Share

Cinta sang Mantan Napi
Cinta sang Mantan Napi
Penulis: R. Aliyah

Seorang Pembunuh

Penulis: R. Aliyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-06 15:43:45

PLAK!!!

"Brengs*k! Kau benar-benar pria brengs*k yang kutemui!"

Seorang wanita tiba-tiba datang menghampiri Rey dan menamparnya dengan cukup keras. Tamparan itu membuat pipi Rey terasa panas dan pedih.

"PEMBUNUH! PEMBUNUH!" teriak wanita itu lagi.

"Anda siapa? Kenapa anda tiba-tiba menampar saya?" Rey mengelus pipinya yang sudah tergambar jelas telapak tangan si wanita.

Wanita itu berdecih dan mengepalkan kedua tangannya serta menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Lelaki bajing*n, apa hak mu mengambil nyawa Ayahku? Apa kau malaikat pencabut nyawa? Atau jika perlu biarkan aku yang menjadi pencabut nyawamu," teriak wanita bergaun hitam yang bernama Claudya itu yang ternyata anak pak Burhan orang yang sudah mati di tangan Rey.

Claudya terengah-engah mengatur napasnya yang memburu karena luapan amarah.

Mendengar ucapan Claudya Rey hanya terdiam tanpa berani membalasnya apalagi hanya menatap wajah wanita yang berada di hadapannya. Perasaan bersalah menyusup ke dalam dadanya.

"Kau akan mendapatkan balasannya. Hidupmu tidak akan tenang. Apa yang kau tabur itu yang akan kau tuai, BANGS*T!" sumpah serapah keluar dari mulut Claudya seraya menunjukkan jari telunjuk kanannya ke wajah Rey yang masih berdiri diam terpaku di hadapan Claudya.

Sedangkan kedua lengan Claudya sudah dicekal oleh dua orang polisi yang juga hadir di persidangan itu.

Semua orang yang hadir pada persidangan siang itu sama-sama memusatkan perhatian dan pandangan mereka pada Claudya dan Rey. Bu Ainun hanya bisa menangis dengan nasib anak sulungnya.

"Tenang! Tenang! Harap tenang!" ketukan palu Hakim terdengar begitu nyaring untuk menghentikan ulah Claudya yang sudah mengacaukan persidangan.

"Kalau anda tidak bisa tenang, silahkan tinggalkan ruangan ini!" seru Hakim pada Claudya.

"Hukum dia, pak Hakim. Hukuman mati adalah hukuman yang pantas untuk pria pembunuh seperti dia," pekik Claudya seraya menunjuk ke arah Rey.

"Saya mohon hukum dia, pak Hakim ...." suara Claudya mulai melemah. Ia pun luruh ke lantai di mana ia masih jadi pusat perhatian setiap mata yang hadir.

Kedua polisi yang tadi mencekal lengan Claudya kembali mengangkatnya dan mengantarkan ke luar ruang persidangan. Dengan langkah gontai Claudya pun melangkah ke pintu keluar. Bibir kanannya sedikit terangkat.

Tapi, saat satu langkah lagi sebelum sampai ke pintu Claudya menghentikan langkahnya. Ia berbalik badan sontak melemparkan sebuah batu yang berukuran kepalan tangannya yang sudah ia persiapankan di dalam tas selempangnya.

Batu itu mendarat tepat di pelipis Rey. Lemparan batu itu membuat Rey sedikit terhuyung ke belakang karena kaget. Darah segar ke luar dengan deras dari luka di pelipisnya.

Semua orang begitu kaget dengan ulah Claudya yang begitu nekat di depan Hakim. Membuat orang menggelengkan kepala.

"Seret dia keluar!" pekik Hakim yang sudah berdiri seraya menunjuk pintu keluar.

"Rey ... ," lirih bu Ainun. Wanita paruh baya itu hendak mendekati anaknya. Tapi, ia mengurungkan niatnya itu sesaat setelah mendengar suara Hakim yang menunda persidangan selama dua jam.

Rey pun dibawa masuk oleh dua orang polisi yang menjaganya untuk dibawa ke rumah sakit.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya salah satu polisi seraya terus berjalan menuju parkiran mobil.

Rey hanya menganggukkan kepalanya. Jangankan satu batu, ia bahkan rela menerima ribuan batu yang dilemparkan padanya asalkan itu bisa menebus kesalahannya pada keluarga Claudya.

