lagi jika orang itu adalah Frieda, aku tidak akan protes akan hal itu,” kata Riana.

“Jadi kakak menyerah? Padahal ada kesempatan bagus di waktu dekat ini,” ucap Claudia.

Riana penasaran. “Maksudnya?”

Claudia menunjukkan koran yang diambilnya bersama dengan majalah tadi, ia membuka halaman yang memuat ramalan cuaca mingguan di Kota Golden Valley.

“Lihatlah empat hari dari sekarang akan turun hujan pada sore hari, jika bernasib baik ada kemungkinan kalian akan merasakan suasana dalam ilustrasi majalah tadi,” ujar Claudia.

Untuk beberapa saat wajah Riana sempat memerah, membayangkan apa yang dikatakan Claudia.Namun, ia hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

“Sepertinya mustahil, biasanya ia akan pulang bersama Frieda.Terlebih aku harus mengikuti kelas khusus untuk persiapan studi di luar negeri yang disiapkan oleh keluarga Finch untukku”

“Tapi kak, setidaknya percayalah pada keajaiban, aku yakin hari yang baik itu akan datang kepada kakak,” kata Claudia.

Dan jika keajaiban itu tidak terjadi, biarkan aku yang membuatkannya untukmu.Setidaknya hubungan kalian harus menjadi jelas, bukan abu-abu seperti sekarang  atau  akan ada pihak yang lebih tersakiti lagi, batin Claudia.

Riana tersenyum pada Claudia sambil mengelus halus kepalanya. “Keajaiban ya … semoga saja aku mendapatkan salah satunya.” Sebenarnya ia sudah hampir tidak percaya lagi akan hal itu setelah apa yang diharapkannya tak kunjung terjadi, namun ia tidak ingin mengecewakan wajah polos dihadapannya itu.

Kemudian pustakawan yang bertugas di sana mendekati mereka, ia berbisik pada Riana, memberitahunya sesuatu.

“Begitu ya, mereka sudah menemukannku.Terima kasih kak Sisca.”

Riana segera membereskan barang-barangnya bersiap untuk pergi.

“Terima kasih banyak ya Claudia, mungkin selanjutnya kamu lah yang harus menceritakan tentang dirimu kepadaku.” kata Riana.

“Tidak masalah jika kita bertemu kembali.” Claudia merogoh tasnya dan mengeluarkan sekantung kerikil yang dikumpulkannya dalam perjalanan ke perpustakaan tadi. “Ambillah ini kak, hadiah dariku” Claudia menyerahkan kantong itu pada Riana.

“Ah, terima kasih banyak aku akan menjaganya.Sampai jumpa.”

Riana melambaikan tangannya bergerak menuju pintu keluar, saat itu Riana membalikkan badannya.Sementara Claudia mengeluarkan lensa yang diberikan oleh jack sebelumnya dan mengarahkannya pada Riana.

Begitu ya,setidaknya aku harap kamu dapat bertahan sampai empat hari lagi akan kulakukan sesuatu terhadap anak laki-laki itu.

Orang baik sepertimu setidaknya berhak untuk satu atau dua kebahagiaan kecil meskipun untuk waktu yang singkat.

Kata Claudia dalam hatinya sambil memandangi lensa yang tak memantulkan bayangan Riana, pertanda kematian yang telah dekat kepadanya.

Setelah Riana pergi, Claudia masih berada di perpustakaan itu, bersama dengan Frieda dan Rafael yang duduk jauh di sudut lain ruangan.Meskipun telah lama berada di sana mereka tidak menyadari kehadirannya, dan sebenarnya itu juga karena ulah Claudia membuat mereka menghiraukannya dan Riana.

Karena harus segera kembali, Claudia tidak sempat membaca buku yang dipinjamkan kepadanya.Selain itu, dia juga harus menyempurnakan rencana yang telah dipikirkannya selama bersama Riana tadi.

