Yvonne tidak menyangka Shawn berinisiatif meneleponnya.Belakangan ini Shawn tidak pernah menghubungi Yvonne, dia bahkan membalas pesan Yvonne dengan dingin.Yvonne mengerutkan alis, angin apa yang membuat Shawn menghubunginya?"Kamu ...." Shawn membuka mulut. "Kata Bibi Leah kamu sakit."Yvonne menggenggam erat ponselnya. Ternyata Shawn menelepon karena Bibi Leah yang memberi tahu kondisi Yvonne kepada Shawn, bukan karena Shawn merindukan Yvonne."Aku baik-baik saja. Cuma pingsan karena kelelahan." Yvonne menundukkan kepala."Sudah merasa baikan?""Em, tidak perlu cemas.""Oh ...." Shawn terdiam cukup lama.Mereka tidak berbicara, tetapi juga tidak ada yang menutup telepon. Saking diamnya, mereka bahkan bisa mendengar embusan napas satu sama lain."Kamu pasti sibuk, aku nggak mau mengganggu kamu." Suara Yvonne memecah keheningan.Shawn dan Yvonne kembali terdiam, tidak ada yang menutup panggilannya."Baiklah," jawab Shawn.Yvonne langsung mematikan panggilan Shawn. Anehnya Yvonne sang
"Spanduk apa?" Niko tampak kebingungan."Kamu nggak tahu?" Yvonne mengamati ekspresi Niko."Kak, kamu jelaskan dulu, maksudnya spanduk apa? Aku nggak ngerti maksud pertanyaanmu." Niko yakin dirinya tidak mabuk, tetapi dia kesulitan mencerna pertanyaan Yvonne yang terdengar aneh.Yvonne menatap Niko selama beberapa detik. Setelah memastikan Niko tidak berbohong, Yvonne baru menjawab, "Tadi malam ada yang menggantung spanduk berisi makian di depan gedung ....""Hahahaha." Niko tertawa terbahak-bahak. "Itu namanya karma.""Kamu pelakunya?" Yvonne kembali memastikan."Bukan." Niko menjawab sambil tertawa, "Kayaknya bukan aku sendiri yang membenci dia. Orang jahat pasti akan mendapatkan balasan."Yvonne mengerutkan bibir, dia agak meragukan pengakuan Niko. "Niko, jawab yang serius! Apakah kamu pelakunya?"Niko menjawab dengan acuh, "Kalau memang mau menuduhku, aku nggak keberatan. Anggap saja aku pelakunya. Aku senang banget, bajingan itu memang pantas dimaki.""Jangan melakukan hal seperti
"Apa urusannya sama kamu?" Niko membentak Nyonya Sanchez."Tutup mulutmu!" Yvonne menarik Niko.Yvonne khawatir kalau sikap Niko malah membuat Nyonya Sanchez salah paham.Nyonya Sanchez memang tidak menyukai Anas. Jika Niko asal menjawab, Nyonya Sanchez akan berpikir kalau Anas adalah wanita sembarangan. Yvonne tidak ingin memperkeruh masalah yang tengah dihadapi Anas.Niko tidak tinggal diam. "Aku nggak bersalah, ngapain takut?"Nyonya Sanchez menyeringai sinis. "Tidak berpendidikan. Baguslah kamu dan Neil berpisah. Jangan pernah mengganggu rumah tangga Neil, aku tidak mau melihatmu muncul di hadapan keluargaku. Aku tidak akan mempermasalahkan soal spanduk asalkan kamu berhenti mengganggu anakku.""Kamu nggak ngerti bahasa manusia? Bukan Anas pelakunya, aku yang jadi jaminannya!" Niko meninggikan suara. Dia merasa ucapan Nyonya Sanchez agak kelewatan."Kamu jadi jaminan?" Nyonya Sanchez tertawa menyindir. "Kamu jelas-jelas membelanya, bagaimana aku bisa memercayai ucapanmu?""Jodoh me
Niko yang hanya mengenakan handuk tampak terkapar di lantai. Saat terjatuh, handuk Niko lepas hingga hanya menutupi bagian tengah di antara selangkangannya.Anas sedang minum di dapur. Raut wajahnya terlihat datar saat melihat Niko terjatuh.Samantha tercengang hingga membeku di tempat.Yvonne mengerutkan alis, apa yang terjadi? Selanjutnya terdengar teriakan histeris yang memekakkan telinga, "Ah ...."Niko buru-buru menutupi bagian bawah tubuhnya dengan handuk, lalu bangkit berdiri dan berlari ke kamar. "Bom!" Terdengar suara pintu yang dibanting."Anak itu kenapa?" Yvonne turun dan bertanya kepada Anas.Anas menjelaskan dengan tenang, "Setelah mandi, dia keluar hanya dengan mengenakan handuk. Saat melihat aku minum, dia minta dituangkan air. Dia minum sambil berjalan, lalu terpeleset sampai gelas pecah berserakan ...."Yvonne mengerutkan alis. Fokus Anas tertuju kepada gelas yang pecah berserakan? Bukan Niko yang jatuh terpeleset?"Niko sangat perhatian sama kamu. Hmm, kamu juga bo