"Wanita itu nekat sekali," ujar polisi yang duduk di sebelah kanan Rey di kursi belakang sopir.

"Saya pantas mendapatkan itu," gumam Rey dengan tatapan sendu menatap ke arah jendela mobil polisi yang sudah melaju yang akan membawanya ke rumah sakit.

"Sepertinya wanita itu nampak tidak asing. Di mana, ya?" batin Rey mencoba mengingat wajah Claudya.

Sementara itu di luar ruang sidang Claudya masih duduk termenung di sana. Bulir bening meluncur tanpa bisa dicegah di pipi mulusnya.

Bu Ainun ke luar dengan dipapah oleh Lora. Saat hendak melewati Claudya bu Ainun menghentikan langkahnya. Perlahan wanita paruh baya itu mendekati Claudya yang masih menundukkan kepalanya.

Bahu gadis itu terlihat naik turun. Bu Ainun menyentuhnya Dan memeluk Claudya dengan erat. Seketika tangis Claudya pecah dalam pelukan bu Ainun. Claudya sangat merindukan kehangatan pelukan seorang ibu.

"Apa salah keluarga kami, Bu? Kenapa dia tega melakukan itu?" lirih Claudya dalam isakannya.

"Maafkan anak ibu, Nak!" ucap bu Ainun sambil mengelus punggung Claudya dengan lembut.

Mendengar hal itu sontak membuat Claudya melepaskan pelukan mereka. Ia menghapus pipinya dengan kasar. Gadis itu tak menyangka jika wanita yang memeluknya adalah ibu dari pembunuh yang sudah melenyapkan nyawa Ayahnya.

"Maaf? Apa dengan kata maaf, nyawa ayah saya akan kembali?" seru Claudya seraya bangkit dari duduknya.

Gadis itu menatap bu Ainun dan Lora secara bergantian. Emosinya kembali membuncah. Napasnya kembali terlihat naik turun. Ia mencoba mengontrol diri karena yang ia hadapi kini wanita tua. Ia tetap harus menghormatinya sekali pun dia wanita yang melahirkan sang pembunuh.

"Kalau memang anak ibu hanya menginginkan harta tapi kenapa harus membunuh dan melukai keluarga saya, Bu." Claudya menjeda ucapannya.

"Apa ibu tahu, hanya mereka yang saya miliki dan saya sayangi setelah saya dan adik kehilangan ibu yang sudah melahirkan kami pergi untuk selamanya."

Claudya berbalik badan. Tangan kanannya memegang dadanya yang terasa sesak. Ia menatap keluar melalui jendela yang berada di hadapannya.

"Sampai kapan pun saya tidak akan bisa memaafkan orang itu dan karma buruk akan terus menghantui seumur hidupnya. Ingat itu!"

Setelah mengatakan itu Claudya melenggang melangkah meninggalkan bu Ainun dan Lora yang kaget dengan sumpah yang baru saja Claudya ucapkan.

Persidangan dilanjutkan setelah dua jam berlalu. Agenda hari ini adalah mendengarkan keterangan dari para saksi-saksi. Yang Rey tak habis pikir, Eman mengaku jika dia lah yang telah melakukan penusukan itu yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia.

"TIDAK!" Rey berteriak seraya berdiri memperhatikan Eman.

Yang diperhatikan menggelengkan kepalanya. Pria itu mencoba menahan Rey agar tak salah bicara dan merusak rencananya. Eman tidak mau jika Rey harus dihukum berat.

"Aku rela menggantikan posisimu, Rey," batin Eman sambil memandang iba pada Rey.

"Apa maksud, Anda?" tanya hakim heran dengan ucapan spontan Rey.

"Maaf, pak Hakim." Rey menundukkan kepalanya tanpa berani menatap siapapun.

Rey tak menyangka Eman bisa berbuat demikian. Ia makin merasa bersalah karenanya Eman mau menukar posisi dengannya. Sidang akan dilanjutkan satu minggu kemudian untuk pembacaan vonis untuk Rey dan kawan-kawan. Mereka kembali dibawa ke dalam sel. Untuk sementara mereka berada di dalam satu sel.

"Man, maksud loe tadi apa? Kenapa loe ngomong begitu?" bisik Rey pada Eman karena takut jika ada yang mendengar percakapan mereka.