Karena penasaran dengan buku itu, ia pun memutuskan untuk meminjamnya .Namun, syarat untuk meminjam buku di perpustakaan adalah memiliki kartu anggota dan telah berusia tujuh belas tahun.Dengan tampilannya yang seperti anak berusia delapan tahun, dia memerlukan wali untuk menjaminnya.

“Maaf sepertinya aku tidak bisa meminjamkan buku ini, kembali saja lagi besok jika ingin membacanya,” kata pustakawan itu pada Claudia.

“Lalu, bisakah saya membelinya?” tanya Claudia.

“Tentu saja tidak, buku itu adalah milik perpustakaan.Namun, jika kamu bersikeras ingin memilikinya aku bisa menjual cetakan lain buku itu yang merupakan milik pribadiku.Aku juga sudah berulang kali membacanya,” jawab pustakawan tersebut sambil menyerahkan cetakan lain buku itu yang ia letakkan di mejanya.

“Baiklah, aku akan memba—“ Claudia teringat bahwa ia lupa membawa uang, saat ia merogoh tasnya ia menemukan sebuah kericil kecil yang tadi ia pungut, kemungkinan terjatuh dari kantong.Dengan kemampuan iblisnya ia pun merubah kerikil tadi menjadi berlian dan menyerahkannya pada pustakawan itu.

“Apa ini cukup?” tanya Claudia.

Ekspresi Sisca, pustakawan itu, tidak banyak berubah, ia hanya tersenyum pada Claudia dan menerima berlian itu.

“Mainan yang bagus, aku akan menerimanya silahkan ambillah buku ini,” jawab pustakawan itu yang mengira bahwa berlian itu adalah replika.

“Terima kasih banyak.” Claudia menundukkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan perpustakaan itu dan segera pulang ke kediamannya di tengah Hutan Golden Forrest.

***

Setelah sampai di rumah dan beristirahat sejenak, Claudia teringat akan sesuatu yang seharusnya dikerjakan tadi selama di kota.

“Sial! Aku lupa menulis dan mengirimkan balasan surat darinya,” seru Claudia di rumahnya.

Dengan segera Claudia menulis balasan untuk surat yang diterimanya, singkatnya ia mengatakan pada temannya itu untuk mundur sementara waktu sampai situasi menguntungkan dirinya. Dengan kesabaran segala sesuatu mungkin bisa dapat di raih meskipun banyak pula yang tidak sesuai dengan harapan, tapi tak ada salahnya untuk berharap.

Meskipun saranku ini terdengar jahat dan seakan memanfaatkan kesedihan orang lain untuk keuntungan sendiri namun setidaknya inilah yang bisa kusarankan, batin Claudia menanggapi surat yang dibuatnya itu.

Pada tengah malam ia kembali memasuki kota golden valley, dan sampai di salah satu komplek rumah.Ia tiba di rumah berlantai dua dengan pagar berwarna hitam terbuat dari besi dengan kualitas bagus.Di halaman depan rumahnya banyak di tanami berbagi jenis bunga berwarna-warni dan beberapa tanaman merambat yang sulurnya megitari pagar.

Claudia menyembunyikan hawa keberadaanya dan memasukkan suratnya ke dalam kotak surat di dekat gerbang rumah itu. Dengan kotak surat itulah mereka bertukar surat sebab Claudia tidak pernah membeberkan alamat ruamahnya yang sudah pasti akan membingungkan tukang pos. Oleh karena itu, untuk menerima surat dan mengirimkan balasannya Claudia harus datang tengah malam ke rumah itu.

Setelah selesai memasukkan surat balasannya ia bersiap meninggalkan rumah itu. Ketika ia mencoba mendongak ke arah jendela di lantai dua, ia melihat gorden yang bergerak seperti baru saja ditutup. Claudia menghiraukan hal tersebut dan segera bergegas meningalkan tempat itu.

