Yang membuka pintu adalah Elina, istri Simon.Walaupun Shawn tidak menyakiti Simon, usia Simon tak muda lagi. Dia jatuh sakit begitu dipulangkan ke rumah.Elina menatap Shawn dengan dingin sambil berbicara dengan ketus, "Ngapain kamu ke sini? Masih belum puas mencelakai suamiku?"Yvonne langsung menatap Shawn. Apa yang Shawn lakukan kepada Simon sampai begitu dibenci?Namun sekarang bukan saat yang tepat untuk menginterogasi Shawn, ada masalah penting yang harus dibereskan. Yvonne mengadang di depan Shawn, lalu menjawab Elina, "Aku datang mencari Dokter Simon. Apakah aku boleh menemuinya?""Kamu muridnya Simon?" tanya Elina."Benar." Yvonne mengangguk."Kamu boleh masuk, tapi dia tidak boleh." Elina tidak sungkan-sungkan menolak Shawn.Shawn terlihat masam, sudah untung dia tidak membuat perhitungan dengan Simon yang telah membohonginya.Selama ini tidak ada seorang pun yang berani memperlakukan Shawn seperti ini.Melihat perubahan emosi Shawn, Yvonne langsung menarik lengannya dan ber
Begitu melihat Yvonne, Simon langsung berkata, "Maaf."Meskipun Simon belum menceritakannya, Yvonne tahu Shawn pasti mengancam Simon. Yvonne dapat menebaknya dari cara Elina memperlakukan Shawn dengan ketus.Yvonne memahami temperamen Shawn. "Tidak apa-apa. Shawn pasti mengancam kamu.""Tidak cuma mengancam ...." Elina datang menyajikan segelas teh."Eli," Simon memotong ucapan istrinya."Diminum dulu tehnya." Elina menaruh secangkir teh ke atas meja.Elina tidak tahu bahwa Shawn menculik Simon karena Yvonne. Seandainya Elina tahu, dia mungkin tidak akan mengizinkan Yvonne masuk ke rumah, apalagi menyeduhkan teh.Simon jarang menceritakan masalahnya kepada Elina, terutama masalah serumit situasi Yvonne. Simon tidak ingin membuat istrinya cemas.Elina adalah istri yang baik, dia tidak tega melihat suaminya ditindas."Siapa namamu?"tanya Elina."Aku Yvonne," jawabnya sambil tersenyum. Yvonne juga tak lupa menutupi wajahnya dengan menggunakan rambut, dia tidak ingin membuat Elina ketakuta
"Aku antar sampai ke mobil," kata Elina seakan takut kalau Shawn akan menyakiti Yvonne.Walaupun hanya berjalan ke halaman, Elina mengunci rapat pintu rumahnya, seolah takut kalau Shawn akan menerobos masuk untuk mencelakai Simon.Melihat ekspresi Shawn yang masam, Yvonne khawatir kalau emosinya meledak. Yvonne tidak berani membayangkan apa yang bisa dilakukan Shawn kepada Elina.Yvonne tersenyum. "Tidak perlu repot-repot. Dokter Simon lagi sakit, sebaiknya kamu segera menemaninya."Yvonne benar, Simon sendirian di rumah. Takutnya dia membutuhkan bantuan."Tapi kamu ....""Kalau ketemu orang jahat, aku bakal lapor polisi," kata Yvonne sambil melirik Shawn.Elina mengangguk. "Baiklah, hati-hati.""Tenang saja." Yvonne tersenyum lembut.Elina tersenyum kepada Yvonne, tetapi memasang wajah ketus saat menatap Shawn.Elina sangat membenci Shawn yang telah menangkap suaminya. Di mata Elina, Shawn adalah orang jahat.Elina membuka pintu rumah sambil berpesan, "Hati-hati, ya! Kalau ketemu oran
"Ada apa?" Shawn sedang tidak ingin mengurus masalah pekerjaan, dia ingin fokus menemani Yvonne.Dylan terlihat ragu-ragu melihat keberadaan Yvonne."Aku nggak boleh dengar, ya? Em, kalau gitu berhenti di tepi jalan saja, aku pulang naik taksi.""Bukan ...." Dylan merasa serba salah."Jangan bertele-tele!" Shawn tidak ingin membuat Yvonne salah paham lagi.Shawn menyadari masalah di dalam hubungannya, mereka kurang memercayai satu sama lain. Kalau tidak, Yvonne tidak akan salah paham sampai melarikan diri.Shawn tidak ingin membuat Yvonne merada diabaikan. Lagi pula tidak ada yang perlu Shawn rahasiakan."Rumah sakit menelepon, katanya ...." Bukannya Dylan mau merahasiakan sesuatu, tetapi dia tidak berani mengorek trauma Yvonne.Sikap Dylan justru membuat Yvonne penasaran, ada rahasia apa yang sampai membuat Dylan cemas?Yvonne menatap Dylan dan menunggunya bicara.Sesaat melihat tatapan kesal Shawn, Dylan memberanikan diri dan berkata, "Tuan Graham memasukkan seorang wanita ke dalam s