Bab terkait

  • Cinta sang Mantan Napi   Keluar penjara

    Eman tersenyum dengan pertanyaan Rey."Gue gak mau loe dapat hukuman berat, Rey. Loe masih punya keluarga yang harus loe tanggung dan loe jaga. Sedangkan gue udah gak punya siapa-siapa. Cuma loe keluarga gue. Selama ini loe udah banyak bantu, sekarang giliran gue." Rey memeluk Eman sebagai tanda terima kasih. Ia sangat bersyukur mempunyai sahabat sepeti Eman.Eman divonis penjara seumur hidup sedangkan Rey dan yang lain divonis hanya beberapa tahun saja. Bu Ainun dan Lora yang hadir dalam persidangan tak bisa menahan tangisnya begitu mendengar vonis yang baru saja dibacakan oleh hakim. Beberapa tahun ke depan ia akan hidup hanya berdua dengan Lora.Selama di dalam penjara Rey dihantui rasa bersalah yang amat mendalam pada sahabat dan orang yang ia sudah lenyapkan. Ia sangat menyayangkan sikap Eman yang ingin melindunginya. Pria bertato itu kini menyesal atas semua perbuatannya. Karena kesalahannya, kini Eman harus menjalani hukuman yang sangat berat.Setiap malam ia selalu bermimpi t

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Cinta sang Mantan Napi   Guru bela diri

    Mobil melaju di pekatnya malam dengan perlahan karena jalan perkampungan itu cukup banyak yang berlubang sehingga mobil tidak bisa jalan dengan mulus. "Terima kasih, Nathan. Kamu udah mau bantu aku.""Santai saja, Brother.""Sekarang, kita mau ke mana, Nat?""Kamu harus ikut denganku dan harus menuruti perkataan ku jika kamu ingin menebus semua kesalahanmu."Beberapa tahun Rey berada di negeri bambu. Dengan bantuan Nathan Rey merubah wajah dan identitasnya demi menebus semua kesalahan yang sudah ia perbuat.Kini ia berganti nama menjadi Jonathan Kendrick. Seorang CEO dari perusahaan GOLDEN STAR. Milik keluarga Kendrick. Ia di angkat menjadi CEO sekaligus kakak dari Nathan Kendrick.Keluarga Nathan juga sangat berterima kasih pada Jona atas semua kebaikan yang ia lakukan pada Nathan.Jona sangat cepat beradaptasi dan belajar dengan semua yang sudah diajarkan padanya. sungguh pencapaian yang luar biasa bagi seorang Reynaldi Pratama seorang mantan napi menjadi Jonathan Kendrick seoran

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Cinta sang Mantan Napi   Siapa gadis itu?

    Pagi hari semua penghuni pondok sibuk dengan aktivitas belajarnya begitupun dengan Rey dan Claudya. Disaat itu lah Jona melihat Claudya. Karena Claudya sudah berhijrah dan sudah lama melupakan peristiwa yang merubah seluruh hidupnya. Ia juga sudah melupakan pelaku pembunuh sang Ayah. Tapi tidak dengan Jona. Ia masih ingat betul dengan gadis yang ia lihat di ruang persidangan waktu itu. Jona meyakinkan diri jika benar dia adalah gadis yang sama. Hal itu membuat ia penasaran. Ia pun bertanya pada salah satu pengurus pondok pesantren."Assalamualaikum ustaz, maaf boleh saya bertanya?""Waalaikumsalam, iya silahkan.""Siapa gadis itu? Kenapa dia bisa keluar masuk ke rumah Umi Nissa.""Oh, itu Claudya, anak angkat ustaz Yusuf dan Umi Nissa. Memangnya kenapa? Kamu kenal?" ustaz Reza balik bertanya."Ah, tidak ustaz hanya seperti pernah melihatnya saja," jawab Jona dengan kikuk."Apa dia sudah lama di pesantren ini?" "Hayooo, kenapa nanya-nanya? Mas suka sama Claudya?" ustaz Reza menggoda

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Cinta sang Mantan Napi   Copeeet!!!