Bab terkait

  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 1

    Di Kota Golden Valley untuk membantu memajukan pendidikan, sekitar lima puluh tahun lalu didirikanlah yayasan pendidikan Star Peak langsung di bawah nauangan Pemerintah Kota Golden Valley. Sebagian besar dana pembangunan tersebut berasal dari sumbangan keluarga Ellon. Star peak sendiri terdiri dari lembaga pendidikan mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Selain universitas yang hanya didirikan di pusat kota dan distrik utara, lembaga lainnya tersebar di seluruh distrik secara merata. Sekolah Dasar dan Menengah didirikan dalam lokasi yang berbeda.Sekolah dasar didirikan sendirian, jauh dari Sekolah Menengah yang biasanya didirikan berdekatan.Bahkan di distrik utara kedua gedung sekolah itu, SMP dan SMA, didirikan bersebrangan. Universitas yang didirikan di pusat kota juga merupakan pusat penelitian dan pengembangan teknologi di Kota Golden Valley, selain sebagai tempat untuk meraih gelar pasca sarjana dan doktoral. Sementara itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 2

    Sepuluh tahun lalu di Distrik Utara, pada suatu tempat yang dipenuhi dengan kios-kios di pinggir jalan, seorang anak laki-laki berjalan terengah-engah setelah berlarian ke sana kemari. Bajunya yang kotor dan luka pada kakinya tidak menyurutkan semangatnya untuk menggapai keinginannya. Ia sedang mengejar kupu-kupu emas yang bahkan tidak bisa dilihatnya. Ia hanya mengikuti instingnya, berlari ke sana ke mari berharap keajaiban membiarkan ia dapat melihatnya. Ia bersikeras untuk menangkapnya demi keinginannya sendiri dan untuk berteman dengan seseorang. Kupu-kupu emas adalah suatu fenomena yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, dan anak laki-laki itu benar-benar ingin melihatnya meskipun hanya sekali seumur hidupnya. Karena terlalu lelah anak laki-laki itu berjalan sempoyongan di trotoar. Ia tidak menyadari langkahnya terlalu dekat dengan jalan raya. “Awas ….” teriak seorang anak perempuan yang ditujukan pada anak laki-laki itu. *Ngenggg*

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 3

    “Jadi, Frieda boleh aku bertanya satu hal?” tanya Tarisa. “Apa itu?” jawab Frieda penasaran. “Bisa kamu tolong hitung jumlah orang dalam ruangan ini?” Kemudian Frieda meihat sekelilingnya, memindai setiap orang yang terlihat oleh matanya. Mulai dari mereka yang duduk tenang di kursinya, mereka yang berkerumun dengan teman lama mereka sampai sekelompok besar murid yang mengelilingi Rafael. “Dua puluh lima, dan sepertinya seluruh siswa sudah hadir di ruangan ini,” jawab Frieda. “Benar sekali.” Tarisa tersenyum tipis mendengar jawaban Frieda. Namun, Frieda sepertinya merasakan sedikit ketidak puasan dari Tarisa. Ia pun mencoba memikirkan alasan mengapa Tarisa bertanya hal seperti itu kepadanya dan menemukan satu kesimpulan. “Tarisa, apa sebelum kemari kamu mendengar sesuatu tentangku dari orang-orang?” “Ya … sedikit sih, setidaknya namamu dan beberapa … hal mungkin.” “Jika kamu mengharapkan aku yang dulu, itu sudah tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 4

    Satu tahun telah berlalu, hubungan pertemanan Frieda dan Rafael semakin baik. Seperti yang Rafael janjikan, ia bersedia mendengarkan setiap cerita Frieda dan juga membagi kisah miliknya. Bersama-sama mereka juga menjalani berbagai kisah dalam lika-liku kehidupan sekolah mereka. Berkat dukungan dari Rafael, Frieda juga dapat berteman dengan teman-teman kelas lainnya. Rafael juga membantu membersihkan namanya dari rumor dan tudingan buruk terhadap Frieda. Memang, tidak semua orang mau mendengarkan, setidaknya kehidupan sekolah Frieda menjadi lebih baik ketimbang di sekolah dasar dahulu. Semakin berjalannya waktu Frieda merasa bahwa ia telah jatuh hati pada Rafael, namun ia masih meragukan soal perasaannya itu terlebih lagi ia telah mendengar soal teman masih kecil Rafael yang diceritakan padanya. Frieda juga berteman baik dengan Tarisa. Menurutnya, Tarisa adalah teman bicara terbaik setelah Rafael. Meskipun ia sering usil jika berbicara soal Rafael.Selain itu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 5

