***
Ibu adalah dia yang selalu mengkhawatirkan dirimu, mencemaskanmu, atau bahkan mendikte dirimu bagaimana cara hidup yang menurutnya baik. Begitulah Ankara, ia tumbuh atas perintah Ibunya, membuat lelaki tampan itu tak bebas untuk menikmati hidup.
Ankara masih mengetik di komputernya saat mendapat panggilan telepon dari Ibunya, Inggrid Mahendra. Ibunya memberitahu kalau Paris Mahendra saudaranya pergi dari rumah. Ya, dialah Paris. Tak pernah dipandang sebagai lelaki dewasa. Selalu merepotkan dan hanya merusak nama keluarga Mahendra Orlando.
Mahendra adalah nama kakek mereka dari pihak Ayah, Hermawan Mahendra. Sementara Orlando merupakan nama kakek mereka dari pihak Ibu, Inggrid Mahendra Orlando. Mata Ankara berwarna biru, tak mengusir fakta kalau mereka punya keturunan darah Orlando, mereka blasteran.
"Biarkan saja, Ma. Aku rasa Parro butuh dunianya sendiri. Mama tidak usah mencemaskannya."
Ankara tak pernah sedikit pun mengadu domba atau bahkan menjadi provokator di dalam keluarganya. Sebisa mungkin ia ingin menjadi pemersatu.
"Dengar, Ankara. Kepergian Paris hanya akan merusak nama baik keluarga. Itu berarti namamu yang baik akan ikut tercoreng, Sayang. Kau masih ingat terakhir kali? Saat dia mengamuk di Duffs? Sampai seminggu lebih Mama tidak bisa tidur dibuatnya."
Ankara merenung sambil mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Paris ditahan petugas keamanan karena memukul seseorang di Duffs, salah satu kafe terkenal di kota itu. Memang orang tua Ankara selalu memperhatikan karir lelaki itu.
Paris juga pernah berkelahi dengan orang kulit hitam, sebab pria itu menyebut Paris orang Asia yang kampungan. Ankara masih memikirkan beberapa kejadian memalukan yang dilakukan Paris ketika Inggrid ibunya berkata, "Mama pun harus menanggung malu ketika Mona James datang tadi. Dia kecewa tanpa adanya Paris. Mama menyuruhnya pulang tepat saat ia sampai di rumah. Kau tahu betapa malunya Mama akan hal itu?"
Ankara geleng kepala saat mendengar penjelasan Ibunya. Ia mengerti betul bagaimana saudaranya, Paris. Paris pasti malu dengan kebiasaan Ibunya yang suka menjodohkan--memilihkan pasangan untuk mereka.
"Pantas saja Parro pergi. Mama menyewa gadis online lagi? Mencarikannya kekasih? Kalau aku jadi Parro mungkin aku akan melakukan hal yang sama."
Paris adalah lelaki bebas. Dia melakukan apa saja yang ia mau sementara Ankara? Dia tidak bisa berkata tidak ke Ibunya.
"Dan kau tidak pernah melakukannya, Ankara. Nyatanya adalah kau memilih wanita pilihan Mama, bukan? Kau mencintai Grace seperti yang Mama inginkan." Grace, istri Ankara memang pilihan Inggrid.
Ankara bergeming bersamaan dengan tangannya mengepal. Selama ini ia terlalu penurut. Berusaha mencintai wanita pilihan Ibunya. Dia tidak pernah bebas, hanya berusaha dewasa dan mengalah, mengabaikan keinginannya demi mewujudkan keinginan Ibunya. Ankara tumbuh seperti robot sama seperti yang diucapkan Paris.
"Ankara, kau masih di sana?"
Pertanyaan Ibunya membuyarkan lamunan Ankara. Dia melepaskan kepalan tangannya, menegaskan sesuatu dalam kepalanya. Dia akan baik-baik saja selama dia menuruti kemauan Ibunya.
"Ya. Aku tetap mendengarnya, Ma."
"Baguslah kalau kau dengar nasihat Mama."
