"Ada apa?" tanya Harvey."Dylan merekam hubunganmu dengan wanita itu, dia menyebarkan videonya di dalam negeri. Kamu punya banyak kenalan dan rekan bisnis, sebaiknya kamu pulang untuk mengurus ....""Apa?" Harvey merasa seperti disambar petir, bolanya matanya tampak menonjol. "Shawn bukan manusia! Dia mau merusak reputasiku.""Daripada menghabiskan waktu di sini, lebih baik kamu segera pulang," jawab Yvonne.Harvey panik setelah mendengar cerita Yvonne. "Iya, aku harus segera pulang."Yvonne mengangguk. "Kamu pulang duluan. Lusa aku juga mau pulang beberapa hari.""Kamu mau pulang?" Harvey penasaran. "Ngapain? Demi Shawn?""Bukan, ada konferensi. Rumah sakit mengutus 3 orang untuk menghadiri acara itu, salah satunya aku. Aku nggak tenang memikirkan masalah Niko, sebaiknya aku memang pulang sebentar." Selain itu, Yvonne ingin mengunjungi Samantha dan Dio."Yang penting bukan demi Shawn." Harvey lega mendengarnya. "Hubungi aku begitu kamu pulang.""Oke."....Di dalam negeri.Hasil tes D
"Ka-kamu .... Kenapa kamu ke sini?" Saking gugupnya, Simon sampai tidak bisa berkata-kata.Simon menggenggam erat ponselnya, dia jelas terlihat tegang dan ketakutan."Berikan ponselnya." Shawn mengulurkan tangan.Pengawal Shawn maju, lalu merebut ponsel Simon dan memberikannya kepada Shawn.Shawn meletakkan ponselnya di telinga. "Yvonne."Sebenarnya Shawn tidak tahu Simon sedang mengobrol dengan siapa. Namun melihat Simon yang gugup dan ketakutan, Shawn yakin bahwa dia sedang berbicara dengan Yvonne.Di ujung telepon, Yvonne telah mendengar suara Shawn. Kemudian Yvonne menarik Jeff dan memberikan ponselnya.Jeff langsung memahami maksud Yvonne. "Halo? Ini siapa?"Shawn mengerutkan alis saat mendengar suara pria di ujung telepon. Apakah dia salah menebak? Namun kenapa Simon begitu ketakutan?Shawn menutup panggilan tersebut, lalu berjalan ke depan Simon dan bertanya, "Katakan, di mana Yvonne?"Simon berusaha tetap tenang. "Di-dia sudah meninggal.""Jasad itu bukan mayat Yvonne. Kamu ada
Orang yang berlari memecahkan lamunan Shawn."Jangan lari-lari." Perawat menarik pasien tersebut.Shawn pergi menginterogasi para dokter yang menangani Yvonne.Simon menolak bicara, tetapi dokter-dokter yang lain belum tentu sekeras Simon.Keuntungan adalah hal yang paling menggiurkan di dunia ini. Shawn tidak percaya para dokter itu akan menolak penawaran Shawn demi melindungi Simon.Dylan membawa mereka ke sebuah ruangan.Tak hanya dokter, para perawat yang menangani Yvonne pun dibawa ke sini.Shawn tidak menggunakan kekerasan, melainkan menawarkan sebuah keuntungan yang menggoda. "Aku dengar kalian semua bekerja sebagai dokter jaga? Siapa pun yang bisa memberi tahu keberadaan Yvonne, aku akan mengirimnya untuk bekerja di Rumah Sakit Militer."Meskipun sama-sama bekerja sebagai dokter jaga, reputasi Rumah Sakit Militer jauh berada di atas rumah sakit biasa. Kemampuan dokter jaga di Rumah Sakit Militer setara dengan kemampuan dokter kepala di rumah sakit biasa.Siapa yang tidak tergod
Jika Olivia memang mengetahui keberadaan Yvonne, bukankah seharusnya dia percaya diri? Kenapa dia malah kelihatan gugup?Meskipun ingin cepat menemukan keberadaan Yvonne, Shawn bukanlah orang bodoh, dia masih bisa berpikir dengan jernih."Buktikan dulu kamu mengetahui keberadaan Yvonne," kata Shawn dengan tenang.Olivia makin gugup, dia sama sekali tidak mempersiapkan apa pun. Ditambah, dia juga tidak tahu kenapa Shawn memercayai kebohongannya?Olivia bahkan tidak tahu apakah Yvonne benar sudah meninggal atau masih hidup. Bagaimana dia membuktikannya?"Aku akan memberitahumu setelah kamu melepaskan Thiago." Olivia mulai panik. "Kalau kamu nggak melepaskan Thiago, kamu nggak akan pernah menemukan Yvonne."Dylan tertawa mendengar ancaman Olivia. Dylan mentertawakan kebodohannya.Shawn tidak akan melepaskan kemungkinan sekecil apa pun dalam menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Yvonne. Jika tidak, Shawn tidak mungkin datang menemuinya.Sesaat melihat tawa Dylan, kepercayaan diri Olivia
