***
Sudah terlalu larut apabila Jessica pulang. Pada akhirnya ia memilih menginap di apartemen Travis. Dia tidur di dalam kamar tamu sementara Paris tidur di atas sofa.
Travis belum pulang. Pria itu tampak menikmati malam bersama seseorang. Dia memberitahu Paris kalau dia tinggal di rumah cewek bernama Ester malam ini. Alhasil, hanya ada Paris dan Jessica di apartemen lelaki itu.
Jessica bangun saat jam menunjukkan pukul empat. Dia sangat haus jadi dia berjalan ke dapur. Jessica merasa tidurnya lebih nyenyak setelah mengobrol banyak bersama Paris. Dia merasa ada beberapa kesamaan antara dia dan pria itu.
"Apa kau tidak bisa tidur?"
Jessica bertanya saat melihat Paris di ruang tengah sedang membaca majalah sport. Ada gambar Christiano Ronaldo di sampul majalah itu. Kedua tangan Paris memeluk bantalan sofa yang bermotif polkadot.
Jessica sudah berhasil mengambil air minum ketika menyadari Paris tampak gelisah di sofa. Jessica berhasil membuat lelaki itu kaget. Tentu saja sebab Paris mengira Jessica akan bangun kesiangan. Bayangkan saja, wanita itu bekerja di malam hari. Pulang hampir dini hari.
"Benar. Aku tidak tahu kenapa aku tak bisa tidur. Biasanya aku tidak seperti ini," jawab Paris.
Mungkin karena Paris terbiasa hidup mewah bersama orang tuanya. Sementara di apartemen Travis segala peralatan seadanya. Ya, kendatipun memang tidak terlalu buruk untuk ditinggali.
Jessica mengamati Paris dan mendapati pria itu tampak menggigil. Ada sesuatu yang salah dengan ruang tengah, tempat Paris tidur.
"Apa AC-nya rusak? Kau kedinginan."
Jessica merasakan ruangan itu terlalu dingin. Dia pun mencari remote AC dan tidak menemukannya di mana-mana. Entah di mana Travis menyimpan benda kecil itu.
"Aku tidak apa-apa," sahut Paris sembari menyunggingkan sebuah senyuman.
Dia mengamati Jessica dan wanita itu tampak khawatir. "Kau sedang tidak apa-apa. Jangan bohongi aku."
Jessica menaruh gelas airnya di meja. Dia berlari mengambil selimut di dalam kamar dan membungkus tubuh pria itu.
"Terima kasih," cicit Paris.
Dia memerhatikan Jessica dan setiap kali memandangi matanya. Dia jatuh cinta. "Aku tidak seharusnya menginap di sini. Kau pasti menderita tidur di sini semalaman."
Jessica merasa bersalah. Dia bahkan tidur enak di kamar tanpa menyadari Paris kedinginan. Seharusnya Paris tidur di kamar juga.
"Tidak--, jangan bilang begitu. Ini bukan salahmu."
Paris memegang tangan Jessica. Pandangan mereka kembali beradu dalam beberapa menit. Paris merasa jantungnya berdetak begitu hebat. Pesona Jessica tak bisa lepas dari kepalanya. Ketika melihatnya lagi dan lagi, paras Jessica semakin betah menginap di pikirannya. Ini aneh, sebab Paris tidak pernah memikirkan soal cewek sebelumnya. Dia sibuk menciptakan karya seni sampai lupa bahwa ada banyak cewek cantik di NYC.
"Kau bisa masuk kamar. Di kamar itu ada perapian."
Jessica memecah keheningan. Bagaimanapun mereka berdua adalah dua orang dewasa. Jessica cukup memahami ketegangan di antara mereka. Namun, dalam keadaan darurat seperti sekarang. Dia tidak bisa biarkan Paris tersiksa.
"Oh, ya."
Paris menyahut sambil berdiri. Dia mengikuti Jessica masuk ke dalam kamar tamu. Ada perasaan tegang yang terasa di dalam hatinya. Tetapi, perasaan itu segera ditepis.
Jessica menyalakan perapian di kamar itu. Sementara Paris cuma memperhatikannya. Dia terlalu kedinginan semalaman di ruang tengah dengan suhu paling rendah. "Apa kamar Travis terkunci?"
Ada satu kamar lagi di apartemen itu. Paris semestinya tidur di sana bukannya menyiksa dirinya.
"Kamarnya dikunci. Travis suka menjaga privasi. Kurasa dia punya banyak seks toys di kamarnya."