Inggrid mendengus. Dia menambahkan, "Cukup rawat Grace dengan baik. Pastikan cucu Mama lahir sehat tanpa adanya cacat. Dan satu lagi, bujuk Paris pulang. Yakinkan dia untuk berkencan dengan Mona. Dia akan lebih baik kalau tetap berada di lingkungan rumah."
Ya, Grace sedang mengandung bayi mereka. Inggrid, Ibunya selalu mendesak Ankara untuk punya anak sehingga Ankara tak ada pilihan lain untuk memprogramkan, memiliki bayi meskipun dia belum siap. Perkataan Ibunya adalah sebuah perintah.
"Ya. Aku akan melakukannya."
Ankara menutup teleponnya setelah mengucapkan itu. Dia masih orang yang sama seperti beberapa tahun lalu. Dia masih orang yang tak bisa membantah ucapan Ibunya. Ankara menghentikan pekerjaannya pada komputer. Lalu mencari Grace di luar ruang kerjanya. Ia menelusuri Apartemennya dengan memanggil lembut istrinya.
"Grace?"
Ankara melangkah menuju kamarnya. Di sanalah ia menyaksikan wanita itu menyetrika pakaiannya. Grace tersenyum padanya saat pandangan keduanya beradu.
"Apa kau sudah minum vitamin dan susu hamilnya?" Grace mengangguk.
"Aku sudah meminumnya," katanya, Grace mengamati mimik wajah suaminya lalu berkata, "Jangan terlalu mencemaskanku." Grace menenangkan.
Wanita itu selalu merasa tidak enak bila Ankara menatap pilu ke arahnya seperti tidak ada cinta. Hambar, tanpa rasa manis. Mereka hidup sedatar-datarnya tembok.
Ankara melepas kancing atas kemeja putihnya kemudian duduk di hadapan istrinya. "Kau tahu bahwa tanpa cinta pun kita bisa hidup bersama. Aku tahu kau masih setia menungguku. Percayalah, aku hanya perlu melupakan dia. Itu saja."
Ankara menggenggam tangan istrinya. Memberikan binar harapan yang membuat Grace bahagia. Ankara menyebut seseorang dengan kata "dia", dan Grace tidak pernah bertanya.
"Kau tahu, melupakan tidak mudah." Grace memulai kata-katanya.
"Setia pun tidak mudah. Kita berada di level kesulitan yang sama." Grace muram, memegangi perutnya yang kini membesar. Entah sampai kapan Ankara bisa mencintainya.
"Aku tidak tahu apakah memiliki bayi bagian dari cintamu? Ataukah hanya sekadar untuk menyenangkan kedua orang tuamu? Kau harus tahu, Ankara. Aku tidak sekuat yang kaupikirkan. Ketika aku sudah lelah maka aku akan meninggalkanmu."
Ankara tidak membalas. Perlahan bibirnya menyentuh kening istrinya. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Grace. Sekali pun aku tidak mencintaimu, aku akan tetap mempertahankanmu. Mengejarmu saat kau pergi atau setidaknya memberikanmu harapan untuk tinggal di sisiku," bisiknya pelan.
Grace meringis, meremas seprei kuat-kuat. Telinganya terasa panas setiap kali Ankara mengatakan tak mencintainya. Seburuk itukah rupanya? Grace tak percaya hidupnya begitu malang. Berakhir dengan lelaki yang tidak mencintainya. Chantelle Grace adalah mantan penari balet terkenal New York, sangat mudah baginya mendapatkan pria tampan seperti Ryan Reynolds, atau model tampan semacam Simon Nessman.
Grace bangkit. "Apa kau benar-benar berpikir aku akan tetap bertahan dengan hubungan ini? Aku bisa saja pergi, Ankara! Aku bisa melakukannya kapan pun aku mau!" Grace nyaris berteriak.
Ankara berdiri, memegang kedua bahu istrinya lalu memberikan kecupan hangat di pipinya. Grace tak bergerak, membiarkan suaminya menyapu bibirnya. Ankara selalu melakukan itu setiap kali Grace merasa muak akan hubungan mereka.
