Pelayan kembali menjelaskan dan menambahkan, "Ini kartu hitam, saldonya pasti berjumlah ratusan triliun."Biasanya, pelanggan yang membeli peralatan teh merupakan orang kaya. Jadi, sedikit banyak pelayan toko memahami jenis-jenis kartu pembayaran.Yvonne tercengang mendengarnya. Seketika, dia pun teringat akan pesan Shawn. "Belilah semua yang kamu inginkan."Akhirnya Yvonne mengerti maksud ucapannya ....Namun Yvonne tidak enak hati mengambil uang pemberian Shawn.Setelah dikemas, Leah mengambil hadiahnya. Begitu pembayaran selesai, pelayan mengembalikan kartu tersebut dan berkata, "Kartunya. Terima kasih telah berbelanja.Ketika menerima kartu yang dikembalikan, tangan Yvonne terasa agak berat. Apakah Shawn sungguh menyukainya? Jika hanya bercanda, untuk apa dia memberikan kartu ini kepada Yvonne?Yvonne tersenyum kecut, yang memang bisa menarik hati wanita. Bukan karena jumlah uangnya, melainkan ketulusannya.Jika seseorang memiliki 1 juta dan memberikan semuanya kepada wanita yang d
Setelah meninggalkan rumah Owin, Yvonne langsung kembali ke vila.Sesampainya di rumah, Yvonne duduk di sofa sambil melamun. Dia sedang berpikir apakah harus memberi tahu Samantha mengenai keadaan Calvin?Calvin dan Samantha telah menikah selama puluhan tahun. Yvonne merasa Samantha punya hak untuk mengetahui penyakit suaminya.Ketika Yvonne hendak menghubungi Samantha, kebetulan Samantha juga mengirimkan beberapa pesan yang disertai sebuah video.[ Dio sudah berusia 1 bulan. Kamu lihat, tubuhnya semakin besar. Cucuku bertambah lucu, 'kan? ][ Anak ini mirip banget sama kamu. ]Samantha tahu bahwa Yvonne sedang berada di tangan Shawn. Oleh sebab itu, Samantha tidak berani asal menelepon Yvonne.Yvonne meminta Samantha untuk menjaga dan merawat Dio. Samantha tidak ingin menjadi beban, dia berusaha sebaik mungkin untuk merawat cucunya.Yvonne tersenyum melihat bayi yang berada di dalam video.[ Iya, anakku mirip dengan aku. ]Setelah berpikir sejenak, Yvonne lanjut mengirimkan pesan.[ A
"Ngapain kamu ke rumah sakit? Bukannya kamu nggak mau membantu Ayah?" bentak Niko.Yvonne menjawab dengan datar, "Aku habis memeriksakan kakiku.""Hem, nggak punya hati!" Niko berbicara sambil menyeringai dingin.Calvin ingin bertemu, tetapi Yvonne malah bersikap dingin"Nona sudah baik. Kalau tidak ...," kata Leah."Bi." Yvonne memotong ucapan Leah. Yvonne tidak ingin menjelaskan terlalu banyak kepada Niko.Yvonne juga tidak memedulikan pandangan Niko terhadap dirinya. Yvonne sangat amat membenci Kayla dan putranya!Calvin berteriak saat mendengar suara Yvonne, "Niko? Yvonne datang, ya?"Yvonne menjawab, "Iya, ini aku.""Ayo, masuk. Ada yang ingin Ayah bicarakan," kata Calvin.Yvonne tidak berencana masuk. "Ayah istirahat saja.""Yvonne!" Calvin meninggikan suaranya. "Apakah harus aku yang turun dari tempat tidur?""Ayah, sudahlah! Wanita ini nggak punya hati nurani," kata Niko."Lancang! Apa katamu?" Calvin turun dari tempat tidur, lalu beranjak ke depan pintu dan memarahi Niko. "Min
"Cukup!" Calvin membentak Kayla.Kayla mendengus dingin, dia tidak memedulikan peringatan Calvin dan lanjut memperingati Yvonne. "Kamu sudah menikah, bukan bagian dari keluarga ini lagi. Jangan berpikir untuk mendapatkan warisan ayahmu, semua itu milik Niko.""Aku belum meninggal, tapi kamu sudah membicarakan masalah warisan? Kamu mendoakanku mati?" Calvin memelototi Kayla.Jika Calvin tidak panjang umur, salah satu penyebabnya adalah Kayla.Kayla menegakkan tubuhnya dan menjawab, "Sayang, apa maksudmu? Aku nggak mungkin mendoakanmu mati."Kayla belum berhasil merayu Calvin untuk mewariskan hartanya kepada Niko. Jadi, Calvin belum boleh mati.Yvonne melirik Kayla dengan sinis, akhirnya dia melihat ketamakan dari wanita licik ini! Namun Yvonne malas berkomentar, lalu berkata kepada Leah, "Bi, ayo kita pulang."Leah mengangguk dan membawa Yvonne pergi.Gips Yvonne telah dilepas, dokter mengatakan bahwa beberapa hari lagi sudah boleh coba untuk berjalan. Hanya saja, Yvonne belum melakukan