Olivia ragu dirinya bisa menyelamatkan Thiago. Oleh karena itu, dia menghubungi Graham untuk meminta bantuan.Bagaimanapun Graham adalah kakeknya Shawn. Meskipun Shawn berhati dingin dan membenci Keluarga Jamison, Graham adalah kakek kandungnya.Olivia yakin kalau Graham bisa meluluhkan hati Shawn dan menyelamatkan Thiago.Namun, Shawn tampak tenang saat melihat kemunculan Graham.Graham berjalan menggunakan kruk, raut wajahnya kelihatan loyo dan kurang sehat. Walaupun ada dokter yang merawat, Graham tidak dapat menyembunyikan kondisi fisik maupun mentalnya yang lemah."Shawn." Graham menurunkan egonya di hadapan Shawn. Graham yang sekarang sudah tidak bisa bersikap arogan seperti dulu.Graham menyesali keputusannya yang salah, jauh di dalam lubuk hatinya masih mengharapkan pengampunan Shawn.Seharusnya Graham tidak mengkhianati Shawn dan membela Ruben. Seandainya dulu Graham menjaga hubungan baik dengan Shawn, semuanya tidak akan jadi seperti ini.Namun penyesalan tak ada gunanya, sem
Jackal memahami kekhawatiran dan jalan pikiran Graham.Jackal berbisik kepada Graham sambil menatap Olivia putus asa, "Tuan, aku tahu Anda mengkhawatirkan kelangsungan keturunan Keluarga Jamison. Tapi Thiago salah, dia telah membunuh Yvonne, aku yakin Tuan Shawn tidak akan mengampuninya."Jackal hanya berpikir secara rasional, menyelamatkan Thiago dari tangan Shawn adalah hal yang mustahil. Kalau dipikir-pikir, Shawn sudah berbaik hati tidak menghabisi Thiago, ini adalah batas kemurahan hatinya. Apalagi Graham sudah tidak memiliki apa-apa untuk melawan Shawn."Sebenarnya Anda menginginkan penerus keturunan," kata Jackal.Graham memahami maksud Jackal. Kemudian Graham menoleh dan menatap Olivia sambil berpikir. "Em, kamu benar, tapi Thiago berada di tangan Shawn. Bagaimana ...."Jackal menjawab dengan tenang, "Thiago adalah putra Tuan Ruben. Kaki Tuan Ruben memang cacat, tapi kondisi kesehatannya tidak bermasalah."Graham tersenyum sambil mengangguk, kerutan-kerutan di matanya terlihat
Direktur rumah sakit sedang berbicara kepada dokter kepala, "Aku mendapatkan perintah dari yang di atas. Kita dilarang untuk membocorkan hasil penelitian jantung buatan kepada Negara Zava. Konferensi kali ini diadakan di Negara Zava atas perintah pemegang saham yang baru. Tapi kalau hasil penelitian dibocorkan kepada negara lain, lalu apa untungnya buat negara kita sendiri?"Direktur rumah sakit hanya menjalankan perintah dari para pemegang saham."Jane memang memberikan kontribusi besar, tapi jangan lupa, dia adalah orang Negara Zava. Menurutmu dia akan membela siapa? Kenapa kamu malah mengajaknya untuk menghadiri konferensi? Harusnya dia jangan dilibatkan sejak awal, membuat masalah saja." Direktur rumah sakit tidak puas mengetahui keputusan yang dibuat dokter kepala."Aku tidak berpikir sejauh itu. Tadinya aku merasa dia memberikan banyak kontribusi, makanya aku mengajak dia untuk menghadiri konferensi jantung buatan.""Sekarang dia sudah diangkat jadi dokter utama, jangan terlalu b
Shawn tersenyum sinis. "Tidak tahu malu? Jangan menyentuh keluargamu? Kamu yang mencari masalah, aku tidak pernah menyakiti orang tanpa alasan."Simon terdiam, memang dia yang menyembunyikan Yvonne dan membohongi Shawn.Shawn telah menghancurkan reputasi yang Simon bangun dengan susah payah. Simon dipaksa pensiun atas tuduhan melakukan mal-praktik hingga menyebabkan pasiennya meninggal."Kalaupun kamu menangkap istri dan anakku, aku tetap tidak mengetahui keberadaan Yvonne. Aku tidak tahu apa-apa." Simon masih bersikeras untuk melindungi Yvonne."Kamu memang tidak pantas dikasihani." Shawn menarik sebuah kursi, lalu duduk dan menyilangkan kedua kakinya. Dia tampak arogan. "Dylan, bawa istri dan anaknya ke sini."Simon pun panik, dia tidak ingin melibatkan keluarganya dalam masalah ini. "Kalau aku tahu keberadaan Yvonne, aku pasti akan memberitahumu. Tapi aku tidak tahu apa-apa, aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu.""Dokter yang ikut mengurus jasad Yvonne sudah mengakui semuanya. Yvonn
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"