Mereka tidak menyangka akan bertemu kembali dengan kondisi seperti ini.Sebentar lagi Jolene akan menjadi seorang ibu, karakternya berubah menjadi sangat lembut. Saat bertemu dengan Yvonne, Jolene tidak menunjukkan rasa iri mau kebenciannya.Jolene memikirkan banyak hal semasa kehamilan. Yvonne tidak berutang apa pun kepadanya, Shawn juga tidak pernah mencintai Jolene.Faktanya, Jolene yang membohongi Shawn untuk mendekatinya. Dulu Jolene tidak merasa bersalah, dia menganggap semua sudah semestinya."Kamu ...."Jolene memotong ucapan Yvonne, suaranya terdengar lemas. "Nggak nyangka, kita masih bisa bertemu di masa-masa terakhirku.""Kita lulus dari universitas yang sama dan bekerja di rumah sakit yang sama. Kamu lebih pintar daripada aku, dulu aku sangat mengagumimu. Tapi rasa kagumku malah tumbuh menjadi rasa dengki ...." Jolene menundukkan kepala.Dulu Yvonne sangat membenci Jolene, tetapi kata-kata Jolene barusan membuat seluruh dendam Yvonne sirna. "Kamu mengalami amniotic fluid em
Manusia hanya bisa berencana, tetapi takdir yang menentukan.....Semua dokter telah mengusahakan yang terbaik, tetapi Jolene tetap tidak berhasil diselamatkan.Demi menyelamatkan Niko, Yvonne bergegas mengatur operasi transplantasi jantung. Yvonne adalah ahli di bidang bedah jantung. Meskipun berisiko tinggi, operasi berjalan sukses.Setelah selesai operasi, Niko dibawa ke ruang perawatan intensif. Kondisinya masih harus dipantau.Begitu tahu Jolene menyumbangkan jantungnya, Roger pun membuat keributan di rumah sakit."Kalian sengaja nggak menyelamatkan Jolene demi mengambil jantungnya? aku nggak bakal tinggal diam, masalah ini harus diselidiki!" Roger melampiaskan kemarahannya.Pihak rumah sakit menunjukkan surat persetujuan pemberikan donor jantung yang telah ditandatangani Jolene. Roger memperhatikan tanda tangan itu dengan teliti. Tidak ada yang aneh, itu memang tanda tangan Jolene. Hanya saja, Roger tidak ingin memercayainya.Roger tidak bisa menerima kematian Jolene. Roger membu
Shawn menghampiri Yvonne dan memeluknya. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Yvonne mengira kalau Shawn sudah tidak pergi. Tidak disangka, ternyata dia menunggu di lobi rumah sakit."Kamu nggak takut dipergoki Yura?" tanya Yvonne.Shawn menjawab Yvonne sambil merangkulnya ke arah mobil. "Dia lagi sibuk."....Di sebuah butik gaun pengantin terkemuka.Yura sedang mencoba beberapa gaun pengantin. Sekarang hidup Yura sedang diwarnai kebahagiaan, dia tidak menyangka Shawn memesan beberapa gaun mewah untuk pernikahan mereka.Yura harus tampil cantik agar Shawn terpanah dan mencintainya. Yura juga sengaja mengenakan perhiasan yang awalnya ingin diberikan Shawn kepada Yvonne.Semua orang iri melihat perhiasan mewah yang dikenakan oleh Yura. Perpaduan perhiasan dan gaun pengantin terlihat sangat sempurna."Kamu kelihatan cantik banget." Salah seorang staf butik memuji Yura.Yura berdiri di depan cermin sambil mengagumi gaun indah dan perhiasan mewah yang dikenakannya. Dia tersenyum lebar saat men
Mata Yvonne bagaikan bintang yang berkelap-kelip di langit.Perlahan-lahan, Shawn melabuhkan sebuah kecupan hangat di bibir Yvonne yang lembut.Seiring sentuhan kulit yang beradu, Shawn dan Yvonne dapat merasakan suhu tubuh satu sama lain.Yvonne memejamkan mata dan mengangkat dagunya. Mereka sangat merindukan satu sama lain. Shawn dan Yvonne berciuman cukup lama sebelum akhirnya harus melepaskan kecupan. Shawn mengusap bibir Yvonne yang basah sambil berkata, "Aku antar pulang, ya?"Yvonne menggelengkan kepala. "Aku mau kembali ke Pusat Penelitian Prato untuk mengecek kondisi Pak Simon. Dia mencoba obat yang akan diberikan untuk Dio."Shawn menatap Yvonne selama beberapa detik, lalu mengangguk. Kemudian Shawn menyalakan mobil dan mengantar Yvonne ke Pusat Penelitian Prato.....Neil duduk di depan meja kerja sambil menatap layar komputernya. Hari ini pihak kepolisian memberikan pernyataan resmi mengenai hukuman yang akan diberikan kepada Valdo.Valdo mengoperasikan pabrik tanpa menggu
