Sesaat melihat Harvey, suasana hati Yvonne sontak berubah 180 derajat."Jadi ini masalah yang kamu bilang penting?" Yvonne bertanya kepada Niko.Niko tidak mengerti kenapa Yvonne marah. "Harvey meminta bantuanku, makanya aku mengajakmu ke sini. Aku merasa ini bukan permintaan yang sulit, lagi pula dia juga membantuku untuk mengumpulkan bukti pembunuhan yang dilakukan Jolene. Aku nggak bisa menolaknya ...."Harvey bergegas meminta maaf. "Aku salah, aku tahu kamu marah, aku tahu kamu nggak mau bertemu aku, makanya aku meminta bantuan Niko. Yvonne berikan aku kesempatan untuk meminta maaf."Yvonne tidak ingin memperpanjang masalah ini. "Aku harap, kamu berhenti bersikap kekanak-kanakan. Aku sudah nggak marah, kamu nggak perlu minta maaf. Aku masih ada urusan, aku harus pergi."Harvey menarik pergelangan tangan Yvonne. "Mumpung sudah sampai, aku ingin mengajakmu makan bersama. Hidangan di restoran ini sangat lezat.""Lepaskan!" kata Yvonne dengan ekspres dingin."Kenapa kamu selalu bersika
Niko menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Ada apa?"Yvonne menatap ke luar jendela, dia sedang melihat wanita yang berjalan memasuki hotel.Ketika melihat Yvonne yang membuka pintu mobil, Niko bertanya dengan kebingungan, "Kak, kenapa?"Yvonne beranjak keluar sambil menjawab, "Cari tempat parkir, lalu susul aku."Niko tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia tetap mematuhi perintah Yvonne.Setelah memarkir mobilnya, Niko menyusul Yvonne masuk ke dalam hotel. Yvonne sedang bertanya kepada resepsionis, "Aku mau memesan kamar di sebelah kamar wanita yang baru masuk tadi.""Wanita yang mana?" tanya resepsionis.Yvonne menjawab, "Wanita yang barusan masuk, Bu Danila.""Oh." Resepsionis pun mengerti. "Kamarnya dipesan oleh Pak ....""Pak Paulo," jawab Yvonne.Mendengar Yvonne mengenal Paulo, resepsionis bertanya, "Anda mengenal Pak Paulo?""Kenal." Yvonne mengangguk.Karena Yvonne mengenal Paulo dan Danila, resepsionis bersedia memberikan kamar yang berada di samping Danila."Pak Paulo dan
Wanita tersebut berdiri di depan pintu, rambutnya yang panjang terurai indah ke belakang. Dia mengenakan gaun berwarna putih, riasan wajah yang tipis, dan anting mutiara yang sederhana. Penampilannya tampak menawan."Kamu siapa?" tanya wanita tersebut.Yvonne menatap wanita yang berdiri di hadapannya, wajahnya benar-benar mirip dengan di foto.Yvonne terbangun dari lamunannya dan menjawab, "Tolong aku ...."Niko menarik Yvonne sambil membentaknya, "Ikut aku masuk! Kamu harus diberi pelajaran. Kamu pikir bisa kabur dengan mudah?"Yvonne menatap Danila dengan tatapan memelas. "Kalau aku ikut, dia akan menghabisiku. Tolong aku."Danila kasihan melihat Yvonne yang dijambak dan ditarik oleh Niko. "Lepaskan wanita ini. Kalau tidak, aku akan lapor polisi.""Jangan ikut campur!" Niko menunjukkan wajah bengis, dia terlihat seperti penjahat sungguhan.Niko memiliki bakat menjadi aktor, aktingnya sama sekali tidak terlihat seperti dipaksakan.Danila mengerutkan alis. "Di sini ada kamera pengawas.
Ketika Yvonne ingin menjelaskan, Danila berkata, "Aku melihat dia dan pacarnya bertengkar. Karena takut dia dipukuli, aku mengajaknya ke kamar untuk menenangkan diri.""Benar begitu?" Paulo menatap Yvonne dengan tatapan tajam.Yvonne mengangguk. "Iya, aku nggak nyangka ....""Paulo, kalian saling kenal?" Danila melirik Yvonne dan Paulo secara bergantian.Paulo beranjak ke samping Danila dan merangkul pundaknya. "Dia muridnya Simon. Saat aku pergi menemui Simon, kami sempat bertemu."Danila bertanya dengan lembut, "Kamu adalah dokter?"Yvonne mengangguk. "Benar."Tiba-tiba Danila mengerutkan alis sambil memijat keningnya. Ekspresi Danila tampak kesakitan."Kepalamu sakit?" Paulo bertanya dengan lembut.Danila mengangguk."Ayo, minum obat." Paulo merangkul Danila kembali ke kamar. Di saat bersamaan, Paulo juga menoleh ke belakang dan memperingati Yvonne. "Aku tidak suka ada yang mencari tahu urusan pribadiku. Kalau kamu ketahuan berusaha mengorek urusanku, aku tidak akan melepaskanmu!""