    Hari itu Frieda berjalan-jalan di taman kota. Ia melihat seorang anak perempuan, sendirian, duduk di kursi taman yang usang.Ia mendekati anak tersebut, perlahan berjalan ke arahnya. Anak tersebut hanya mengayunkan kakinya, menyanyi kecil sambil memerhatikan sekitar.Ia memerhatikan sosok yang kira-kira berusia enam tahun itu.Ketika ia semakin mendekat anak itu menyadari keberadaan Frieda, ia menatap balik Frieda membuatnya terkejut dan terduduk di tanah. Tubuhnya tidak bisa digerakkan membeku di hadapan sosok itu.Ia tidak bisa melihat wajahnya karena awan hitam yang menutupinya, hal itu jugalah yang membuat perasaan ngeri merasuki dirinya.Anak itu tertawa kecil, mengulurkan tangannya.“Kak Frieda, ayo kita bermain.Hari ini aku akan buatkan istana pasir yang besar untukmu, tempat di mana tidak seorang pun yang akan menghinamu, di mana kamu bisa membuang segala kesedihanmu dan mendapatkan kebahagiaanmu.”Frieda menggelengkan kepalanya, ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 6

    Hari ini adalah hari yang buruk bagi Rafael. Dengan pakaian serba hitamnya dan perasaan berkabung yang meliputi hatinya, dia harus merelakan ayah tercintanya. Kemarin, ketika ia pergi meninggalkan ayahnya di rumah sakit, tak lama kemudian terjadi perburukan pada kondisi ayahnya. Penyakit jantung yang telah lama diidap ayahnya itu, dan membawa derita pada hari-harinya, kini telah membawanya kedalam ketenangan yang sejati. Rafael menangis pilu, ketika peti mati itu di masukan ke liang lahat, dikubur perlahan oleh beberapa orang di sana.Ia menaburkan bunga-bunga sebagai bentuk penghormatannya.Orang-orang di sana berusaha menghiburnya, namun hal seperti ini mungkin terlalu berat untuknya. Ia masih merespon ungkapan-ungkapan bela sungkawa yang diterimanya.Meskipun air mata tak lagi mengalir, perasaan sedih dan kehilangan yang besar tak dapat di sembunyikan. Pemakaman itu dihadiri oleh kerabat dan kenalan ayahnya, juga beberapa teman sekelasnya termasuk Fri

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 7

    Hari itu dengan perasaan riang gembira Rafael mengenakan pakaian terbaik yang ia punya.Ia juga repot-repot sedikit mengubah gaya rambutnya dan membeli parfum baru untuk hari istimewa ini. Setelah tiga tahun tidak bertemu dengan teman spesialnya sudah pasti ia akan menyiapkan yang terbaik. Ia juga telah menyiapkan bingkisan kecil sebagai hadiah selamat datang, yang dibelinya kemarin setelah meminta banyak rekomendasi dari karyawan toko. Ia memerhatikan dirinya di depan cermin, melihat bagian apalagi yang kira-kira kurang darinya.Setelah merasa cukup ia menyambar bingkisan yang telah disiapkannya itu. Tak lupa ia berpamitan dengan ibu dan adiknya sebelum meninggalkan rumah. Jarak pelabuhan dari rumahnya cukup jauh, dan ada bus khusus untuk mencapi pelabuhan. Rafael memerhatikan layar ponsel pintarnya, mengecek kotak masuk untuk melihat balasan dari Frieda.Ia turut mengajak Frieda untuk menjemput Riana di pelabuhan karena ingin mengenalkannya, sebagai te