"Kapan kejadiannya?" tanya Shawn."Aku juga baru dapat informasinya. Kemungkinan besar dua hari yang lalu," jawab Xavier."Temukan dia!""Baik."Setelah menutup panggilan tersebut, Shawn meletakkan ponselnya dan memukul meja dengan kesal. "Prang!"Terdengar suara nyaring yang memenuhi ruang makan. Suasana hati Shawn jelas terlihat buruk."Ada apa? Kok kamu marah?" tanya Yvonne.Jolene dibebaskan dari penjara, Roger yang membantunya."Tidak apa-apa." Shawn tidak ingin membuat Yvonne cemas.Shawn tidak akan membiarkan Jolene hidup dengan bebas. Dia yang menyebabkan Shawn salah paham hingga anak yang dikandung Yvonne keguguran.Yvonne berhenti bertanya, dia menundukkan kepala dan lanjut menyantap makanannya. Mungkin Shawn marah karena masalah pekerjaan.Ketika Shawn hendak berangkat ke kantor, Jackal datang menemuinya dan berkata, "Tuan Muda, Tuan Graham ingin menemui Anda.""Baik." Shawn mengangguk, lalu berkata kepada Yvonne, "Kamu istirahat di rumah saja."Yvonne mengangguk.Ketika Jac
Begitu Shawn beranjak pergi, Jackal menghampiri Graham dan bertanya, "Tuan Besar, sepertinya Tuan Muda marah?"Graham menghela napas. "Sudah pasti."Shawn tak mau mengalah, dia tidak akan mengabulkan perceraian yang diminta Yvonne. Jackal menebak dan bertanya, "Tuan Besar, jangan-jangan Tuan Muda mulai menyukai Yvonne?"Graham juga memiliki pemikiran yang sama. "Semua salahku. Aku menjodohkan Yvonne dan Shawn tanpa memeriksa latar belakangnya secara menyeluruh. Aku rasa tidak akan mudah memaksa Shawn untuk bercerai dari Yvonne.""Kita semua tahu bagaimana temperamen Tuan Muda. Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang bisa memaksanya," kata Jackal."Kamu lupa? Shawn juga memiliki kelemahan," kata Graham.Jackal mengerutkan alis dengan kebingungan, "Maksud Anda ....""Shawn sangat menyayangi benda itu. Saat berumur 10 tahun, Shawn jatuh ke danau. Gadis yang kehilangan giok itu yang menyelamatkan Shawn. Aku dan Shawn mencarinya cukup lama, tapi tamu saat itu terlalu banyak, kami tidak bis
Di tengah kebingungan, Yvonne melihat jelas bahwa orang yang menindihnya adalah Shawn."Ka-kamu .... Kamu kenapa?" tanya Yvonne.Shawn seolah tidak mendengar pertanyaan Yvonne. Kemudian Shawn mengulurkan tangan dan merobek pakaian Yvonne dengan sekuat tenaga. Shawn tampak bagaikan monster yang sedang mengamuk.Yvonne berusaha memberontak, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Shawn. Setelah semua pakaiannya dilepas, sekujur tubuh Yvonne terasa agak dingin.Sekarang, Yvonne berbaring di hadapan Shawn tanpa mengenakan sehelai pakaian pun."Shawn, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?" tanya Yvonne sambil terisak."Harusnya aku yang bertanya kepadamu, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Demi bercerai dariku, kamu tega menyuruh ayahmu memohon dan berlutut di hadapan kakekku," Shawn menjawab dengan suara dingin yang mengerikan.Yvonne tertegun mendengarnya, Calvin menemui Graham? Calvin memohon dan berlutut kepada Graham agar Yvonne diizinkan bercerai?Hati Yvonne langsun
Shawn menyadari kesalahannya.Hanya saja Shawn sudah tidak tahan melihat Yvonne yang selalu memaksa bercerai. Shawn tidak ingin berpisah dengan Yvonne, tapi kenapa Yvonne tega meminta Calvin untuk memohon kepada Kakek Graham?Demi bercerai, Yvonne tega merepotkan ayahnya yang sedang sakit. Apakah hati Yvonne terbuat dari batu?Sikap Yvonne yang keras justru membuat Shawn makin enggan untuk menceritakan kejadian pada malam itu. Jika Shawn memberitahunya, bukankah Yvonne malah makin membencinya?"Hmm, bagaimana kalau kita mengetes perasaan Yvonne?" Xavier memberikan ide."Bagaimana caranya?" Shawn membalikkan badan."Kalau Yvonne membencimu, dia tidak akan sedih melihatmu berpacaran dengan wanita lain. Tapi kalau Yvonne cemburu, berarti dia memiliki perasaan kepadamu," jawab Xavier.Shawn mengerutkan alis. "Ide macam apa itu?"Xavier terdiam, dia tidak merasa ada yang salah dengan idenya. Sebaliknya, bukankah idenya terdengar brilian?"Memangnya masih ada cara yang lebih baik? Hanya ini
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"