Kamar yang juga kosong melompong.Tak ada seorang pun di dalam rumah ini, semua penghuni serasa menghilang begitu saja.Yvonne merasakan firasat buruk, dia tidak melihat keberadaan Leah, Dio, maupun Shawn. Ke mana mereka semua?Yvonne panik, dia buru-buru berlari ke halaman. Di saat bersamaan, dia melihat sebuah mobil yang memasuki gerbang. Kemudian sopir membukakan pintu, lalu Shawn keluar sambil menggendong Dio.Leah tampak menentang banyak barang."Kalian ke mana?" tanya Yvonne saat melihat wajah Dio yang memerah.Biasanya Dio selalu tampak bersemangat, suka tertawa, dan menggemaskan. Namun, sekarang kedua mata Dio tampak memerah, seperti habis menangis."Dio sakit?" Yvonne menyadari ada yang aneh dengan Dio.Shawn mengabaikan Yvonne dan langsung menggendong Dio masuk ke dalam rumah.Leah mendekati Yvonne dan berbisik, "Dio demam.""Bi Leah," panggil Shawn dengan suara teredam.Leah tidak berani berbicara terlalu banyak, lalu bergegas menyusul Shawn.Yvonne mengerutkan bibir sambil
Yvonne meneteskan air mata saat Shawn membalikkan badan. Semua pertahan Yvonne pun runtuh dalam sekejap.Shawn menatap Yvonne dengan tenang. "Kamu merasa tidak adil?"Yvonne menyeka air matanya dan menjawab, "Nggak.""Oh." Shawn beranjak ke kamar mandi.Yvonne mengepalkan tangan, sikap Shawn benar-benar membuatnya kesal. Yvonne langsung bangkit berdiri dan berteriak, "Kamu nggak memercayai aku? Oke, aku akan pergi berselingkuh sekarang juga!"Ketika Yvonne melangkah keluar, Shawn langsung menarik pergelangan tangannya sambil mendengus dingin. "Kamu mau berselingkuh?"Yvonne berusaha mengempaskan tangan Shawn. "Lagi pula kamu memercayaiku. Daripada dituduh melakukan hal yang tidak-tidak, sekalian saja aku lakukan ...."Shawn menggenggam tangan Yvonne dengan erat, lalu menariknya ke dalam pelukan.Yvonne memberontak. "Lepaskan aku!"Shawn menundukkan kepala dan mengecup bibir Yvonne untuk menutup mulutnya. Shawn mengecup bibir Yvonne dengan agresif, kasar, dan menggigitnya dengan keras.
Yvonne mengerutkan bibir, dia tahu Dio sedang sakit.Seharusnya Yvonne mengambil cuti untuk merawat Dio, tetapi hari ini dia harus menemani Simon untuk memeriksa Danila. Bahkan sepertinya Danila harus dioperasi.Untuk memecahkan teka-teki ini, Yvonne harus terlibat di dalam pemeriksaan kondisi Danila. Yvonne harus pergi bekerja!"Aku janji, hari ini aku bakal pulang lebih awal." Yvonne berusaha membujuk Shawn."Aku mohon, ya?" Yvonne memeluk leher Shawn dengan erat.Yvonne tidak pintar bermanja-manja, tetapi Shawn menyukai sikapnya yang seperti ini. Shawn tersenyum kecil dan menjawab, "Jam 5.""Oke! Aku akan tiba di rumah jam 5 tepat.""Em." Shawn mengangguk.Yvonne sangat senang, dia mengecup pipi Shawn. "Nanti malam ada yang ingin kubicarakan."Shawn mengangguk, lalu berpesan, "Jauhi Harvey.""Aku sudah menjaga jarak dengannya." Yvonne bersusah payah memperbaiki hubungan ini, dia tidak mau merusaknya begitu saja.Sebenarnya ada satu hal yang membuat Yvonne penasaran. "Hmm, kamu bilan
"Ada apa?" tanya Danila saat melihat raut wajah Yvonne yang kelihatan kaget. "Ada masalah?"Danila bertanya sambil melihat hasil CT-Scan yang dipegang Yvonne. Hanya saja Danila tidak bisa membaca hasilnya.Danila tidak mengerti istilah medis, tetapi Yvonne bisa membaca hasil CT-Scan yang dipegang. Yvonne melihat ada sebuah benda seukuran kuku yang menutupi saraf memori Danila.Dari bentuk dan posisi, benda itu bukanlah tumor.Yvonne bertanya, "Bagaimana rasa sakit di kepalamu? Kadang kambuh atau berlangsung lama?"Danila mengingat-ingat, lalu menjawabnya, "Aku tidak ingat. Aku merasa melupakan sesuatu, tapi setiap ingin mengingatnya, kepalaku langsung terasa sakit. Kadang kambuh, kadang berlangsung beberapa hari. Tapi akhir-akhirnya ini lebih sering sakit daripada biasanya. Aku minum obat untuk meredakan sakitnya."Akhirnya Yvonne mengerti. "Oh, baiklah. Ayo, kita kembali ke ruangan Dokter Simon."Danila bertanya, "Kamu kelihatan kaget, apakah kondisiku parah?"Yvonne menggelengkan kep