Yasmine memberikan sebuah amplop kepada pria itu."Tutup mulutmu!" kata Yasmine dengan nada mengancam.Pria tersebut mengusap amplop yang diberikan sambil tersenyum puas. "Tenang saja, aku akan menjaga rahasia ini."Yasmine melihat ke sekeling untuk memastikan tidak ada orang yang memperhatikannya. Dia menekan topi yang dikenakan dan berkata, "Aku pergi dulu."Pria tersebut tersenyum. "Oke! Kalau lain kali ada pekerjaan segampang memasang spanduk yang bisa menghasilkan uang sebanyak ini, jangan lupa menghubungi aku.""Tenang saja, aku hanya percaya padamu, asalkan kamu menutup mulutmu rapat-rapat." Yasmine menundukkan kepala."Apakah kamu puas dengan hasil kerjaku? Mulutku selalu tertutup rapat."Yasmine mengangguk, tujuannya telah tercapai dengan sempurna. Dia membayar orang untuk menggantung spanduk tersebut di gedung pernikahan, tujuannya agar Keluarga Sanchez mencurigai Anas.Perasaan Neil terhadap Anas mulai pudar, Keluarga Sanchez pun makin membenci Anas. Yasmine cukup puas denga
"Pak Shawn memerintahkanku datang," jawab Dylan."Di mana Shawn?" tanya Yvonne."Pak Shawn baru sampai di sana, belum bisa pulang. Begitu mengetahui adanya pergerakan Keluarga Jamison, Beliau memintaku untuk datang melindungimu," jawab Dylan.Yvonne mengerutkan alis. "Dia baru sampai di sana? Nggak mungkin!"Bukankah Shawn sudah pergi sejak beberapa hari lalu?Dylan tidak berani menatap Yvonne. Seharusnya Shawn pergi sejak kemarin, tetapi saat memasuki pesawat, Shawn mengubah rencana begitu menerima telepon dari Leah.Shawn telah menyadari pergerakan Keluarga Jamison, selama ini mereka mengutus pengawal untuk memata-matai Yvonne. Begitu mendapatkan kabar tersebut, Shawn langsung mengutus Dylan karena mengkhawatirkan keselamatan Yvonne.Untungnya Dylan tidak mengikuti Shawn keluar negeri sehingga dia bisa langsung datang menemui Yvonne.Yvonne menyadari ekspresi Dylan yang tampak gugup. Ternyata Shawn masih tidak ingin bertemu dengan Yvonne."Kalau dia nggak mau menemui aku, ngapain ber
Thiago mendengus dingin. "Jangan lupa, anak dan ibumu berada di tanganku. Kamu nggak punya hal mengancamku. Mau membunuhku? Silakan kalau kamu punya kemampuan.""Thiago, kalau sampai terjadi sesuatu kepada mereka, aku akan menggunakan segala cara untuk menghabisi nyawamu! Aku tidak main-main! Aku mendengarkan perintahmu bukan karena takut kepadamu, tapi demi anak dan ibuku."Thiago tertawa terbahak-bahak. "Yvonne, Shawn telah membunuh ibuku dan mencelakai ayahku. Sekarang aku sudah nggak punya apa-apa, nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Saat ini aku hanya ingin membuat Shawn merasakan apa yang aku rasakan. Aku ingin Shawn mengetahui rasanya kehilangan orang yang dicintai."Yvonne tersentak, Thiago tidak sedang mengancam, dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia telah kehilangan segalanya, apa lagi yang perlu ditakutkan?Berdasarkan kondisi Thiago, dia berani melakukan apa pun demi menyiksa Shawn. Orang seperti Thiago sangat mengerikan.Setelah menutup teleponnya, Yvonne bertan
Tanpa banyak bicara, kedua pengawal tersebut menggeledah tubuh Yvonne."Kalian ngapain?" Yvonne menghindar.Melihat kecantikan Yvonne, kedua pengawal ini memiliki niat terpendam. "Kami mau menggeledah tubuhmu. Jangan-jangan kamu membawa alat pelacak?"Yvonne menggelengkan kepala. "Tidak ada.""Omongan tidak bisa dipercaya. Cepat, jangan membantah!" Kedua pengawal ini ingin mencari kesempatan dalam kesempitan.Yvonne melangkah mundur. "Aku sudah bilang, nggak ada!""Demi keselamatan ibu dan anakmu, sebaiknya kamu jangan banyak membantah!" Thiago membuka kaca jendela mobil.Begitu menoleh ke belakang, Yvonne melihat Thiago yang duduk di dalam sebuah mobil sedan. Ekspresinya terlihat mengolok-olok dan penuh kemenangan.Yvonne mengepalkan tangan, dia benci diancam!"Aku tidak membawa alat pelacak. Bagaimanapun aku adalah kakak iparmu. Kalau kedua pengawal ini menyentuhku, bukankah itu sama saja dengan menampar wajahmu? Nanti kedua pengawal ini malah membanggakan diri ke mana-mana."Thiago