"...."
"Jangan bahas ini lagi, Grace. Biarkan Ibu dan Ayahku bahagia dengan bersatunya kita. Kumohon, Grace. Mengertilah posisiku. Aku tidak punya ruang bahagia ketika kuputuskan bahagianya Ibuku menjadi bahagiaku. Berpura-puralah bahagia dengan keluarga kita." Ankara meyakinkan istrinya setelah dia berhasil memberikan ciuman ke Grace.
"Sampai kapan kita begini?"
Grace bertanya lembut, semua kemarahannya sebelumnya padam. Setiap kali Grace marah, Ankara tidak tersulut emosi. Ankara memberikan perlakuan manis. Grace tidak sanggup memarahinya setiap kali mata indah Ankara memelas.
"Sampai suatu hari aku bisa mencintaimu."
Ankara tidak tahu memberikan jawaban apa. Dia hanya mampu memberi harapan dan harapan semu untuk istrinya. Lagipula, sudah setahun lebih mereka bersama dan mereka baik-baik saja.
***Paris pergi dari rumah. Jadi dia tidak punya tempat untuk tinggal. Dia terlalu marah terhadap perlakuan Ibunya. Paris sudah sangat muak selalu dibandingkan dengan Ankara. Pada akhirnya Paris memilih untuk tinggal di rumah kenalannya Travis."Ayolah, Bung. Kau tidak akan menghabiskan waktumu seharian di sofa itu."Travis mengajak Paris ke klabmalam. Namun Paris merasa cukup malas. Dia cukup paham dirinya saat mabuk. Paris tidak mau mempermalukan Ibunya seperti bertengkar dengan orang baru, persis yang sering ia lakukan.Meskipun dituding selalu membuat masalah, sebenarnya Paris selalu mencoba menahan diri."Aku tidak mau merusak nama baik keluargaku," ujar Paris.Itu mungkin terdengar lucu karena Travis sudah menertawainya. "Persetan dengan nama baik keluargamu itu. Ayolah, Bung. Neraka tidak akan membeku hanya karena kau mabuk," tegas Travis.Paris sungguh tidak ingin pergi. Namun karena Travis terus mendesaknya.
***Sudah terlalu larut apabila Jessica pulang. Pada akhirnya ia memilih menginap di apartemen Travis. Dia tidur di dalam kamar tamu sementara Paris tidur di atas sofa.Travis belum pulang. Pria itu tampak menikmati malam bersama seseorang. Dia memberitahu Paris kalau dia tinggal di rumah cewek bernama Ester malam ini. Alhasil, hanya ada Paris dan Jessica di apartemen lelaki itu.Jessica bangun saat jam menunjukkan pukul empat. Dia sangat haus jadi dia berjalan ke dapur. Jessica merasa tidurnya lebih nyenyak setelah mengobrol banyak bersama Paris. Dia merasa ada beberapa kesamaan antara dia dan pria itu."Apa kau tidak bisa tidur?"Jessica bertanya saat melihat Paris di ruang tengah sedang membaca majalah sport. Ada gambar Christiano Ronaldo di sampul majalah itu. Kedua tangan Paris memeluk bantalan sofa yang bermotif polkadot.Jessica sudah berhasil mengambil air minum ketika menyadari Paris tampak gelisah di sofa. Jessica berhasil me
***Jessica tersenyum setiap kali menyaksikan lukisan dirinya yang dibuat oleh Paris. Dia tidak menyangka kalau lukisan Paris begitu indah--sangat nyata. Jessica sempat memotret lukisan itu lewat ponselnya."Aku terlihat seperti remaja polos dalam lukisan. Orang-orang tidak akan tahu kalau aku seorang penari strip," jelas Jessica."Kau terlihat sangat menarik baik di dalam lukisan atau pun kenyataan."Paris mendekati Jessica. Keadaannya sudah lebih baik setelah dia menghangatkan tubuhnya di depan perapian. Jessica benar-benar mengurusnya dengan sangat baik."Trims. Kau selalu memuji aku."Jessica tersenyum. Dia menyentuh lukisan itu. Dia