Caroline memapah Ruben keluar dari mobil.Ruben mulai kehilangan kesadaran diri. Ruben mabuk seakan habis mengonsumsi 10 botol minuman keras, padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini. Mungkin kadar alkohol bir yang dikonsumsi lebih tinggi daripada biasanya.Caroline tidak punya uang, tentu saja Ruben yang membayar biaya sewa kamar.Sesampainya di kamar, Caroline meletakkan Ruben ke atas tempat tidur dan berkata, "Istirahatlah."Ruben menarik tangan Caroline dan melarangnya pergi.Caroline berpura-pura ketakutan, tetapi dia tidak menolak. Caroline perlahan-lahan mendekati Ruben, hasrat yang berapi-api telah menguasai hati Ruben.Tanpa basa-basi, Ruben langsung memeluk Caroline dan menerkamnya.....Setelah selesai melampiaskan hasratnya, Caroline membungkus dirinya dengan menggunakan selimut. Dia duduk di tempat tidur sambil termenung, kedua matanya tampak berkaca-kaca.Ruben terdiam saat melihat bekas darah yang ada di atas sprei. Dia menarik napas panjang, lalu berkata, "Maaf, aku
Ekspresi Ruben langsung berubah sesaat membahas Quinn. "Istriku sudah tua, aku malas melihatnya."Caroline mengangkat kedua alisnya. Dia sangat senang saat mendengar penilaian Ruben terhadap Quinn. Padahal Quinn terawat dan cantik, tapi Ruben malah mengatai istrinya sudah tua.Tampaknya posisi Quinn di Keluarga Jamison tidak setinggi yang dipikirkan."Kamu menyebalkan, kok mengatai istrimu kayak gitu?" Caroline memeluk Ruben dengan manja. "Aku atau istrimu yang lebih cantik?""Tentu saja kamu yang lebih cantik," Ruben menjawab dengan yakin.Saat Quinn masih muda, sebenarnya dia lebih cantik daripada Caroline. Hanya saja sekarang Quinn tak lagi muda, usia memang tak dapat berbohong.Jika Quinn tidak cantik, mana mungkin Ruben sesetia ini? Selama puluhan tahun pernikahan, Ruben tidak pernah berpaling dari Quinn."Aku harus pulang." Meskipun tidak tega meninggalkan Caroline, Ruben ingin membuat Quinn curiga. Takutnya Quinn marah dan membuat onar."Hubungi aku." Ruben memberikan kartu nama
Ketika Quinn hendak menyapa penelepon tersebut, Ruben buru-buru merebut ponselnya. "Aduh, ngapain kamu menjawab teleponku?"Quinn tercengang selama beberapa detik, ada yang tidak beres! Ruben bersikap seperti orang yang menyembunyikan sesuatu.Ruben terpaksa merebut ponselnya. Bagaimana kalau ternyata Caroline yang menelepon? Yang ada perselingkuhannya bisa ketahuan."Berikan ponselnya, cepat!" Quinn mengulurkan tangan, ekspresinya terlihat sangat serius.Ruben menolak untuk memberikannya."Ruben, kamu selingkuh, ya?" Raut wajah Quinn berubah menjadi dingin."Mana mungkin aku berselingkuh, kamu jangan mengada-ada ...."Sebelum Ruben selesai bicara, Quinn merebut ponselnya dan berkata, "Halo ....""Halo, Quinn? Kak Ruben di mana?"Quinn mengenal suara ini, dia adalah salah satu sahabatnya Ruben.Ruben lega sesaat mendengar suara itu. Dia mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, lalu mendengus kesal dan menatap Quinn dengan sinis. "Curiga nggak jelas. Nanti temanku mengira aku suami taku
"Benar." Quinn menuangkan teh untuk Dylan. "Mungkin Anda juga tahu, Grup Skyward adalah salah satu perusahaan dalam negeri yang besar.""Tentu saja. Kalau tidak, untuk apa aku meluangkan waktu bertemu kalian? Banyak orang yang ingin berinvestasi, tapi aku harus memilih kandidat yang terbaik. Aku hanya ingin menemui perusahaan yang memiliki potensi besar.""Sejujurnya kami tidak terlalu memahami industri ini, jadi kami perlu berhati-hati." Quinn membuka dokumen yang diberikan Dylan.Penjelasan di dalam dokumen itu sangat rinci, ada gambar dan spesifikasi. Hanya saja Quinn dan Thiago tidak mengerti, kata-kata yang digunakan terlalu teknis.Thiago berbisik di telinga Quinn, "Bu, kayaknya kita perlu mencari orang yang ahli di bidang ini? Kita sama sekali nggak ngerti."Quinn juga agak ragu. Proyek ini memang bagus, tetapi mereka tidak mengerti apa-apa. Takutnya ke depan malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, pengembangan dan penelitian produk memerlukan dana yang besar.
