Shawn mengamati bunga yang dibawa kurir ini.Ada yang memberikan bunga kepada Yvonne?"Siapa?" Yvonne mengulurkan kepalanya dengan penasaran.Melihat Shawn yang memancarkan aura mengintimidasi, kurir menjawab dengan hati-hati, "Apakah benar ini ruangan Nona Yvonne? Aku adalah kurir yang mengantarkan pesananmu. Tolong diterima dan tanda tangan.""Pesanan? Dari siapa?" tanya Yvonne."Pak Harvey," jawab kurir tersebut.Yvonne refleks menoleh ke arah Shawn. Meskipun hanya dari samping, Yvonne dapat melihat emosi yang terpancar di wajah Shawn.Shawn telah menebak, pasti Harvey yang mengirimkan bunga ini. Demi membuat Shawn makin marah, Yvonne sengaja meminta kurir untuk membawanya masuk. "Tolong bawa masuk."Kurir tersebut melewati Shawn dengan hati-hati, lalu menaruh sebuket mawar merah ke atas meja dan berkata, "Nona, tolong tanda tangani surat jalannya.""Oke." Yvonne mengambil kertas yang diberikan.Setelah Yvonne tanda tangan, kurir tersebut buru-buru pamit dan pergi meninggalkan rumah
Yvonne menundukkan kepala."Bi, tolong bereskan barang-barang Yvonne," perintah Xavier.Leah membereskan pakaian dan barang-barang Yvonne, sedangkan Xavier menyiapkan kursi roda.Setelah semua beres, Leah memapah Yvonne ke atas kursi roda dan Xavier yang mendorongnya.Xavier datang dengan membawa banyak pengawal, seolah takut kalau Yvonne akan melarikan diri.Sesaat melihat jumlah pengawal yang cukup banyak, Leah merasa ada yang aneh dan berbisik, "Nona, kamu membuat Tuan marah lagi?"Yvonne mengangguk perlahan."Kenapa?" Leah tidak mengerti, kenapa Yvonne terus menentang Shawn? Padahal, bukankah hidup harmonis lebih tenang?Asalan Yvonne menurut, dia bisa menjadi Nona Muda Jamison yang dikagumi banyak orang. Namun kenapa Yvonne terus melawan Shawn dan membuatnya murka? Leah tidak mengerti."Karena ...," jawab Yvonne.Sebelum Yvonne menyelesaikan jawabannya, Xavier mengambil bunga pemberian Harvey dan membuangnya ke tong sampah. "Ini perintah Pak Shawn."Raut wajah Yvonne terlihat data
Dokter tidak menjawab, melainkan bertanya, "Di mana keluargamu?"Kayla yang berdiri di samping pun maju dan menjawab, "Aku, aku istrinya."Jelas-jelas Kayla adalah selingkuhan, beraninya dia mengaku sebagai istri Calvin?"Dok, bagaimana keadaan suamiku?" tanya Kayla."Hmm, tidak parah, tidak perlu cemas. Aku akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan," jawab dokter dan memberikan selembar kertas kepada Calvin. "Kamu pergi sendiri, istrimu biar di sini saja."Calvin tahu kalau dokter sengaja ingin mengusirnya. "Dok, katakan saja, aku sakit apa?""Baiklah." Dokter diam sejenak, lalu melihat hasil CT-scan dan berkata, "Kamu menderita tumor otak."Calvin hampir pingsan saat mendengarnya. Dia mengepalkan tangan dengan erat, kepalanya sontak terasa berdengung.Kayla tak kalah kaget, dia sontak merangkul lengan Calvin dan menjawab, "Suamiku cuma batuk, mana mungkin menderita tumor otak? Dok, kamu nggak salah periksa?""Kemungkinan besar, efek tumor telah menyebar ke tenggorokan dan p
Begitu mengetahui keadaan Harvey yang berada di ambang kehancuran, Yvonne tetap bersikap tenang. Semua ini adalah idenya Harvey, bukan Yvonne.Sebelum memutuskan untuk menyerang Shawn, seharusnya Harvey telah memperhitungkan untuk dan ruginya. Kalau pada akhirnya Harvey mengalami kerugian besar, semua itu disebabkan kebodohannya sendiri."Kamu diam sama melihat keadaan selingkuhanmu?" Shawn menatap mata Yvonne.Walaupun Harvey telah menjelaskan semuanya, Shawn tidak memercayainya begitu saja. Shawn ingin mengetes sikap Yvonne.Melihat Yvonne yang begitu tenang, Shawn semakin yakin dengan pengakuan Harvey. Seandainya Yvonne menyukai Harvey, masa Yvonne tidak panik mengetahui perusahaan kekasihnya yang sedang berada di ambang kebangkrutan?Hubungan Yvonne dan Harvey memang palsu, tapi keinginan Yvonne untuk bercerai adalah fakta!Shawn tidak mengerti, apa hal yang membuat Yvonne bersikeras ingin bercerai?"Yvonne, kenapa kamu memaksa cerai?" Shawn mengerutkan alis."Kamu tahu sendiri, ak