Bagi pria, memiliki seks toys atau mainan seks adalah hal normal. Namun, Travis tampaknya tidak ingin orang lain tahu hal itu. Karena beberapa orang suka mencela teman sendiri. Paris memang senang mencela lelaki itu.
"Aku minum sedikit wine agar tidak terlalu dingin. Tetapi aku tidak sanggup minum banyak." Jessica tidak bicara apa-apa. Wanita itu hanya mengangguk tanda paham.
Paris berusaha mengendalikan rasa dingin yang menyergapnya. Dia mengamati Jessica. Wanita itu sangat perhatian kepadanya. Dan Paris tersentuh.
"Mendekatlah ke sini. Apinya sudah menyala," seru Jessica. Paris mendekat ke arah wanita itu.
"Terima kasih."
Paris membuka selimutnya. Tanpa bertanya, dia menarik Jessica masuk ke dalam selimut itu. Jessica tidak bereaksi jadi Paris berpikir wanita itu menginginkan berada di dalam selimut yang sama. Rasanya lebih hangat ketika ada seorang wanita di sisinya.
"Aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu. Dan aku semakin yakin memilihmu saat kau memberikan perhatian ini kepadaku."
Paris tidak tahu mengapa ia begitu lancar mengutarakan perasaannya. Dia hanya ingin Jessica mengetahui kebenarannya. Paris tak pandai menyembunyikan perasaannya.
Jessica terkesiap mendengarkan perkataan pria itu, namun hanya menatap serius ke arah Paris. Jessica tidak pernah menduga kalau Paris akan menembaknya. Ini terlalu cepat.
"Kau tahu, kau sangat baik. Dan aku mau memilikimu," lanjut Paris. Jessica menelan ludahnya dengan susah payah. Apakah ini sebuah mimpi? Seseorang tidak mungkin menyukainya secara tulus sebab Jessica hanyalah seorang, Jessica seorang penari strip. Masyarakat sudah beranggapan buruk mengenai profesi itu.
"Kau mau menjadikan aku seorang kekasih?"
Paris mengangguk. Jessica tertegun. Dia kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Paris.
"Aku tidak tahu menyebutnya tapi aku suka hubungan seperti--, kau dan aku. Hubungan seperti itu. Saat kita saling bicara, saling membantu, dan--."
Paris ragu apakah ia harus melakukannya. Perlahan-lahan, ia mendekatkan bibirnya dengan bibir Jessica pelan. Mereka berciuman selama beberapa detik. Ciuman yang membuat Jessica bergeming. Dia pun menyukai Paris.
"Aku tidak bisa melakukan ini. Aku hanya seorang penari erotis."
Jessica sadar diri. Dia mengusir sebuah perasaan yang mendadak muncul dalam benaknya. Dia tidak bisa mencintai Paris seperti lelaki itu mencintainya. Ini salah, sepertinya memang salah.
Paris memegang kedua pipi Jessica dengan lembut. Terlalu lembut sampai Jessica memejamkan mata. "Aku tidak peduli profesimu. Bagiku kau hanya seorang penari seperti Grace. Kau bukan seorang wanita penghibur." Grace istri Ankara adalah penari balet. Profesi itu lebih terhormat ketimbang penari tiang. Tetapi, Paris merasa kedua profesi tersebut sama saja.
"Bagaimana kau tahu? Aku mungkin saja seorang murahan."
Menari bersama tiang dengan memakai bikini, itu tidaklah cukup bermoral. Jessica tidak pernah menjual tubuhnya kepada pria hidung belang tetapi orang-orang terlanjur menyamakan penari erotis dengan seorang wanita murahan.
"Bagiku tidak. Kau perempuan baik-baik." Paris menidurkan kepala Jessica di pundaknya, membelai rambut wanita itu dengan sangat lembut.
"Kau mungkin bukan pacarku, namun kurasa aku menyukai hubungan kita. Hubungan kau dan aku," bisik Jessica. Paris mengangkat kepala Jessica kembali. Mereka saling berpandangan kemudian berciuman untuk kedua kalinya. Sepertinya petualangan cinta baru dimulai.