terpukau akan kemampuan Paris melukis."Kau bisa membuka galeri. Lukisanmu sangat bagus. Aku yakin akan banyak orang yang membeli lukisanmu."Jessica menyadari bakat Paris. Lelaki itu bisa mendapatkan lebih banyak uang kalau memiliki galeri pribadi ketimbang jadi pelukis kelilin
***Semua orang memiliki cara berbeda mengatasi masalah yang dialami. Bagi pria semacam Paris, ia tak bisa melakukan banyak hal. Dia melampiaskan kemarahannya pada Ankara dengan cara yang baik, yaitu dengan melukis. Paris menjadi lebih produktif ketika Ankara meledek karya seni ciptaannya."Apa kau butuh semacam kopi?"Jessica bertanya saat melihat Paris masih setia di depan kanvasnya. Beberapa pria di New York sibuk dengan komputer, sangat berbeda dengan Paris. Pria itu menjadikan kuas sebagai wadah menghasilkan uang, bukan dengan komputer."Tidak. Aku sedang tidak dalam mood yang baik." sahut Paris.Jessica mendekatinya, melihat Paris sedang melukis suasana di kelab malam--tempat di mana ada banyak sekali penari tiang bergoyang di depan pengusaha kaya.Jessica tidak percaya Paris bisa mengingat setiap detail saat itu. Dia percaya bahwa Paris merupakan lelaki cerdas. Hanya orang jenius yang mampu menggambarkan situasi deng
***"Kau tidak akan pernah memanggilku Parro."Paris meringis. Dia masih membuka buku tahunan Jessica sampai tersadar kalau Ankara juga alumni UNY, ia menatap serius ke arah Jessica. "Kau--, apa kau mengenal Ankara? Kalian berada di Universitas yang sama."Jessica menggeleng. "Aku tidak terlalu aktif kuliah, jadi sangat jarang mengenal orang, aku ke kampus kalau sudah ujian akhir," katanya.Paris merasa lega, ia senang karena gadis yang ia kencani bukanlah orang yang dikenal Ankara, atau setidaknya sekaranglah saatnya membuktikan kalau ia mampu mendapatkan gadis cantik, setara dengan Chantelle Grace, istri Ankara."Kau bisa disebut sebagai wanita berpendidikan. Mengapa kau memutuskan jadi penari--, kau tahu aku tidak bisa menyebutnya."Paris tidak tahu apakah dia sopan menanyakan itu. Paris sempat minta maaf karena takut Jessica tersinggung."Selama kuliah aku sudah jadi penari tiang. Dan setelah lulus, aku sama sekali tak b
"Komedi yang tidak lucu wahai Putra Mahkota!"Paris tersenyum miring untuk beberapa waktu lamanya. "Berhenti menghalangiku berkencan dengan Jessica sebelum aku curiga kau menyukai kekasihku. Ini sungguh bukan dirimu, Ankara!"Mendengar kalimat Paris, Ankara mendelik. Dia diam, mempertahankan gerakan kesombongannya. Ia tak akan menampakkan sisi lemahnya sebagai pria.***Ankara tertawa lepas, mengejek pernyataan kembarannya, Paris. Pria itu tidak terima dengan kalimat yang menyebutkan bahwa dirinya menyukai Jessica."Aku menyukai Jessica?" Ankara bertanya dengan nada meremehkan. Dia bertingkah seakan-akan Jessica bukanlah wanita berharga.Dia pun mendekati Jessica lalu menegaskan, "Wanita ini tidak akan sanggup menyaingi seorang, Grace. Dia hanyalah wanita penghibur. Jadi selir pun dia tak cocok untukku." Tatapan jijik berusaha dia tunjukkan ke arah Jessica. Namun, tatapan itu berubah dalam sekejap ketika Jessica melototkan