    "Claudya, kamu tahu tidak persamaan kamu sama pakaian?"Claudya bergeming, ia tak menghiraukan pertanyaan Jona yang konyol. Pandangannya lurus ke depan sedangkan Rizal seperti nyamuk yang menggangu mereka berdua."Kamu Tahu tidak, Zal?" Jona melirik ke spion tengah melihat penumpang yang ada di belakangnya."Tidak Tahu, Mas. Emang apa jawabannya?" "Jawabannya sama-sama kusut. Hahahah ..." tawa Jona menggema."Sama sekali tidak lucu Tahu!" pekik Claudya.Hal itu makin membuat Jona tertawa melihat wajah Claudya yang cemberut.'15 menit kemudian'"Zal, di mana pasarnya? Masih jauh?""Gak, Mas itu di depan pasarnya!" Rizal menunjuk ke arah depan."Kalian masuk duluan, ya! Aku mau parkir dulu," ucap Jona sebelum Rizal dan Claudya turun.Ternyata tempat parkir mobil agak jauh dari pintu masuk pasar. Dan Jona harus memutar untuk bisa masuk ke area parkir mobil.Tadi sebelum turun Rizal memperingatkan kalo pasar ini rawan pencopetan. Jadi harus ekstra hati-hati.Dari kejauhan Jona melihat se

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Cinta sang Mantan Napi   Helm tengkorak

    Dengan perasaan kesal Claudya percepat langkahnya ke tempat yang dimaksud."Enaknya yang lagi makan bakso ... mana belanjaan di tinggal gitu saja. Aku cari ke mana-mana malah enak-enakan makan di sini." Claudya datang dengan bertolak pinggang."Ehm, sini-sini kita makan bakso dulu. Ini enak banget, loh!" ucap Jona yang masih mengunyah bakso di dalam mulutnya."Begini, ya mas Jonathan, kamu tidak lihat itu sudah mendung, sebentar lagi mau hujan. Bisa basah semua nanti belanjaan kita terutama beras." "Astaghfirullah, iya bener. Ayo Zal kita pulang. Kamu ke sana duluan, aku mau bayar baksonya dulu." mereka beranjak dari tempat duduknya.Jona setengah berlari untuk mengambil mobil. Setelah semua masuk ke mobil, hujan mulai turun dengan derasnya."Tuh, bener kan hujan hampir aja basah semua.""Maaf, Nyonya kita gak sadar kalau mau hujan. Jangan manyun gitu dong nanti kusut lagi kayak pakaian. Oops!" Jona pura-pura keceplosan."Iya, Mbak, tadi kami lapar. Makanya sambil nunggu kami makan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Cinta sang Mantan Napi   kenangan masa lalu.

    "Mas, dipanggil, tuh, sama ustaz Yusuf." Rizal datang dengan berlari seraya mengangkat sedikit kain sarungnya."Kamu kenapa sampai lari-lari segala? Kebelet, ya?" ledek Jona."Enak aja, kata Ustaz suruh cepet katanya ada hal yang mendesak, Mas.""Ada apa ya, Zal? Tumben pagi-pagi udah manggil. Jangan-jangan disuruh jadi mantu!""Huuu ...."Jona melengos pergi meninggalkan Rizal dengan tertawa girang karena sudah bisa mengerjainnya. Pria itu membubarkan muridnya untuk beristirahat sejenak.Setibanya di rumah, ustaz Yusuf dan Umi Nissa sudah menunggu di ruang tamu. Nampak wajah-wajah serius membuat nyali Jona sedikit menciut."Assalamualaikum," sapa Jona dari ambang pintu."Waalaikumsalam, sini masuk, nak Jo. Kami sudah menunggu." ustaz Yusuf mempersilahkan Jona untuk duduk Di sampingnya."Begini, nak Jo sebelumnya kami minta maaf kalo apa yang akan kami bicarakan menyinggung perasaan nak Jona." umi Nissa memulai percakapan dengan merapatkan kedua telapak tangannya di dada."Sebenarnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Cinta sang Mantan Napi   Jejen.

    Datang beberapa mobil polisi. Iptu Faisal yang menembakkan pistol ke udara. Ia sudah hapal betul tingkah para preman kampung itu. Dan polisi juga menembakkan gas air mata agar mereka semua membubarkan diri.Rey dan teman-temannya pergi ke tempat biasa mereka nongkrong."Loe gak apa-apa, Rey? Sorry, kita telat," tanya Joni."Gak apa-apa, loe semua datang tepat waktu. Kalo gak udah gue jadiin perkedel, tuh orang." "Oya, loe udah ke pasar ngambil jatah kita? Gue dah tongpes, nih!" ucap joni seraya melemparkan dompetnya."Rencananya gue baru mau ke sana habis nganter Lora. Tapi malah para kecoak itu bikin rese.""Ayo, cabut ke pasar!"Rey dan joni berangkat ke pasar sedangkan yang lain membubarkan diri. Rey melakukan pungli di pasar. Mereka adalah preman pasar daerah tersebut menjaga keamanan pasar dari para pengganggu. Namun, Rey tidak pernah melukai para pedagang, mereka mengingatkan Rey pada sang Ibu yang juga seorang pedagang.Hari beranjak siang. Matahari berada tepat di bawah kepal

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Cinta sang Mantan Napi   Aksi perampokan.