***Jessica tersenyum setiap kali menyaksikan lukisan dirinya yang dibuat oleh Paris. Dia tidak menyangka kalau lukisan Paris begitu indah--sangat nyata. Jessica sempat memotret lukisan itu lewat ponselnya."Aku terlihat seperti remaja polos dalam lukisan. Orang-orang tidak akan tahu kalau aku seorang penari strip," jelas Jessica."Kau terlihat sangat menarik baik di dalam lukisan atau pun kenyataan."Paris mendekati Jessica. Keadaannya sudah lebih baik setelah dia menghangatkan tubuhnya di depan perapian. Jessica benar-benar mengurusnya dengan sangat baik."Trims. Kau selalu memuji aku."Jessica tersenyum. Dia menyentuh lukisan itu. Dia terpukau akan kemampuan Paris melukis."Kau bisa membuka galeri. Lukisanmu sangat bagus. Aku yakin akan banyak orang yang membeli lukisanmu."Jessica menyadari bakat Paris. Lelaki itu bisa mendapatkan lebih banyak uang kalau memiliki galeri pribadi ketimbang jadi pelukis kelilin
***Semua orang memiliki cara berbeda mengatasi masalah yang dialami. Bagi pria semacam Paris, ia tak bisa melakukan banyak hal. Dia melampiaskan kemarahannya pada Ankara dengan cara yang baik, yaitu dengan melukis. Paris menjadi lebih produktif ketika Ankara meledek karya seni ciptaannya."Apa kau butuh semacam kopi?"Jessica bertanya saat melihat Paris masih setia di depan kanvasnya. Beberapa pria di New York sibuk dengan komputer, sangat berbeda dengan Paris. Pria itu menjadikan kuas sebagai wadah menghasilkan uang, bukan dengan komputer."Tidak. Aku sedang tidak dalam mood yang baik." sahut Paris.Jessica mendekatinya, melihat Paris sedang melukis suasana di kelab malam--tempat di mana ada banyak sekali penari tiang bergoyang di depan pengusaha kaya.Jessica tidak percaya Paris bisa mengingat setiap detail saat itu. Dia percaya bahwa Paris merupakan lelaki cerdas. Hanya orang jenius yang mampu menggambarkan situasi deng
***"Kau tidak akan pernah memanggilku Parro."Paris meringis. Dia masih membuka buku tahunan Jessica sampai tersadar kalau Ankara juga alumni UNY, ia menatap serius ke arah Jessica. "Kau--, apa kau mengenal Ankara? Kalian berada di Universitas yang sama."Jessica menggeleng. "Aku tidak terlalu aktif kuliah, jadi sangat jarang mengenal orang, aku ke kampus kalau sudah ujian akhir," katanya.Paris merasa lega, ia senang karena gadis yang ia kencani bukanlah orang yang dikenal Ankara, atau setidaknya sekaranglah saatnya membuktikan kalau ia mampu mendapatkan gadis cantik, setara dengan Chantelle Grace, istri Ankara."Kau bisa disebut sebagai wanita berpendidikan. Mengapa kau memutuskan jadi penari--, kau tahu aku tidak bisa menyebutnya."Paris tidak tahu apakah dia sopan menanyakan itu. Paris sempat minta maaf karena takut Jessica tersinggung."Selama kuliah aku sudah jadi penari tiang. Dan setelah lulus, aku sama sekali tak b
"Komedi yang tidak lucu wahai Putra Mahkota!"Paris tersenyum miring untuk beberapa waktu lamanya. "Berhenti menghalangiku berkencan dengan Jessica sebelum aku curiga kau menyukai kekasihku. Ini sungguh bukan dirimu, Ankara!"Mendengar kalimat Paris, Ankara mendelik. Dia diam, mempertahankan gerakan kesombongannya. Ia tak akan menampakkan sisi lemahnya sebagai pria.***Ankara tertawa lepas, mengejek pernyataan kembarannya, Paris. Pria itu tidak terima dengan kalimat yang menyebutkan bahwa dirinya menyukai Jessica."Aku menyukai Jessica?" Ankara bertanya dengan nada meremehkan. Dia bertingkah seakan-akan Jessica bukanlah wanita berharga.Dia pun mendekati Jessica lalu menegaskan, "Wanita ini tidak akan sanggup menyaingi seorang, Grace. Dia hanyalah wanita penghibur. Jadi selir pun dia tak cocok untukku." Tatapan jijik berusaha dia tunjukkan ke arah Jessica. Namun, tatapan itu berubah dalam sekejap ketika Jessica melototkan