***Dia melangkah dengan sangat gagah. Tanpa Ankara, Jessica berdiri tegak di depan apartemennya, memandangi bahu kokoh Ankara yang berjalan memasuki lift. Saat Ankara masuk ke dalam sana, tatapan mereka sempat bertemu. Masa lalu mereka terputar begitu saja.Kala itu Ankara delapan belas tahun sedangkan Jessica masih lima belas tahun. Mereka adalah pasangan yang dimabuk cinta, nyaris setiap hari mereka melakukan kencan bersama.Suatu sore mereka meninggalkan New York dan mengendara mobil mewah menuju South Hamptons. Mereka menghabiskan waktu mereka di pantai di kota itu sampai malam hari. Ankara lupa waktu, dia tidak ingat kalau hari itu merupakan hari spesial Ibunya. Hari itu adalah hari ulang tahun Ibunya.Ankara memilih menyenangkan Jessica karena gadis itu sedang mengalami masalah berat. "Aku akan selalu berada di sampingmu, Jessie."Seminggu sebelumnya adalah hari pemakaman Ayah Jessica, akibat frustrasi karena kebangkrutan dan di
***Sepulang bekerja dari kelab malam, Jessica memutuskan untuk ikut dalam petualangan perkemahan Travis di pinggiran kota NY. Ada hutan lindung milik pemerintah di daerah itu. Travis bilang lokasinya sangat bagus. Travis bertemu wanita bernama Ester sehari yang lalu dan kini mereka berpacaran. Travis berencana melakukan kencan ganda di sana."Kau pasti lelah," bisik Paris tepat di telinga Jessica.Pria itu yakin Jessica capek sepulang dari bekerja. Dan sekarang dia harus ikut perkemahan. Jessica seorang penari tiang. Tentunya butuh tenaga besar untuk berjoget di atas tiang. "Aku bisa istirahat selama perjalanan," jawab Jessica.Dia menaruh kepalanya di pundak Paris sembari menutup mata.Paris membelai rambut Jessica, membiarkan wanita itu beristirahat. Paris melirik Travis dan Ester di kursi depan. Mereka kelihatan sangat mesra. Paris memerhatikan beberapa kali Ester menggenggam tangan Travis."Ester bekerja di galeri Fift
***Menjadi bagian dari Mahendra Orlando merupakan hal paling menyenangkan bagi Grace. Selain mendapatkan kebahagiaan berupa harta berlimpah, ia pun mendapatkan suami dan putra tampan yang selalu mewarnai hari-hari Grace. Membuatnya merasa hidupnya sangat menakjubkan.Wanita itu sangat bangga karena putranya tumbuh dengan sangat baik, sesuai dengan yang ia harapkan. Earth bukanlah anak nakal, dan itu selalu membuat Grace tersenyum. Earth adalah Ankara kedua, seperti salinan. Versi yang sama dengan Ankara.Bagi Earth, jika ia menyenangkan orang tuanya. Itu sudah menyenangkan hatinya juga. Sifatnya itu membuat orang sekelilingnya menyukai pribadi anak itu. Meskipun usianya masih muda, Earth sudah perhatian kepada semua orang terutama ibunya.Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang Earth berusia lima tahun. Dia tumbuh menjadi anak baik yang disayangi banyak orang. Tak tanggung-tanggung, kakek neneknya mera
***Saat Paris menyadari Travis dan Ester merupakan dua orang yang pernah saling mencintai. Dia memberikan kode kepada Jessica untuk mengalihkan pembicaraan. Mereka berusaha tidak mengungkit soal hubungan percintaan. Mereka membahas hal lain.Sebab mereka tahu Ester sedang menjomblo sedangkan Travis mungkin saja memiliki pujaan hati bernama Chloe? Bukankah Travis terakhir kali dekat dengan wanita itu? Paris berpikir bahwa tidak adil bagi Ester ketika mereka membahas soal hubungan cinta."Liliana juga sangat lucu. Aku tidak terlalu suka anak-anak. Akan tetapi kadang-kadang aku merasa bangga melihat mereka. Jujur saja, anak-anak cukup memberikan kebahagian. Apalagi bayi mungil seperti Liliana."Setelah lama mengobrol, Travis mendadak membahas soal anak. Ester