"Katanya kita mau ke Kota Sunrise?"Shawn menatap Yvonne dengan serius. "Sekarang sudah malam, kita berangkat besok. Kamu harus tidur.""Nggak mau, aku mau berangkat sekarang! Aku nggak perlu tidur lma-lama." Yvonne langsung memejamkan mata.Shawn tidak berdaya, Yvonne sangat keras kepala. "Aku bangunkan satu jam lagi.""Em."....Satu jam kemudian, Yvonne bangun sebelum Shawn memanggilnya.Yvonne tidak bisa tidur memikirkan setumpuk masalah di dalam hidupnya. Yvonne bersiap-siap, sedangkan Shawn belum tidur sama sekali. Dia mempersiapkan semua keperluan untuk pergi ke Kota Sunrise.Setelah semuanya beres, Shawn dan Yvonne berpamitan kepada orang rumah, lalu berangkat ke Kota Sunrise pada tengah malam.Mereka pergi menggunakan mobil yang besar dan luas. Yvonne bisa berbaring untuk istirahat.Ketika Shawn dan Yvonne tiba di Kota Sunrise, Dylan telah "mengundang" anak Harvey ke rumah.Sekarang Harvey sedang kalang kabut mencari keberadaan anaknya.Shawn puas dengan kinerja Dylan, dia san
Harvey tidak bisa tinggal diam, amarahnya terasa melonjak sampai ke ubun-ubun.Harvey memelototi Shawn sambil menunjuk wajahnya. "Shawn, jangan kelewatan! Aku ingatkan, aku bukan orang sembarangan!"Shawn mengangkat kedua alisnya. "Maksudmu ... aku orang sembarang?"Harvey terdiam, dia sadar bahwa Shawn bukan orang sembarangan. Shawn sudah berkali-kali memberikan pelajaran kepada Harvey. Buktinya, selama ini Harvey tidak pernah menang."Kamu telah menculik anakku! Aku nggak akan melepaskan kamu, aku akan menghabisimu!" Wajah Harvey tampak memerah, air liurnya terciprat ke mana-mana.Shawn tidak gugup. "Harusnya aku yang berbicara seperti itu."Harvey terkejut mendengar jawaban Shawn. "Apa ... apa maksudmu?""Kamu masih berlagak bodoh?" Kesabaran Shawn sudah habis. "Kalau kamu masih tidak tahu jawabannya, biar anakmu yang berpikir.""Ka-kamu mengancamku?" Harvey menelan air ludah.Harvey merasakan firasat buruk. Sepertinya Shawn sudah mengetahui semuanya, tetapi bagaimana mungkin? Bagai
Harvey memelototi Dylan. Dia menunjukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan.Harvey dan Dylan saling bertatapan, seakan sudah siap untuk menghabisi satu sama lain.Yvonne berbisik di samping Shawn, "Prioritas sekarang adalah menyelamatkan anak kita. Untuk balas dendam, sebaiknya diurus nanti."Yvonne menenangkan diri, ini adalah keputusan paling logis yang harus dilakukan. Tidak ada gunanya mendesak Harvey, yang ada malah kedua belah pihak sama-sama rugi. Apalagi anak mereka masih berada di tangan Harvey.Dylan adalah pria yang tenang dan bijaksana, dia tidak gampang marah. Hanya saja Dylan tidak tahan menyaksikan Harvey yang melunjak.Harvey tahu bahwa Shawn dan Yvonne sudah menikah, tetapi dia masih berusaha merusak pernikahan orang lain. Kemudian Harvey malah marah saat Yvonne menolak cintanya. Tidak ada yang memahami jalan pikiran Harvey."Dylan." Shawn memanggilnya. "Sini."Harvey puas melihat Dylan yang mengalah. Namun Harvey masih tidak mau menyerah, dia menuntut permintaan
Wanita paruh baya tidak mau mengaku. "Apa maksudmu menuduhku berbohong? Lyana memang putriku. Kamu datang untuk cari masalah?"Neil tidak takut menghadapinya. "Aku berani melabrakmu, berarti aku punya buktinya."Wanita paruh baya pun panik, dia menarik suaminya masuk ke dalam sebuah ruangan. Tampaknya mereka berdua sedang membicarakan sesuatu.Neil tidak mendesak, dia menunggu dengan sabar di luar. Tak berapa lama, sepasang suami istri itu pun keluar."Siapa kamu?" tanya pria paruh baya.Neil menceritakan yang sejujurnya, "Aku menginap di sini karena aku mengenal Lyana. Aku datang untuk memeriksa identitasnya. Kalau kalian menceritakan yang sebenarnya, aku tidak akan memperbesar masalah ini. Tapi kalau kalian keras kepala, aku juga tidak akan sungkan-sungkan."Suami istri ini telah membicarakannya. Bagaimanapun Lyana bukan anak kandung mereka. Sekarang ada yang datang melabrak, mereka pun tidak bisa menutupinya.Semua orang di desa tahu bahwa Lyana adalah orang asing. Tidak sulit bagi