Dylan berbicara dengan sopan dan serius, "Pak, kontraknya telah ditandatangani.""Em, laksanakan sesuai rencana. Sebelum mereka membayar investasi tahap pertama, jangan sampai ketahuan," jawab Shawn."Baik."Setelah menutup teleponnya, Dylan memerintahkan sopir, "Jalan."....Di sisi lain, Yvonne memeluk Shawn yang baru selesai menelepon. Shawn membalikkan badan, dia melihat Yvonne yang mengikat rambutnya ke belakang dan berpenampilan rapi.Yvonne berkata sambil tersenyum manis, "Apakah menurutmu wawancaraku bakal sukses?"Shawn memeluk Yvonne tanpa bergeming ....Yvonne mengerutkan alis saat melihat reaksi Shawn. "Kamu nggak memercayai kemampuanku?""Memangnya kamu punya kemampuan?" Shawn bertanya balik.Yvonne mengentakkan kaki dan menggigit bibir Shawn.Shawn tertawa. "Kamu mau membunuh suamimu?"Shawn mengusap pinggang Yvonne dengan lembut.Yvonne memelototinya sambil tersipu malu. "Aku harus berangkat, jangan sampai terlambat. Pekerjaan ini sangat penting bagiku."Yvonne melepaska
"Jangan banyak alasan." Petugas membentak Yvonne. "Pergilah."Yvonne tidak mau menyerah begitu saja, dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. "Tolong berikan aku kesempatan!""Siapa suruh kamu terlambat? Kalau kamu sangat menginginkan pekerjaan ini, harusnya kamu datang tepat waktu." Petugas ini mulai kehabisan kesabaran. "Mau aku panggilkan satpam?"Yvonne menghela napas panjang, dia sangat kecewa. Kesempatan yang dinantikannya hilang begitu saja.Yvonne keluar dari rumah sakit dengan perasaan sedih. Yvonne bisa terima jika dirinya ditolak karena alasan kemampuannya yang tak cukup baik. Namun masalahnya sekarang, dia bahkan tak memiliki kesempatan untuk melakukan sesi wawancara.Kalau kesempatan untuk kembali berkarier saja tidak ada, apa gunanya membicarakan mimpi? Yvonne merasa putus asa, dia sedih dan marah kepada diri sendiri.Ketika Yvonne beranjak ke lobi dan hendak pergi, dia mendengar seseorang yang berteriak ke arahnya. Sesaat menoleh ke belakang, ternyata kakek tua yang pi
Yvonne menjawab dengan lugas dan percaya, "Poli bedah adalah salah satu departemen yang paling bagus di rumah sakit ini. Rumah sakit ini sangat terkenal dengan bedah jantungnya. Masyarakat bahkan memberikan julukan 'ahli jantung' kepada dokter-dokter bedah jantung di rumah sakit ini. Hampir tidak ada penyakit jantung yang tak dapat disembuhkan."Direktur rumah sakit tersenyum. "Kamu baru saja bertemu dengan salah satu ahli jantung. Bagaimana kesanmu?""Baru bertemu?" Yvonne berusaha mengingat-ingat. Dia membelalak dan bertanya, "Dok-dokter ... yang tadi? Dokter galak yang bertanggung jawab mewawancarai aku?""Benar, dia adalah Simon, kepala poli bedah jantung."Yvonne menganga, jadi orang itu adalah dokter yang diidolakan Yvonne selama ini?"Kamu tertarik dengan bidang apa?""Bedah jantung. Aku tidak keberatan harus memulai dari bawah," jawab Yvonne.Yvonne menyadari kemampuannya sendiri, kualifikasi yang dimiliki belum cukup untuk menjadi dokter utama."Coba ceritakan pengalaman kerja
Yvonne tercengang, dia diterima karena kemampuannya, bukan karena lewat jalur belakang.Direktur rumah sakit memberikan kesempatan setelah melihat kemampuan Yvonne.Simon pergi sebelum Yvonne menjawab. Yvonne mematung di tempat, senyuman di wajahnya pun sirna.Hati Yvonne terasa berkecamuk, bagaimana nasibnya kelak? Dia harus bekerja di bawah atasan seperti Simon ....Yvonne ingin menolak, tetapi dia tidak mau melepaskan kesempatan emas ini. Tampaknya Yvonne harus menguatkan mental, hari-harinya kelak pasti akan dipenuhi rintangan.Yvonne harus belajar dengan giat agar segera diangkat menjadi dokter tetap. Dengan begitu, dia bisa terbebas dari atasan yang mengerikan. Selama proses belajar, Yvonne hanya bisa bertahan dan bersabar.Setelah masuk ke dalam mobil, Yvonne berkata kepada sopir, "Ke supermarket dulu.""Baik."Yvonne ingin merayakan kesuksesannya, dia ingin berbelanja dan memasak untuk Shawn.Shawn beruntung memiliki istri seorang dokter. Yvonne tahu makanan apa yang bisa memba