berusaha untuk tidak peduli. Sejak tadi, ia tidak pernah melirik ke arah Travis. Dia fokus memandangi Jessica dan Paris. Sebetulnya lebih sering
***Sembilan bulan berlalu terasa begitu cepat. Seolah sembilan bulan itu hanyalah sembilan hari. Jessica melahirkan anak pertamanya bersama Paris. Anak itu berjenis kelamin perempuan. Mereka menamainya dengan Liliana Mahendra Orlando.Kehadiran Liliana melengkapi kebahagiaan Paris dan Jessica. Rumah tangga dua orang itu menjadi begitu harmonis. Mereka merawat Liliana dengan baik. Mereka kompak menjaga bayi cantik itu. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengeluh karena kehadiran bayi itu.Liliana adalah segala yang diinginkan Paris dan istrinya. Anak itu sumber kebahagiaan terbesar mereka. Kebahagiaan yang selalu mereka damba-dambakan. Mereka memutuskan untuk tidak menyewa perawat. Bukan karena mereka tidak mampu. Mereka jelas memiliki banyak uang.Hanya saja, Jessica mau mengabdikan dirinya untuk merawat Liliana dengan tangannya sendiri. Kasih sayang orang tuanya yang sempat didapatkan Jessica, hanya sampai ia remaja. Jessica
***Hari ulang tahun Grace merupakan hari yang paling membahagiakan untuk wanita itu. Kebahagiaan Grace menyebar pada Ankara. Melihat istrinya bahagia membuat pria itu tak berhenti menampilkan senyuman manis.Beruntung, senyuman itu hanya disaksikan Grace saja. Memang itulah yang diharapkan Grace. Dia tidak mau membagi segala hal menakjubkan dari suaminya. Ankara adalah miliknya.Grace tidak mau membagi keindahan suaminya kepada orang lain termasuk ketampanannya.Ankara berhasil memberikan kejutan kepada istrinya. Kejutan tersebut membuat Grace sangat terkesan. Sudah lama sekali ia mengharapkan liburan, dan Ankara baru menghadiahkan liburan untuknya tepat di hari ulang tahunnya.Liburan ke Prancis.Ankara mewujudkan liburan ke Prancis sesuai janjinya dahulu. Ankara pernah berjanji akan mengajak Grace liburan ke sungai Seine jika sudah sembuh dari lumpuhnya.Kini harapan itu sudah terwujud. Mereka su
***Tidak hanya omong kosong semata. Paris benar-benar mengikuti saran kembarannya. Dia mengambil alih beberapa jabatan penting dalam perusahaan keluarga mereka.Keputusan Paris tersebut membuat orang tuanya sangat senang. Sudah lama sekali mereka mengharapkan Paris melakukan itu. Keputusan itu disambut baik oleh pihak keluarga.Akhirnya Paris memutuskan bergabung dengan bisnis keluarga tanpa harus dipaksa. Jessica pun tidak terlalu mempermasalahkan jika suaminya melakukan itu. Jessica sudah diterima baik oleh keluarga Paris seutuhnya, sehingga keputusan lelaki itu sejalan dengan situasi mereka."Bagaimana pekerjaannya? Aku berharap kamu menikmati pekerjaanmu." Jessica hanya menginginkan yang terbaik untuk suaminya.Paris baru saja pulang dari kantor milik orang tuanya. Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari olehnya terkait bisnis keluarganya. Paris belum terlalu memahami seperti apa caranya memimpin perusahaan besar. Ada perbedaan
***Johnny memberikan pelayanan terbaik. Dia merekomendasikan banyak barang ekslusif di tokonya. Meskipun kebanyakan barang di tempat itu murah meriah. Grace tetap sangat antusias membeli barang di tempat itu. Kualitasnya tidak terlalu buruk.Aksesoris yang tersedia memang tak ada duanya. Bahkan merek mahal sekali pun belum mengeluarkan aksesoris serupa