Yasmine menarik pria itu. "Ikut aku menemui Neil!"Hingga saat ini, Yasmine masih mengira kalau Neil yang menjebaknya. Pria itu mengempaskan tangan Yasmine hingga terjatuh. Yasmine tersungkur, lututnya membentur aspal hingga berdarah.Ketika Yasmine memelototinya, pria itu baru mengenali Yasmine. "Eh, kamu?"Pria tersebut berjongkok di depan Yasmine sambil mengusap dagunya. "Kenapa? Kamu masih mau mengulang kebahagiaan malam itu?"Yasmine jijik setiap mengingat kejadian malam itu. "Aku nggak sudi! Aku cuma mau tahu, siapa yang membayarmu untuk menjebakku?"Pria tersebut mengangkat kepalanya sambil memandang ke sebuah butik gaun pengantin. Dia memperhatikan Yura yang sedang berada di dalam butik itu dan menunjuknya. "Dia."Yasmine menoleh secara perlahan, dia melihat Yura yang dikelilingi beberapa orang."Kayaknya nasib dia berubah drastis." Pria itu menyeringai dingin.Bibir Yasmine sontak berkedut, ternyata Yura yang menjebaknya! Yasmine mengepalkan tangan, wanita itu telah menghancur
Yasmine memucat begitu mendengar ancaman Neil.Yasmine lupa, Neil yang sekarang bukan lagi Neil yang dulu. Kemudian Yasmine mengulurkan tangan sambil berkata, "Berikan suratnya."Neil meminta sekretaris untuk menyerahkan surat gugatan cerainya.Yasmine mengambil pulpen dan menandatanganinya. Dulu Yasmine bersusah payah dan mengandalkan berbagai cara agar dinikahi Neil. Alhasil, semua perjuangannya berakhir sia-sia. Semua yang didapatkan dengan cara licik tidak akan berbuah manis.Yasmine menyesal dan membenci Neil. Dia memejamkan mata dan menandatangani surat perceraian tersebut."Neil, mulai sekarang kita mengambil jalan yang berbeda." Yasmine melemparkan pulpennya ke atas meja kerja.Yasmine sudah tidak mencintai Neil, yang tersisa sekarang hanyalah kebencian."Aku sudah tanda tangan, berikan uang yang kamu janjikan.""Kapan aku menjanjikan uang?" tanya Neil yang menyilangkan kaki di sofa."Kamu berjanji akan memberikan uang asalkan aku menandatangani surat cerai. Kamu mau ingkar jan
Dylan memelototi Neil. "Aku serius.""Aku juga serius banget!" jawab Neil.Dylan merenung sejenak, lalu lanjut berkata, "Aku curiga Yura yang mencelakaiku. Kamu harus segera memberi tahu Pak Shawn. Kondisiku belum sepenuhnya pulih, tolong sampaikan kepada Pak Shawn.""Yura?" Akhir-akhir ini Neil sibuk mengurus masalahnya sendiri, dia tidak sempat mencari tahu kabar Shawn.Begitu mendengar ucapan Dylan, tiba-tiba Neil teringat dengan penilaian Yasmine terhadap Yura. Apakah kecurigaan Yasmine sebelumnya benar?"Apakah kamu punya bukti?" tanya Neil.Dylan menggelengkan kepala. Seandainya Dylan memiliki bukti, dia tidak akan gelisah seperti sekarang. "Kayak yang aku bilang, ini baru asumsiku saja.""Terus apa yang harus kusampaikan kepada Shawn?" tanya Neil."Suruh Pak Shawn untuk berhati-hati sama Yura." Sorotan mata Dylan memancarkan aura dingin.Begitu mendapatkan bukti, Dylan akan memberikan pelajaran kepada Yura!"Baik." Neil mengangguk, lalu pamit dan pergi.Sesampainya di depan pint
Sebagai seorang dokter, Yvonne turun tangan untuk mengawasi perkembangan kondisi putranya. Yvonne menjawab Dio dengan sigap, dia tidak boleh lengah sedikit pun.Walaupun lelah dan mengantuk, Yvonne memaksakan diri agar tidak tertidur terlalu lama. Samantha dan Leah tidak tega, tetapi mereka pun tidak bisa membantu apa-apa.Untuk menjaga kesehatan Yvonne, Samantha dan Leah hanya bisa menyiapkan makanan yang bergizi dan lezat.Hari sudah malam, Yvonne duduk di samping tempat tidur sambil menguap. "Bu, tolong buatkan segelas kopi."Sebagai seorang ibu, hati Samantha remuk melihat Yvonne yang kelelahan. Namun Samantha pun tidak berani berbicara terlalu banyak, ibu mana yang tidak mengkhawatirkan kesehatan anaknya? Begitu pun dengan Yvonne, dia pasti mencemaskan Dio.Samantha menghela napas, lalu beranjak ke dapur untuk menyeduh kopi.Yvonne merasa lebih segar setelah meneguk kopi yang disiapkan. "Bu, sudah malam. Sana, istirahat.""Bagaimana ... kalau kamu yang istirahat? Biar Ibu yang men
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"