***Dia melangkah dengan sangat gagah. Tanpa Ankara, Jessica berdiri tegak di depan apartemennya, memandangi bahu kokoh Ankara yang berjalan memasuki lift. Saat Ankara masuk ke dalam sana, tatapan mereka sempat bertemu. Masa lalu mereka terputar begitu saja.Kala itu Ankara delapan belas tahun sedangkan Jessica masih lima belas tahun. Mereka adalah pasangan yang dimabuk cinta, nyaris setiap hari mereka melakukan kencan bersama.Suatu sore mereka meninggalkan New York dan mengendara mobil mewah menuju South Hamptons. Mereka menghabiskan waktu mereka di pantai di kota itu sampai malam hari. Ankara lupa waktu, dia tidak ingat kalau hari itu merupakan hari spesial Ibunya. Hari itu adalah hari ulang tahun Ibunya.Ankara memilih menyenangkan Jessica karena gadis itu sedang mengalami masalah berat. "Aku akan selalu berada di sampingmu, Jessie."Seminggu sebelumnya adalah hari pemakaman Ayah Jessica, akibat frustrasi karena kebangkrutan dan di
***Sepulang bekerja dari kelab malam, Jessica memutuskan untuk ikut dalam petualangan perkemahan Travis di pinggiran kota NY. Ada hutan lindung milik pemerintah di daerah itu. Travis bilang lokasinya sangat bagus. Travis bertemu wanita bernama Ester sehari yang lalu dan kini mereka berpacaran. Travis berencana melakukan kencan ganda di sana."Kau pasti lelah," bisik Paris tepat di telinga Jessica.Pria itu yakin Jessica capek sepulang dari bekerja. Dan sekarang dia harus ikut perkemahan. Jessica seorang penari tiang. Tentunya butuh tenaga besar untuk berjoget di atas tiang. "Aku bisa istirahat selama perjalanan," jawab Jessica.Dia menaruh kepalanya di pundak Paris sembari menutup mata.Paris membelai rambut Jessica, membiarkan wanita itu beristirahat. Paris melirik Travis dan Ester di kursi depan. Mereka kelihatan sangat mesra. Paris memerhatikan beberapa kali Ester menggenggam tangan Travis."Ester bekerja di galeri Fift
***"Aku sedang mencari danau. Aku yakin ada danau di tempat ini."Paris ingin mewujudkan beberapa khayalan di kepalanya. Paris mau melukis gadis di pinggir danau."Kau mau melukis lagi? Orang tuamu seharusnya bangga dengan bakat luar biasamu itu," tutur Jessica.Paris pun berpikir begitu. Dia sangat ingin orang tuanya mengapresiasi seni ciptaan Paris. Nyatanya tidak, mereka lebih percaya bahwa menjadi pebisnis adalah segalanya, seperti Ankara, dialah contoh anak yang didambakan orang tuanya."Aku tidak mau bahas orang tuaku. Aku benci fakta kalau Ibuku pernah menghinamu. Kau spesial bagiku."Paris dan Jessica terus berjalan ke depan. "Apa menurutmu di sini ada semacam binatang buas?" Jessica tidak tahu apakah hutan itu punya semacam binatang buas atau tidak."Seperti serigala? Aku menantikan momen saat serigala menggigitku lalu aku menjadi pria sempurna seperti Scott Mccall."Scott Mccall adalah pem
***Saat jam menunjukkan pukul tujuh pagi, Paris dan Jessica kembali ke tenda mereka. Paris membopong lukisan ciptaannya sambil satu tangan lainnya menggenggam tangan Jessica. Dia sangat suka melakukan hal itu seakan dengan melakukan itu Paris bisa mendapatkan kekuatan super."Apa kau mau aku menggendongmu?" tanya Paris.Jessica berjalan pincang akibat digigit sesuatu di dalam danau, dan sakitnya masih terasa. Entah makhluk apa yang telah melakukan hal itu. Mungkin sejenis piranha kecil."Aku sudah banyak merepotkanmu. Kau pasti kedinginan karena tidak memakai baju," ujar Jessica sambil memperhatikan Paris tak pakai baju.Semua itu karena kaki Jessica teluka dan Paris menggunakan kaosnya untuk membalut luka itu. Jessica merasa tak enak membuat Paris tampak kedinginan. Siapa yang tidak dingin di pagi-pagi buta tanpa pakai baju?"Aku sama sekali tidak apa-apa. Astaga, aku ini sangat kuat."Paris semringah. Dia menaruh l
***Menjadi bagian dari Mahendra Orlando merupakan hal paling menyenangkan bagi Grace. Selain