Bibir Dylan berkedut saat membayangkan Shawn yang telanjang di depan seorang wanita buruk rupa. Dylan menggelengkan kepala untuk menepis pikirannya.Dylan membuka pintu dan bergegas pergi meninggalkan kamar Shawn. Dylan menepuk-nepuk dada, untuk bukan dia yang sakit. Jika Dylan dirawat oleh wanita itu, yang ada kondisinya malah makin parah. Bisa-bisa, setiap malam Dylan bermimpi buruk.Dylan bertekad untuk menjaga kesehatan.Di dalam kamar.Shawn melirik wanita buruk rupa yang berdiri di samping kamar mandi. "Kamu mau melihatku telanjang?"Yvonne menjawab dengan tenang, "Dokter tidak membeda-bedakan jenis kelamin."Shawn mengangkat alisnya, entah apa yang sedang dipikirkan. Apakah Shawn memasrahkan diri? Dia mengangkat tangan dan melepaskan kancing kemejanya.Kancing pertama, kancing kedua .... Perlahan-lahan, terlihat tulang selangkah Shawn yang menawan.Yvone buru-buru mengalihkan pandangannya sambil berpikir, 'Kok Shawn bisa tenang banget menghadapi aku yang sejelek ini?'"Kenapa me
Sekujur tubuh Yvonne tersentak, apakah Shawn terbangun?Bagaimana ini? Bagaimana Yvonne menjelaskannya?Apakah Yvonne harus mengatakan bahwa dia menyukai ketampanan Shawn? Ketika Shawn menahan kepala Yvonne, dia berusaha memikirkan berbagai macam alasan untuk menyelamatkan diri.Shawn tidak membuka mata, tetapi dia mengecup Yvonne dengan bersemangat, seakan ingin menelannya.Sebenarnya Shawn tidur atau bangun? Yvonne hampir kehabisan napas."Yvonne, aku merindukanmu ...," Shawn bergumam.Yvonne tersentak mendengarnya, Shawn merindukannya? Setetes air mata mengalir dan jatuh ke atas pipi Shawn.Ternyata Shawn hanya mengigau. Yvonne menghela napas lega, lalu melepaskan kecupan Shawn dan bangkit berdiri. "Aku senang kamu merindukanku."Yvonne membersihkan bekas lipstik yang menempel di bibir Shawn, lalu menyelimutnya dan pergi meninggalkan kamar.Sesaat membuka pintu, Yvonne bertemu Dylan yang sedang berdiri di luar. Dylan adalah orang yang bertanggung jawab, dia berjaga di luar selama Sh
Di saat bersamaan, seorang wanita berjalan ke depannya.Pupil Dylan sontak membesar, wajahnya tampak memerah dan marah."Aurora, kamu kelewatan!" Dylan menatapnya dengan bengis.Aurora beranjak ke sofa yang ada di samping tempat tidur, lalu menyilangkan kedua kakinya sambil tersenyum. "Ngapain teriak-teriak? Aku hanya membuka pakaianmu. Lagi pula masih tersisa celana dalam, nggak perlu panik. Em, tapi kalau kamu nggak bersedia menjawab pertanyaanku, aku nggak keberatan mengguntingnya ....""Lepaskan aku!" Dylan berteriak. Meskipun Dylan marah, Aurora sama sekali tidak takut. Dia malah menatap Dylan dengan polos. "Sekarang kamu berada di tanganku. Kalau aku nggak mau melepaskanmu, kamu bisa apa? Beraninya memerintah aku. Masih mabuk?"Dylan tidak mau mengakuinya, tetapi faktanya dia memang tidak berdaya.Dylan menelan semua kemarahannya, lalu tersenyum dan berkata, "Nona Aurora yang cantik dan baik hati, melihat aku adalah bawahan kakakmu, tolong lepaskan aku.""Oke." Aurora mengangguk
Di saat Dylan melangkah mundur, Aurora berteriak dan memerintahkan ketiga temannya, "Hajar dia!"Ketiga pria kekar maju menyerang Dylan. Salah satu dari mereka menghajar mata kiri Dylan.Untungnya Dylan memiliki sedikit bekal ilmu bela diri, dia meraih sebuah kursi dan melemparkannya ke arah pria tersebut hingga jatuh.Saat pria kedua menyerang dari belakang, Dylan berguling untuk menghindari serangannya, lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri dari kamar.....Sesampainya di Negara Mauro, Harvey langsung pergi menemui Yvonne.Harvey mengetuk pintu rumah Yvonne, tetapi tidak ada yang membuka pintu. Di saat dia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Yvonne, akhirnya seorang wanita asing yang berjalan mendekat.Harvey terkejut hingga melangkah mundur saat melihat wanita tersebut."Ngapain datang semalam ini?" tanya Yvonne."Ka-kamu ... Yvonne?" Harvey membelalak saat melihat wanita berparas aneh yang berdiri di hadapannya.Yvonne mengangguk sambil membuka pintu rumah."Ngapa