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Claudia's Gift Shop   The Book of Despair 8

    Di waktu sekarang, di bulan Juli, Frieda telah menyelesaikan ujian seleksi perguruan tinggi dan berhasil lulus.Sementara Tarisa berencena untuk fokus terhadap penyelidikannya, ada sesuatu hal yang ingin ia lakukan. Sambil membaca beberapa lembaran kertas yang berserakan di atas mejanya ia menikmati waktu di Café Altair, tempat yang dulu ia pernah kunjungi bersama Rafael. Sudah dua bulan sejak meninggalnya Rafael orang yang dicintainya itu, menyelamatkan nyawanya dari cengkraman maut beberapa waktu lalu. Rafael pernah mengatakan bahwa meskipun banyak hal yang akan berubah, namun kehidupan akan terus berlanjut. Mengingat perkataannya itu sedikit membuatnya menjadi lebih baik. Penyesalan terbesar Frieda adalah karena ketidakberaniannya, perasaannya tak kunjung tersampaikan pada Rafael. Sekarang ini, ia sudah tiada dan waktu tidak bisa diputar ulang.Di café itu ia sedikit mengingat kenanangannya bersama Rafael, ketika dulu untuk pertama kalinya Rafael menga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27

Bab terbaru

  • Claudia's Gift Shop   Ucapan Terima Kasih

    Halo, Terima kasih untuk kalian yang masih setia membaca kisah ini. Berhubung kesibukan author yang tak terelakan di kehidupan nyata, dan lagi cerita seperti ini sepertinya kurang diminati disini, dengan berat hati author menghentikan pengerjaan novel ini. Kisah ini memang belum berakhir dan Masih banyak misteri yang belum terpecahkan, dan mungkin selamanya akan menjadi misteri bahkan bagi author sendiri. Pengerjaan novel ini benar-benar author hentikan, dan sejenak berisitirahat dari kesibukan dunia tulis menulis ini. Ya, meskipun author bisa dibilang awam dalam dunia kepenulisan ini, namun setidaknya author telah belajar banyak hal dan mendapatkan banyak pengalaman. Kedepannya jika memungkinkan, author akan kembali dengan membawa kisah baru lainnya yang jauh lebih baik dari ini. Sekali lagi author mengucapkan terima kasih banyak, terutama buat kalian yang mendukung novel ini melalui vote gem, juga kepada Editor yang senantiasa memberikan ilmunya kepada author

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 16

    Dari atas tebing yang tak jauh dari istana pasir itu, Claudia dan Jack duduk di atas sebuah batu memperhatikan mereka dari kejauhan. Jack mengalihkan pandangannya dan menunjuk ke arah sebuah menara yang tinggi, berdiri tidak jauh dari sana. Menara itu tingginya sekitar 48 meter, dan merupakan bangunan tertinggi di Distrik Selatan.“Claudia, lihatlah menara itu, seingatku sewaktu kunjungan terakhir kita, menara itu masih dalam tahap pembangunan,”“Ah, menara itu sudah selesai di bangun?” tanya Claudia.“Tentu saja, karena menggunakan biaya yang besar pembangunan menara tersebut bisa dilakukan dengan cepat dan selesai tiga tahun lalu,” ujar Jack.“Maafkan aku, karena fokus pada istana pasirku aku tidak memerhatikan menara itu,” kata Claudia melayangkan pandangannya ke arah menara yang ditunjuk Jack,” kata Claudia.“Menara itu dibangun karena impian seseorang, karena itu pula menara itu dinam