mendapatkan kebahagiaan berupa harta berlimpah, ia pun mendapatkan suami dan putra tampan yang selalu mewarnai hari-hari Grace. Membuatnya merasa hidupnya sangat menakjubkan.Wanita itu sangat bangga karena putranya tumbuh dengan sangat baik, sesuai dengan yang ia harapkan. Earth bukanlah anak nakal, dan itu selalu membuat Grace tersenyum. Earth adalah Ankara kedua, seperti salinan. Versi yang sama dengan Ankara.Bagi Earth, jika ia menyenangkan orang tuanya. Itu sudah menyenangkan hatinya juga. Sifatnya itu membuat orang sekelilingnya menyukai pribadi anak itu. Meskipun usianya masih muda, Earth sudah perhatian kepada semua orang terutama ibunya.Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang Earth berusia lima tahun. Dia tumbuh menjadi anak baik yang disayangi banyak orang. Tak tanggung-tanggung, kakek neneknya mera
***Saat Paris menyadari Travis dan Ester merupakan dua orang yang pernah saling mencintai. Dia memberikan kode kepada Jessica untuk mengalihkan pembicaraan. Mereka berusaha tidak mengungkit soal hubungan percintaan. Mereka membahas hal lain.Sebab mereka tahu Ester sedang menjomblo sedangkan Travis mungkin saja memiliki pujaan hati bernama Chloe? Bukankah Travis terakhir kali dekat dengan wanita itu? Paris berpikir bahwa tidak adil bagi Ester ketika mereka membahas soal hubungan cinta."Liliana juga sangat lucu. Aku tidak terlalu suka anak-anak. Akan tetapi kadang-kadang aku merasa bangga melihat mereka. Jujur saja, anak-anak cukup memberikan kebahagian. Apalagi bayi mungil seperti Liliana."Setelah lama mengobrol, Travis mendadak membahas soal anak. Ester berusaha untuk tidak peduli. Sejak tadi, ia tidak pernah melirik ke arah Travis. Dia fokus memandangi Jessica dan Paris. Sebetulnya lebih sering
***Sembilan bulan berlalu terasa begitu cepat. Seolah sembilan bulan itu hanyalah sembilan hari. Jessica melahirkan anak pertamanya bersama Paris. Anak itu berjenis kelamin perempuan. Mereka menamainya dengan Liliana Mahendra Orlando.Kehadiran Liliana melengkapi kebahagiaan Paris dan Jessica. Rumah tangga dua orang itu menjadi begitu harmonis. Mereka merawat Liliana dengan baik. Mereka kompak menjaga bayi cantik itu. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengeluh karena kehadiran bayi itu.Liliana adalah segala yang diinginkan Paris dan istrinya. Anak itu sumber kebahagiaan terbesar mereka. Kebahagiaan yang selalu mereka damba-dambakan. Mereka memutuskan untuk tidak menyewa perawat. Bukan karena mereka tidak mampu. Mereka jelas memiliki banyak uang.Hanya saja, Jessica mau mengabdikan dirinya untuk merawat Liliana dengan tangannya sendiri. Kasih sayang orang tuanya yang sempat didapatkan Jessica, hanya sampai ia remaja. Jessica
***Hari ulang tahun Grace merupakan hari yang paling membahagiakan untuk wanita itu. Kebahagiaan Grace menyebar pada Ankara. Melihat istrinya bahagia membuat pria itu tak berhenti menampilkan senyuman manis.Beruntung, senyuman itu hanya disaksikan Grace saja. Memang itulah yang diharapkan Grace. Dia tidak mau membagi segala hal menakjubkan dari suaminya. Ankara adalah miliknya.Grace tidak mau membagi keindahan suaminya kepada orang lain termasuk ketampanannya.Ankara berhasil memberikan kejutan kepada istrinya. Kejutan tersebut membuat Grace sangat terkesan. Sudah lama sekali ia mengharapkan liburan, dan Ankara baru menghadiahkan liburan untuknya tepat di hari ulang tahunnya.Liburan ke Prancis.Ankara mewujudkan liburan ke Prancis sesuai janjinya dahulu. Ankara pernah berjanji akan mengajak Grace liburan ke sungai Seine jika sudah sembuh dari lumpuhnya.Kini harapan itu sudah terwujud. Mereka su
***Tidak hanya omong kosong semata. Paris benar-benar mengikuti saran kembarannya. Dia mengambil alih beberapa jabatan penting dalam perusahaan keluarga