"Le-lepaskan ...," kata Yvonne sambil berusaha melepaskan tangannya.Shawn menggenggam pergelangan tangan Yvonne dengan lembut, lalu menunduk dan mengecup bibir Yvonne.Sebelumnya, Yvonne selalu memberontak dan menolak setiap dicium Shawn. Namun kali ini Yvonne tidak mendorong Shawn, dia bahkan memejamkan matanya dengan tenang.Yvonne tidak pernah merasa setenang ini. Embusan napas yang hangat dan ciuman yang lembut membuatnya lupa daratan.Semakin lama, ciuman lembut berubah menjadi ciuman bergairah yang memabukkan.Perlahan-lahan, gairah yang menggebu mulai menyingkirkan akal sehat Shawn.Shawn mengulurkan tangan, lalu mengusap tulang selangka Yvonne dan membuka kancing kemejanya. Sesaat merasakan embusan angin yang menyeka dada, Yvonne membuka mata dan mendorong Shawn dari pelukannya. "Nggak boleh ....""Bukannya tadi kamu juga menikmatinya?" Shawn mengerutkan alis."Nggak, aku nggak ...." Yvonne enggan mengakuinya."Oh ya?" Shawn menyeka bibir Yvonne yang basah."Keluar sana!" Yvon
Niko menyapa Yvonne dengan suara yang lembut dan sopan.Ekspresi Yvonne terlihat datar. "Ada apa mencari aku?""Kak, kamu adalah dokter. Kamu pasti mengenal banyak dokter hebat, 'kan? Kondisi Ayah sangat parah, kalau nggak segera dioperasi ... hidupnya nggak bakal lama lagi," kata Niko dengan terisak-isak.Niko menundukkan kepala, dia terlihat sedih. Seketika, Yvonne langsung merasa tegang, ternyata tebakannya benar."Apa kata dokter? Sakit apa?" tanya Yvonne dengan suara teredam."Tumor otak ganas. Tumornya sudah mulai menyebar ke tenggorokan dan paru-paru," jawab Niko.Yvonne tersentak. "Kok, kok bisa?""Kak, tolong carikan dokter terbaik untuk Ayah!" Niko mendesak Yvonne.Tumor yang diderita Calvin telah menyebar, kondisinya sulit disembuhkan. Walaupun dioperasi, Calvin belum tentu bisa diselamatkan.Melihat Yvonne yang diam saja, Niko bertanya, "Kamu nggak mau menyelamatkan Ayah?""Kamu pulang dulu." Yvonne perlu memikirkannya dalam keadaan tenang.Di mata Niko, Yvonne bersikap seo
Pelayan kembali menjelaskan dan menambahkan, "Ini kartu hitam, saldonya pasti berjumlah ratusan triliun."Biasanya, pelanggan yang membeli peralatan teh merupakan orang kaya. Jadi, sedikit banyak pelayan toko memahami jenis-jenis kartu pembayaran.Yvonne tercengang mendengarnya. Seketika, dia pun teringat akan pesan Shawn. "Belilah semua yang kamu inginkan."Akhirnya Yvonne mengerti maksud ucapannya ....Namun Yvonne tidak enak hati mengambil uang pemberian Shawn.Setelah dikemas, Leah mengambil hadiahnya. Begitu pembayaran selesai, pelayan mengembalikan kartu tersebut dan berkata, "Kartunya. Terima kasih telah berbelanja.Ketika menerima kartu yang dikembalikan, tangan Yvonne terasa agak berat. Apakah Shawn sungguh menyukainya? Jika hanya bercanda, untuk apa dia memberikan kartu ini kepada Yvonne?Yvonne tersenyum kecut, yang memang bisa menarik hati wanita. Bukan karena jumlah uangnya, melainkan ketulusannya.Jika seseorang memiliki 1 juta dan memberikan semuanya kepada wanita yang d
Setelah meninggalkan rumah Owin, Yvonne langsung kembali ke vila.Sesampainya di rumah, Yvonne duduk di sofa sambil melamun. Dia sedang berpikir apakah harus memberi tahu Samantha mengenai keadaan Calvin?Calvin dan Samantha telah menikah selama puluhan tahun. Yvonne merasa Samantha punya hak untuk mengetahui penyakit suaminya.Ketika Yvonne hendak menghubungi Samantha, kebetulan Samantha juga mengirimkan beberapa pesan yang disertai sebuah video.[ Dio sudah berusia 1 bulan. Kamu lihat, tubuhnya semakin besar. Cucuku bertambah lucu, 'kan? ][ Anak ini mirip banget sama kamu. ]Samantha tahu bahwa Yvonne sedang berada di tangan Shawn. Oleh sebab itu, Samantha tidak berani asal menelepon Yvonne.Yvonne meminta Samantha untuk menjaga dan merawat Dio. Samantha tidak ingin menjadi beban, dia berusaha sebaik mungkin untuk merawat cucunya.Yvonne tersenyum melihat bayi yang berada di dalam video.[ Iya, anakku mirip dengan aku. ]Setelah berpikir sejenak, Yvonne lanjut mengirimkan pesan.[ A
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"