    Di basecamp.Rey dan teman-teman nya sedang merencanakan sesuatu yang sangat beresiko."Loe kenapa ngajak ngumpul jam segini Rey? Tumben," tanya Eman seraya menyalakan sebatang rokok yang terselip di telinganya."Begini gue butuh bantuan kalian. Gue butuh duit banyak kali ini." Rey menatap semuanya satu persatu."Banyak? Buat apaan?" tanya yang lain."Sahabat kita Jejen butuh biaya buat Ibunya operasi. Dia lagi ketimpa masalah berat, bro." "Jejen, anak bu Romlah?" tanya Eman lagi."Iya, semalem dia dateng baru cerita kalau dia lagi ada masalah.""Begini aja, tadi gue baru dapet info dari Ali kalo ada target kita di kampung jati luhur. Gimana kalo kita satroni tu rumah. Nanti hasil dari situ kita serahin semua sama Jejen. Gimana?" usul teman Rey yang lain."Gila loe, ya! Jejen lagi di sini masak kita mau ngerampok," protes Rey."Loe mau bantuin Jejen, gak?" ujar Eman. "Sikon nya gimana?""Tenang, kita udah mengintai seminggu lebih dan sekarang rumah itu kosong ditinggal penghuninya p

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10

Bab terbaru

  • Cinta sang Mantan Napi   Nasib Claudia.

    “Kurung dia di atas, dan awasi jangan ia kabur.” titah Erlangga pada anak buahnya yang membawa Claudya.Hahahahaha …!!! tawanya membahana di seluruh rumah.Ia tertawa puas setelah berhasil menangkap dan melukai suaminya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pikiran liar terus menari di kepalanya.Pria itu melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia sudah memerintahkan kepada ART nya untuk membersihkan Claudya.Senyum tak lepas dari bibir Erlangga. Ia masih membayangkan ia akan bergumul dengan Claudya sebentar lagi. Ia berendam dengan air hangat untuk bisa menaikkannya gairahnya.Lima belas menit kemudian ia keluar hanya menggunakan handuk. Dada bidangnya ia biarkan terekspos. Ia berjalan ke kamar di mana Claudya berada dengan menggenggam sebuah pil. Sebelum masuk Erlangga sudah meminta segelas air dan memasukkan pil tersebut.“Air … air … ,” lirih Claudya yang masih belum membuka kedua matanya.Tanpa pikir panjang Erlangga menuangkan se

  • Cinta sang Mantan Napi   Reza

    Sementara itu di rumah sakit. Rey segera dilarikan ke ruang operasi karena mengalami luka yang cukup serius di kepalanya. Riana mondar mandir di depan bersama Candra. Pandangannya selalu melihat ke arah lampu indikator ruang operasi menunggu dokter ke luar dari sana.“Siapa yang berani berbuat sekeji ini?” gumam Riana. Candra yang mendengar itu pun mendekati Riana.“Ri, sebenarnya sebelum kejadian ini tadi malam, Rey sudah cerita. Jika keluarganya sedang dalam bahaya. Teror selalu menghantui mereka setiap saat. Bahkan kemarin Claudya sempat hampir kehilangan nyawa jika tak di tolong oleh pengawalnya.”“Ya ampun, kenapa mereka tidak menceritakan hal seserius ini padaku.”“Mungkin mereka tidak mau membuatmu cemas, Ri.”“Jadi siapa yang melakukan hal serendah ini?” “Dari keterangan Rey, mereka adalah Erick dan Erlangga. Mantan kekasih dan lawan bisnis Claudya.”“Sudah ku duga, di dunia ini tidak ada yang sekeji Erick.”Setelah beberapa jam menunggu akhirnya lampu indikator pun padam. Se