"Kamu gila ketawa sendiri?" Dylan menatapnya dengan kesal."Matamu kenapa?" Harvey menunjuk wajah Dylan.Dylan menutup matanya yang memar. "Mengingat kamu yang pernah membantuku, kali ini aku nggak akan membuat perhitungan. Tapi kalau kamu masih mentertawakanku, aku nggak bakal sungkan-sungkan menghajarmu! Aku juga bisa marah.""Aku membantumu?" Harvey tidak mengerti maksud Dylan. "Kamu nggak salah orang ....""Pergi sana! Kali ini aku membiarkanmu mentertawakanku, anggap kita impas." Dylan meninggalkan Harvey, lalu beranjak ke kaamr Shawn.Harvey sempat mempertanyakan diri sendiri, apakah dia pernah membantu Dylan? Bantuan apa yang diberikan? Dia tidak merasa membantu Dylan."Aduh, sudah jam 7." Harvey buru-buru pergi ke rumah Yvonne, dia tidak mau membuang-buang waktu.Mengingat Yvonne yang sedang hamil, Harvey membawakannya sarapan yang tidak terlalu berat.Ketika Harvey sampai, Yvonne sudah mau berangkat kerja."Kamu sudah sarapan?" tanya Harvey.Yvonne melihat makanan yang dibawa
"Siapa?" tanya Yvonne."Pasienmu," jawab dokter kepala dan mengingatkan Yvonne. "Sekarang Beliau adalah salah satu pemegang saham rumah sakit. Jadi, jangan menyinggungnya."Pasiennya? Salah satu pemegang saham rumah sakit? Siapa?Hanya satu orang yang terlintas di pikiran Yvonne. Apakah mungkin Shawn? Dia mendapatkan saham dalam waktu secepat ini?Di antara semua pasiennya, hanya Shawn yang memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dengan Keluarga Lotex."Pasienmu ada di dalam ruang rawat. Cepat, sana!"Yvonne melihat ke arah ruang tersebut, itu adalah ruang rawat Shawn. "Baik."Sebelum menemui Shawn, Yvonne singgah ke toilet untuk berdandan secepat mungkin.Sehari-hari Yvonne tidak mungkin datang bekerja dengan mengenakan riasan yang menor, untungnya dia membawa bedak dan lipstik.Sepuluh menit kemudian Yvonne pergi menemui Shawn.Shawn sedang berdiri di depan jendela. Begitu mendengar suara pintu, dia langsung membalikkan badan."Pak Shawn, ada apa mencariku?" Yvonne bertanya dengan tena
Dylan tampak sedang menindih seorang wanita.Wajah wanita itu tidak kelihatan, hanya terlihat kakinya yang mulus dan putih.Yvonne mengedipkan mata, Dylan punya pacar? Dia membawa pacarnya ke sini?"Dylan, lepaskan aku! Kalau nggak, aku bakal teriak!" Suara wanita itu terdengar marah.Dylan dan kekasihnya tidak terdengar sedang baik-baik saja. Yvonne tidak mau ikut campur, dia menutup pintu kamar dan bersikap seolah tidak melihat apa pun.Ketika membalikkan badan, Yvonne melihat Shawn yang berdiri di belakang sambil menatapnya.Apakah Yvonne ketahuan sedang mengintip Dylan? Sebenarnya Yvonne tidak bermaksud mengintip, dia hanya penasaran."Aku tidak melihat apa-apa," Yvonne menjelaskan.Shawn kembali ke kamar tanpa memedulikannya.Yvonne bingung melihat sikap Shawn. Shawn memercayai penjelasannya atau tidak? Dia tidak bisa membaca pikiran Shawn.Yvonne mengikuti Shawn sambil mengajaknya mengobrol. "Pak, bagaimana tidurmu tadi malam?"Shawn masuk ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Yvonn
Yvonne tercengang melihat tubuh Shawn yang dipenuhi ruam-ruam merah."Kok bisa?" Yvonne kebingungan."Harusnya aku yang bertanya kepada kamu. Kamu taruh obat apa ke dalam air?" Shawn mengerutkan alis sambil menggaruk tubuhnya.Yvonne berbicara kepada Harvey yang berada di ujung telepon. "Aku ada urusan, nanti aku hubungi lagi."Setelah menutup telepon, Yvonne buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek air rendaman. Yvonne mencium aroma obat yang dapat memicu alergi, tetapi Yvonne yakin tidak menaruh obat ini ke dalam bak mandi."Jangan dekat-dekat." Yvonne menghalangi Shawn. "Tunggu sebentar, aku ambilkan obat."Di saat Yvonne keluar dari kamar mandi, Shawn mencekiknya sambil menatap tajam. "Kamu sengaja?"Yvonne hampir kehabisan napas. "Pak, aku tidak punya alasan untuk menyakitimu. Percaya padaku, aku tidak melakukan apa-apa."Shawn tidak melepaskannya begitu saja, dia malah mencekik Yvonne dengan semakin erat.Wajah Yvonne terlihat memerah. "Berikan aku ... ke-kesempatan ..