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 15

    Dari apartemen itu mereka langsung bertolak ke Pantai Golden Valley di Distrik Selatan. Claudia melepas kemampuan iblisnya, merubah matanya menjadi merah menyala.“Aku tidak bisa berlama-lama menggunakan kemampuan ini, jadi semua berpegangan tangan, kita akan langsung berteleportasi ke Pantai Golden Valley,” ujar Claudia.“Tapi Claudia, apa kamu sudah pernah pergi ke sana?” tanya Frieda.Jack tersenyum. “ Tentu saja, aku pernah membawanya satu kali ke sana, melihat sebuah menara tinggi,” ujar Jack.“Ah, menara itu ya,” kata Frieda.“Sudah cukup ngobrolnya, ayo kita bergegas, cepat berpengangan tangan lalu lompat dalam hitungan ketiga,” ujar Claudia.Tarisa tampak bingung. “Eh, apa kita harus melom–““Satu, dua, tiga, lompat!” seru Claudia.Ketika mereka melompat mereka dapat merasakan sensasi perlambatan di udara, dan saat kaki mereka kemb

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 14

    Melihat ketegangan yang mulai muncul sebelum mereka memulai rencana mereka, Jack mencoba menenangkan mereka.“Tarisa, apa yang terjadi pada Rin tidak ada hubungannya dengan Claudia, kita hanya mengikuti panduan kita, apa yang telah tertulis di sana adalah keputusan mutlak dan bukan disebabkan oleh siapapun,” kata Jack.“Panduan apa? Aku bahkan tidak memilikinya, yang aku tahu penyebab kematian Rin secara tidak langsung disebabkan oleh kutukan itu, dan iblis dihadapan kita ini adalah dalang di balik itu semua,” ujar Tarisa.“Tentu saja kamu tidak punya, karena kamu belum menyelesaikan ujianmu. Dengar Tarisa, menurutku sekarang ini kita sudah terlalu jauh mengusik manusia. Sebenarnya tidak semestinya kita tidak terlibat langsung dalam urusan ini, tapi mengingat kamu yang tidak bisa keluar dari masalah ini sendiri, membuatku turut ikut turun tangan,” ujar Jack.“Aku sudah terlalu lama menunggu dan sekarang ada kesemp

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 13

    Di waktu sekarang di kamar apartemen Tarisa. “Aku ingin mendirikan sebuah istana pasir yang sangat megah, yang tingginya kira-kira sepuluh meter,” ucap Rin. Seketika itu juga, seisi ruangan menjadi hening. Claudia mengusap dahinya perlahan, Tarisa hanya tersenyum melihat ekspresi mereka. Sedangkan Jack, sepertinya menyadari bahwa permintaan Rin bukan hanya sekadar membangun istana pasir, namun lebih berat yang bahkan membuat Tarisa tidak dapat menyelesaikannya selama hampir sembilan tahun. “Mungkin kalian mengira ini adalah permintaan yang mudah, namun hal tersulitnya adalah membuat keluarganya dapat melihatnya dalam wujud roh tidak bisa kulakukan sampai sekarang,” kata Tarisa. “Soal itu, aku yakin Claudia bisa melakukannya,” ucap Frieda. “Terima kasih Frieda,” balas Tarisa. “Jika ingin membuat keluarganya bisa melihat Rin, kenapa kamu tidak mencoba mengalirkan energe supernaturalmua kepada Rin?” kata Claudia. Tarisa menghela n

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 12

    Hampir dua tahun bermain sendirian di bak pasir taman itu, tidak membuat Rin menyerah, ia terus menunggu kedatangan Frieda dan datang ke tempat itu setiap hari. Sementara itu, Tarisa masih melanjutkan penyelidikannya meski tidak ada kemajuan yang berarti. Hari-hari mereka berlangsung damai, kekhawatiran Tarisa akan malaikat lain yang mengejar mereka sepertinya hampir hilang dan dengan demikian ia telah menurunkan kewaspadaannya. Meskipun demikian ia yakin, mereka hanya membiarkan dirinya untuk sementara waktu, dan sebuah hukuman besar telah disiapkan untuknya. Karena itu, sebelum hukumannya tiba, ia bertekad untuk dapat segera mewujudkan keinginan Rin. Suatu hari ketika mencoba berkeliling kota sendirian, Tarisa melihat anak-anak perempuan dengan seragam sekolah pulang bersama dengan teman-temannya. Ia melihat mereka tampak bahagia, bersenda gurau dan sibuk membicarakan soal kegiatan liburan mereka. Melihat itu, terbesit rasa penasaran dalam diri Tarisa, ingin mencob