  • Cinta sang Mantan Napi   pria bertopeng

    Mendengar kegaduhan dari dalam kamarnya. Jona berteriak memanggil semua pengawalnya. Tapi, nihil tak satu orang pun yang datang dan mendengar teriakannya. Rey pun bergegas mendorong kursi rodanya secepat yang ia bisa menuju ke arah kamarnya dan Claudya.Di sana terlihat beberapa orang tengah menyeret Claudya. Mereka semua bertopeng dan menggunakan pakaian serba hitam. Rey yang melihat itu tak tinggal diam.Walaupun dengan kekurangannya ia dengan sigap menarik baju salah satu orang bertopeng itu dari belakang. Lalu secara spontan melayangkan bogem mentah ke dagu pria itu hingga ia tersungkur. Sementara Claudya masih di bawa oleh pria bertopeng lainnya. Melewati halaman rumah untuk menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah megah itu. Claudya hanya bisa berteriak histeris dan meronta minta di lepaskanDia hanya bisa menangis mengingat tubuhnya masih lemah karena kejadian yang menimpanya kemarin. Jona segera menyusul mereka, dan …BUUUK!!! Seseorang memukul kepala Jona dar

  • Cinta sang Mantan Napi   Kaki palsu

    Keadaan Claudya tidak sedang baik-baik saja. Wanita itu pingsan sesaat mereka masuk ke dalam mobil. Setelah terbebas dari para penyerang itu sinyal komunikasi kembali normal. Alex pun segera menghubungi Jona.pria sangat panik begitu mendengar kabar Alex. Ia segera menghubungi dokter untuk segera datang ke rumah. Jona tak ingin mengambil resiko jika membawa Claudya ke rumah sakit umum.Sesampainya di rumah, dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Claudya ke dalam kamar yang sudah di tunggu oleh dokter.Alisha yang mendengar jika sang Ibu sudah pulang segera berlari menghampiri Claudya. Tapi, Jona mencegahnya untuk menemui Claudya. Ia tak ingin anaknya melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja itu.“Alisha sayang, malam ini Alisha tidur sama papa, ya! Mama sedang tidak enak badan. Biarkan mama istirahat dulu, ya!” ucap Jona seraya mengusap lembut kepala Alisha yang berada di pangkuannya.“Tapi, Pa ….” Alisha ingin protes sebelum Jona mendaratkan ciumannya di pipi

  • Cinta sang Mantan Napi   Penyerangan

    Di ruang rapat mereka semua berwajah tegang, pucat nan pias. Para dewan direksi sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Claudya memimpin jalannya rapat.“Bagaimana ini bisa terjadi, bu Claudya?” ucap salah satunya.“Saya sedang berusaha mencari tahu dan menyelesaikan masala ini secepatnya.” Jawab Claudya dengan tenang. “Jika kau tak becus mengurus perusahaan ini silahkan mundur dari jabatanmu dari sekarang.” Suasana begitu riuh di ruang rapat. Mereka saling berbisik-bisik. Sebenarnya ini baru pertama kalinya dalam kemimpinan Claudya mengalami hal seperti ini.“Aku berjanji jika masalah ini akan cepat teratasi. Dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Rapat selesai. Permisi!”Claudya pulang bersama dua pengawalnya. Ia duduk di belakang supir. Claudya mengotak-atik ponselnya guna mencari makanan yang enak untuk dibawa pulang.“Hmm … , sebelum kita pulang mampir dulu ke --,” BRAAAK!Ucapan Claudya terpotong saat mobil mereka dihantam dengan keras dari belakang. Tubuh Claud

  • Cinta sang Mantan Napi   surat ancaman

    “Brengsek, kau Erlangga!” hardik Claudya sambil mengepalkan kedua tangannya.“Ia salah memilih orang, jika ingin bermain-main. Dia belum tahu siapa Claudya sebenarnya.” imbuhnya.“Tenang Claudya sayang, jangan mengotori tanganmu dengan hal yang membahayakan dirimu. Biar mas yang membereskan semuanya.” Jona menenangkan Claudya dengan memegang kedua pipinya.“Tapi, Mas,” protes Claudya“A … ,” belum sempat Claudya angkat bicara Jona lebih dulu melumat bibir Claudya agar ia berhenti protes.Ulah pria itu membuat Claudya sulit bernapas. Ia melepas pagutannya pada Claudya dan menatapnya dengan lekat. Jaraknya hanya beberapa inci saja sehingga Claudya bisa merasakan nafas Jona dan penciumannya mencium aroma maskulin suaminya itu.Mereka saling pandang dalam beberapa menit. Claudya mendorong kursi roda Jona menuju singgasana pembaringan. Claudya mengerti apa yang diinginkan suaminya itu.Mereka duduk di tepi ranjang. Melanjutkan aktivitas yang tertunda. Perlahan Jona membaringkan Claudya, ia