dengan barang di toko tempat Johnny bekerja itu.Tak henti-hentinya Grace memandangi gelang custom pasangan yang ada di tangan kanannya. Gelang itu menuliskan namanya dan Ankara. Hanya dengan melihat nama mereka berdampingan, membuat Grace sangat terpukau. Dia amat sangat bahagia."Kau tampak sangat menyukai gelangnya," komentar Jessica pada Grace.Mereka sudah ada di kafe setelah berbelanja di toko suvenir Johnny.Ketika semua orang sibuk makan, Paris malah sibuk melukis keluarga bahagia Ankara dan Grace seperti janjinya sebelumnya. Paris melirik ponselnya sesekali la
***"Maaf membuat kalian berdua menunggu lama!" kata Paris kepada Ankara dan Grace.Paris merasa bersalah karena membuat janji kepada saudara dan iparnya. Namun, nyatanya ia malah terlambat. Itu adalah sikap yang kurang baik. Paris paham betul itu murni kesalahannya."Ya. Kau memang seharusnya minta maaf. Kami sudah menunggumu sejak tadi. Nyaris sepuluh jam!"Ankara menampakkan mimik tidak senang. Akan tetapi, bukannya merasa bersalah Paris mendadak terkekeh. Cara Ankara marah kepadanya itu terlihat sangat berbeda. Paris tidak tahu apakah itu sebuah candaan atau memang marah sungguhan."Kenapa kau malah tertawa?""Karena kau baru kali ini marah seperti itu?" Paris balik melemparkan pertanyaan, yang lebih mirip sebuah pernyataan darinya. Membuat Ankara semakin menunjukkan mimik masam kepada saudaranya itu."Baiklah. Sekali lagi, maaf. Aku benar-benar tidak tahu kalau pagi ini akan terjadi masalah." P
***Pantai plumb merupakan pantai yang banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun wisatawan ketika akhir pekan tiba. Hari ini tempat itu sangat ramai, Ankara dan Grace sampai menggunakan masker agar orang-orang tidak mengenali mereka. Maklum saja, mereka cukup dikenali di kalangan masyarakat.Mereka hanya tidak mau jalan-jalan mereka kali ini terganggu karena penggemar mereka. Ankara dan Grace datang ke pantai plumb sesuai janji mereka kepada Paris dan Jessica.Janji untuk menghabiskan akhir pekan bersama-sama. Mungkin lebih tepatnya sebuah kencan ganda untuk mereka berempat.Pasangan itu tampak sangat bahagia, karena pada akhirnya bisa menikmati jalan-jalan. Melihat langit biru New York. Sekadar menunjukkan kisah cinta mereka di bawah langit itu. Mereka ingin semua orang tahu betapa besar cinta mereka."Bagaimana, Earth? Suka dengan pemandangannya?" tanya Ankara kepada bayi
***Grace sudah memutuskan untuk tidak menandatangani kontrak dengan agensi modelnya. Dia lebih memilih untuk fokus menjadi istri Ankara. Keputusan itu cukup disayangkan mantan manajer Grace, dan beberapa penggemar setianya.Kebanyakan orang menyebut bahwa Grace tidak sedang menjadi dirinya sendiri. Mereka mengklaim bahwa Grace mengorbankan hidupnya demi seorang lelaki, dan itu dinilai sangat buruk.Grace dianggap merendahkan dirinya sendiri sebagai wanita. Dicap tidak bisa memutuskan hidupnya dengan baik.Kritikan demi kritikan mulai membanjiri kolom komentar di setiap postingan Grace di sosial media. Memang, dahulu, Grace adalah penari balet terkemuka. Dia disayangi oleh banyak masyarakat New York.Banyak keputusan yang diambil Grace kurang tepat. Sehingga beberapa kritikan muncul di laman media sosial Grace."Kau membaca komentar di halaman media sosial lagi!" seru Ankara.Grace terperanjat. Dia tidak menyadari bahwa sejak tadi sua