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 11

    Sudah hampir dua minggu Tarisa tinggal di kamar apartemen itu bersama roh Rin. Di sana ia menemukan beberapa keanehan seperti laci yang berisi banyak uang. Di laci itu juga terdapat pesan untuk tanpa segan menggunakan uang tersebut. Tarisa menanyakan keanehan itu kepada pria paruh baya pemilik apartemen yang dahulu menawarkan kamar itu kepadanya, tetapi ia tidak tahu apa-apa dan menyarankan padanya untuk menggunakan uang itu sesuai dengan pesan yang tertulis di sana.Pada awalnya, Tarisa tidak ingin menggunakan uang itu, namun lama kelamaan uang yang ia miliki semakin menipis, karena dengan wujud manusia maka ia juga akan memiliki kebutuhan seperti manusia, dan ia membutuhkan uang untuk memenuhinya.Oleh karena itu, ia berniat untuk mencari pekerjaan. Namun, karena ia tidak memiliki banyak dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Kota Golden Valley, membuatnya tidak bisa mendapatkan pekerjaan bahkan paruh waktu sekalipun. Akhirnya ia menyerah dan mengguna

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 10

    Pada awal pelarian mereka, mereka sama sekali tidak memiliki tempat tinggal. Jadi, mereka akan beristirahat di halte bus, pinggiran toko, atau taman kota. Seperti yang ia janjikan, Tarisa mengabulkan permintaan Rin untuk tetap bermain bersama Frieda. Setiap hari Frieda akan datang ke bak pasir yang sama di taman, dan mereka bermain di tempat itu.Sementara itu, Tarisa mengawasi mereka dari kejauahan, melihat gerak-gerik Jack atau malaikat lainnya yang mungkin mengejarnya dan Rin. Saat matahari terbenam, ia akan menjemput Rin.Pada waktu itu, Tarisa sengaja membuat dirinya terlihat. Ia dan Rin berjalan-jalan di sekitar komplek apartemen dan penyewaan rumah. Ia rasa punya tempat tinggal untuk bersembunyi akan jauh lebih baik daripada hidup tidak jelas di luar.Ia masih memiliki sisa uang pemberian Jack, tidak terlalu banyak, namun ia rasa itu cukup untuk menyewa sebuah kamar apartemen di sana.Kemudian tibalah ia di sebuah apartemen berlantai dua yang tampa

  • Claudia's Gift Shop   The Lost Child 9

    Setelah perjalanan cukup panjang dengan bus, mereka akhirnya tiba di taman kota yang berada di Distrik Utara. Di taman itu tersedia banyak fasilitas bermain untuk anak-anak dan warga kota lainnya untuk bersantai. Mereka memasuki taman itu dan duduk di kursi taman dekat salah satu bak pasir yang lebih sepi dikunjungi. “Kak Tarisa, Rin ingin bermain pasir lagi,” katanya sambil menunjuk bak pasir yang tidak jauh dari sana. “Boleh saja, tapi sepertinya dari yang aku perhatikan tadi, anak-anak bermain pasir dengan ember dan beberapa alat untuk mencetak. Peralatan itu disewakan di sana, jika tidak keberatan aku akan pergi ke sana dan menyewa satu untukmu,” kata Tarisa. “Ya, Kak, Rin mau,” ujar Rin. Tarisa bergegas ke tempat yang disinggungya tadi, meninggalkan Rin duduk sendirian di kursi taman itu. Sambil menunggu ia mengayunkan kakinya perlahan sambil menyanyi kecil. Sampai suatu ketika seorang anak perempuan datang mendekatinya. “Ka-kamu …

DMCA.com Protection Status