  • Cinta sang Mantan Napi   Ulah Erlangga

    Semua orang terdiam. Mereka merasa bersalah. Dalam hal ini Hanah lah yang paling merasakan itu.“Sudahlah, sayang. Di acara bahagia ini kita gak usah bersedih-sedih. Lihat semua orang jadi bersedih dan merasa bersalah. Dan lihat juga itu Riana.” bisik Jona membesarkan hati istrinya. Ia mencoba membujuk Claudya sambil menunjuk Riana dengan dagunya.“Apa kamu juga tahu? Jika Riana juga menyukai Furqon? Berbesar hatilah, sayang. Mas tahu kalo kamu wanita yang tangguh.”Claudya memandangi wajah suaminya. Dan memandangi semua orang satu persatu. Ia juga jadi merasa bersalah membuat orang-orang yang menyayanginya ikut bersedih.Claudya menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia mencoba mengontrol emosinya yang labil akhir-akhir ini.“Jadi Furqon, apa kamu udah mempersiapkan cincinnya?” tanya Claudya pada Furqon guna mencairkan suasana.Semua orang terpana dengan pertanyaan yang di lontarkan Claudya pada Furqon. Senyum menghiasi wajah-wajah mereka yang tadinya sendu.Furqon mengangkat wajahnya

  • Cinta sang Mantan Napi   Lamaran Riana

    Rapat berjalan cukup panas dan alot. Namun, pada akhirnya tender jatuh ke tangan Claudya. Erlangga murka pada Claudya. Ia tak terima jika harus kalah oleh seorang wanita. Ia akan membalas kekalahannya pada Claudya apapun resikonya."Ingat, ini belum berakhir, kamu jangan senang dulu," ujar Erlangga sesaat sebelum meninggalkan ruang rapat."Apa maksudnya itu, Bu?" tanya Lisa setelah Erlangga menghilang di balik pintu."Entahlah, udah gak perlu dipikirin. Ayo, kita pulang," ajak Claudya seraya melangkah menuju parkiran hotel.Dalam perjalanan menuju kantor Claudya menghubungi Jona untuk memastikan jika Alisha tiba di rumah dengan selamat."Hallo, assalamualaikum, Mas," salam Claudya sesaat setelah Jona mengangkat teleponnya."Wa'alaikum salam, sayang," jawab Jonq singkat."Mas, apa Alisha udah pulang? Di mana dia sekarang?" cerca Claudya yang tak sabar ingin mendengar suara anaknya."Tenang, sayang. Alisha lagi main-main, tuh di taman belakang sama Bi Sum.""Syukur kalo gitu. Oya, Mas k

  • Cinta sang Mantan Napi   Nyaris celaka

    “ya, kalo kamu memang yakin. Tapi, Mas mau tetap rumah kita dijaga oleh beberapa bodygard walaupun bukan dari pihak kepolisian. Mas gak mau ambil resiko. Mas gak mau peristiwa penculikan kamu itu terulang lagi. Terlebih lagi sekarang kita punya Alisha.” “Ok, nanti biar ku cari jasa pengamanan yang cukup mumpuni, Mas. Udah dulu ya, Assalamu’alaikum.” Claudya memutus sambungan telponnya.“Bun, itu sekolah Alisha udah keliatan,” celetuk Alisha sembari menunjuk ke depan dengan jari mungilnya.“Eh, anak Bunda pinter, udah tau letak sekolahnya.” puji Claudya seraya tangan kirinya membelai lembut pipi Alisha yang gembul.Mobil parkir tepat di depan sekolah PAUD ANNISA tempat Alisha bersekolah. Claudya dan Alisha turun dari mobil secara bersamaan. Pasangan Ibu dan anak itu berjalan beriringan dengan bergandeng tangan melangkah menuju ruang kelas bersama dengan para orang tua lainnya.Mobil yang membuntuti Claudya sejak ke luar rumahpun ikut berhenti. Ia mengabadikan setiap momen Claudya di s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status