"Aku selalu merindukanmu."Shawn mengangkat kedua alisnya. "Lalu?""Kamu bilang bersamaku hanya demi Dio, sementara aku yang memutuskan untuk melahirkan Dio. Aku nggak mau menggunakan Dio untuk mengekangmu. Kamu punya hak untuk memilih wanita yang kamu cintai, makanya ....""Makanya kamu meninggalkanku?" Pupil Shawn bergetar. "Apakah harus berterima kasih atas kemurahan hatimu?""Tidak perlu berterima kasih." Yvonne mengangkat kepala.Shawn mempercepat langkahnya, lalu menarik Yvonne ke dalam kamar. Kemudian Shawn menutup pintu dan memeluk Yvonne ke tempat tidur.Yvonne berusaha menundukkan kepala agar wajahnya tidak terlihat.Shawn berbaring di samping Yvonne, lalu mengusap wajahnya secara perlahan. "Kamu tidak perlu menyembunyikan wajahmu."Yvonne tidak percaya diri, dia khawatir kalau Shawn jijik melihat wajahnya. Yvonne sudah berbulan-bulan hidup dengan wajah seperti ini, dia terbiasa menutupinya.Shawn membenamkan wajahnya di sela leher Yvonne sambil mengusap lembut perutnya yang
Orang yang berusaha menyelinap masuk adalah Aiden."Pak Aiden?" panggil Yvonne.Sesaat menoleh, Aiden tersentak melihat Yvonne yang berdiri di hadapannya. Aiden melangkah mundur sambil bertanya terbata-bata, "Ka-kamu ... kamu .... Kamu manusia atau hantu?"Hari ini Yvonne tidak memakai masker. Ditambah, riasan wajah berhasil menutupi 80% luka di wajahnya.Semua orang mengira kalau Yvonne telah meninggal. Wajah saja Aiden ketakutan saat melihat Yvonne muncul di hadapannya.Yvonne menjelaskan, "Aku tidak meninggal.""Hah?" Aiden bingung, memangnya orang mati masih bisa bangkit?"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Kamu ngapain di sini?" tanya Yvonne.Aiden menghela napas. "Aku ingin mengikuti konferensi, tapi tidak punya undangan. Jadi ....""Oh ...." Yvonne tersenyum. "Ayo, ikut aku."Aiden meminta tolong kepada beberapa teman, tetapi tidak ada yang bisa membawanya masuk. Oleh sebab itu, akhirnya Aiden menyelinap secara diam-diam."Hah? Kamu bisa membawaku masuk?"Konferensi hari in
Seorang staf masuk sambil membawa setumpuk dokumen. Kemunculannya yang tiba-tiba pun memotong penjelasan yang sedang diberikan Yvonne.Menyadari kemunculannya yang terlalu menghebohkan, staf tersenyum menundukkan kepala dan berjalan secara perlahan-lahan ke depan.Staf ini datang untuk mengantarkan dokumen, tetapi karena tumpukan dokumen yang banyak, dia kesulitan membuka pintu. Oleh sebab itu dia mendobraknya tanpa bermaksud mengganggu jalannya konferensi.Masalah sekecil ini tidak memengaruhi Yvonne. Dia kembali melanjutkan penjelasannya.Di sudut ruangan, Shawn duduk di tempat yang tidak mencolok. Meskipun orang-orang berlalu-lalang, perhatian Shawn hanya tertuju kepada Yvonne.Yvonne tampak bersemangat saat berpidato. Shawn menyukai kecerdasan dan kepercayaan dirinya yang memesona.Tanpa disadari, Shawn tersenyum kagum melihat istrinya yang hebat berdiri di atas panggung. Yvonne adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat Shawn kagum.Yvonne adalah wanita yang sempurna. Baik h
Panjang umur, ternyata Neil menelepon Shawn.Shawn mengangkat kedua alisnya saat melihat nama Neil yang tertera di layar. Kebetulan sekali?"Aku mau minta bantuan," kata Neil yang berada di ujung telepon."Aku di restoran biasa.""Aku ke sana sekarang." Neil menutup teleponnya."Neil sedang di perjalan ke sini." Shawn meletakkan ponselnya. Dia sengaja menyuruh Neil ke sini agar Yvonne tidak repot-repot pergi menemuinya.Yvonne mengangguk.Setengah jam kemudian Neil tiba.Pelayan memandu Neil memasuki sebuah ruangan."Shawn ...." Neil tersentak saat melihat wanita yang duduk di samping Shawn.Neil mengucek matanya, apakah dia tidak salah lihat? Tidak, wanita itu bukan ilusi."Yvonne?" Neil memanggilnya sambil mengerutkan alis.Tidak, bukankah Yvonne sudah meninggal? Apakah Shawn mencari wanita yang mirip dengan Yvonne untuk melampiaskan kerinduannya?"Shawn, wanita ini mirip banget sama Yvonne. Kamu cari di mana?" Neil menarik kursi dan duduk."Aku nggak mati." Yvonne menatap Neil.Neil