"Bukan mirip, tapi itu adalah foto kamu!" jawab Neil.Lyana tertawa sinis. "Permainan apa lagi ini? Sejak awal aku sudah tahu, kamu bukan orang baik. aku nggak kenal kamu, ngapain menunjukkan foto ini untukku? Otakmu bermasalah?"Lyana meninggalkan Neil di tempat, tetapi Neil menarik pergelangan tangan Lyana dan menahannya. "Kalau kamu tidak percaya, aku bisa membawamu untuk menemui ayah kandungmu. Kalian bisa melakukan tes DNA.""Aku nggak perlu tes DNA! Jangan mengganggu aku lagi!" Lyana yang marah pun mengempaskan tangan Neil.Neil sudah mengetahui identitas Lyana, mana mungkin dia menyerah begitu saja? Neil sudah pernah kehilangan Anas, dia tidak mau mengulang kesalahan yang sama."Anas!" Neil berusaha menjelaskan, "Kamu jatuh ke laut dan lupa ingatan. Wanita dan pria paruh baya di penginapan yang menyelamatkanmu. Namamu bukan Lyana, namamu Anas!""Orang gila! Pergi sana! Kalau nggak, aku bakal lapor polisi." Lyana tidak memercayai penjelasan Neil.Melihat sikap Anas yang keras kep
"Aku lagi sibuk, ada apa?" tanya Yvonne.Yvonne baru menemukan kembali anaknya. Dia ingin berkumpul bersama anggota keluarganya.Bagi Yvonne, sekarang keluarga adalah prioritas utama."Anas ada di tempatku, tapi dia lupa ingatan. Dia nggak mengenal aku, dia bahkan sangat membenci aku. Dia nggak bisa diajak bicara baik-baik. Apakah kamu bisa membantuku?"Yvonne menjawab dengan ragu, "Apakah boleh agak malaman?"Anak kedua mereka baru pulang, Yvonne harus merawat dan menemaninya dulu."Oke, aku baru memberikan Anas obat penenang. Mungkin sekitar 3 tau 4 jam lagi baru sadarkan diri," jawab Neil.Yvonne menyimpan ponselnya, lalu menggendong Dio ke kamar. Samantha mengurus Dio sejak kecil, dia sudah terbiasa mengurus anak bayi.Yvonne menggendong Dio sambil memperhatikan Samantha mengurus bayi kecilnya. Shawn juga berada di dalam kamar, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Biasanya Shawn selalu terlihat dingin, tetapi hari ini ekspresinya tampak lebih lembut. Momen ini sangat langka."Yv
Neil bergegas membuka pintu. "Ayo, masuk."Yvonne penasaran. "Di mana Anas?""Belum sadarkan diri," jawab Neil."Aku datang keawalan, ya?""Duduklah dulu, mau minum apa?" tanya Neil."Jus saja."Neil menuangkan segelas jus untuk Yvonne. Setelah meneguk setengah gelas jus, Yvonne pergi ke kamar untuk memeriksa kondisi Anas.Karena Anas masih tidur, Yvonne menutup kembali pintu kamarnya. Tepat di saat Yvonne menutup pintu, Anas yang berbaring di atas tempat tidur pun membuka matanya secara perlahan.Anas memutar bola matanya. Dia penasaran, apakah dirinya benar-benar lupa ingatan? Apakah benar dirinya bernama Anas?Anas bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar tanpa mengenakan alas kaki.....Yvonne dan Neil sedang mengobrol di ruang tamu."Bagaimana masalah keluargamu? Sudah beres?" tanya Yvonne."Em." Neil mengangguk. "Keluarga Lokra sudah hancur, aku juga sudah menceraikan Yasmine. Sekarang aku yang berkuasa di rumah."Yvonne bertanya dengan ragu, "Hmm, apakah Keluarga Lokra yan
"Kamu sudah bangun?" tanya Neil dengan hati-hati.Lyana membuka matanya secara perlahan, dia menatap Neil dengan penuh waspada.Walaupun obrolan Yvonne dan Neil tidak panjang, Lyana mendapatkan beberapa informasi penting.Anas hilang ingatan karena ada yang ingin menghabisi nyawanya. Namun, ternyata Anas berhasil bertahan hidup. Ditambah, orang yang mencelakainya adalah ibu kandung Neil."Kamu mau apa?" Lyana memelototi Neil."Aku pernah cerita soal adik kelas kita, 'kan? Dia adalah sahabatmu. Aku memintanya ke sini untuk menemuimu. Biar kamu yakin bahwa aku tidak berbohong."Lyana menyeringai dingin. Bukannya Neil tidak ingin ingatan Lyana kembali? Masih berani bilang tidak berbohong?'Pria ini pasti orang jahat,' pikir Lyana. Kalau tidak, kenapa dia takut ingatan Lyana kembali?"Baiklah, aku bersedia menemuinya.""Oke." Neil senang mendengarnya. "Pakai sandalmu, dia ada di ruang tamu.""Siapa namanya?" tanya Lyana."Yvonne," jawab Neil. "Kamu nggak ingat pekerjaanmu dulu? Kamu adalah