mereka.Keputusan Paris tersebut membuat orang tuanya sangat senang. Sudah lama sekali mereka mengharapkan Paris melakukan itu. Keputusan itu disambut baik oleh pihak keluarga.Akhirnya Paris memutuskan bergabung dengan bisnis keluarga tanpa harus dipaksa. Jessica pun tidak terlalu mempermasalahkan jika suaminya melakukan itu. Jessica sudah diterima baik oleh keluarga Paris seutuhnya, sehingga keputusan lelaki itu sejalan dengan situasi mereka."Bagaimana pekerjaannya? Aku berharap kamu menikmati pekerjaanmu." Jessica hanya menginginkan yang terbaik untuk suaminya.Paris baru saja pulang dari kantor milik orang tuanya. Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari olehnya terkait bisnis keluarganya. Paris belum terlalu memahami seperti apa caranya memimpin perusahaan besar. Ada perbedaan
***Johnny memberikan pelayanan terbaik. Dia merekomendasikan banyak barang ekslusif di tokonya. Meskipun kebanyakan barang di tempat itu murah meriah. Grace tetap sangat antusias membeli barang di tempat itu. Kualitasnya tidak terlalu buruk.Aksesoris yang tersedia memang tak ada duanya. Bahkan merek mahal sekali pun belum mengeluarkan aksesoris serupa dengan barang di toko tempat Johnny bekerja itu.Tak henti-hentinya Grace memandangi gelang custom pasangan yang ada di tangan kanannya. Gelang itu menuliskan namanya dan Ankara. Hanya dengan melihat nama mereka berdampingan, membuat Grace sangat terpukau. Dia amat sangat bahagia."Kau tampak sangat menyukai gelangnya," komentar Jessica pada Grace.Mereka sudah ada di kafe setelah berbelanja di toko suvenir Johnny.Ketika semua orang sibuk makan, Paris malah sibuk melukis keluarga bahagia Ankara dan Grace seperti janjinya sebelumnya. Paris melirik ponselnya sesekali la
***"Maaf membuat kalian berdua menunggu lama!" kata Paris kepada Ankara dan Grace.Paris merasa bersalah karena membuat janji kepada saudara dan iparnya. Namun, nyatanya ia malah terlambat. Itu adalah sikap yang kurang baik. Paris paham betul itu murni kesalahannya."Ya. Kau memang seharusnya minta maaf. Kami sudah menunggumu sejak tadi. Nyaris sepuluh jam!"Ankara menampakkan mimik tidak senang. Akan tetapi, bukannya merasa bersalah Paris mendadak terkekeh. Cara Ankara marah kepadanya itu terlihat sangat berbeda. Paris tidak tahu apakah itu sebuah candaan atau memang marah sungguhan."Kenapa kau malah tertawa?""Karena kau baru kali ini marah seperti itu?" Paris balik melemparkan pertanyaan, yang lebih mirip sebuah pernyataan darinya. Membuat Ankara semakin menunjukkan mimik masam kepada saudaranya itu."Baiklah. Sekali lagi, maaf. Aku benar-benar tidak tahu kalau pagi ini akan terjadi masalah." P
***Pantai plumb merupakan pantai yang banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun wisatawan ketika akhir pekan tiba. Hari ini tempat itu sangat ramai, Ankara dan Grace sampai menggunakan masker agar orang-orang tidak mengenali mereka. Maklum saja, mereka cukup dikenali di kalangan masyarakat.Mereka hanya tidak mau jalan-jalan mereka kali ini terganggu karena penggemar mereka. Ankara dan Grace datang ke pantai plumb sesuai janji mereka kepada Paris dan Jessica.Janji untuk menghabiskan akhir pekan bersama-sama. Mungkin lebih tepatnya sebuah kencan ganda untuk mereka berempat.Pasangan itu tampak sangat bahagia, karena pada akhirnya bisa menikmati jalan-jalan. Melihat langit biru New York. Sekadar menunjukkan kisah cinta mereka di bawah langit itu. Mereka ingin semua orang tahu betapa besar cinta mereka."Bagaimana, Earth? Suka dengan pemandangannya?" tanya Ankara kepada bayi
***Grace sudah memutuskan untuk tidak menandatangani kontrak dengan agensi modelnya. Dia lebih memilih untuk fokus menjadi istri Ankara. Keputusan itu cukup disayangkan mantan manajer Grace, dan beberapa penggemar setianya.Kebanyakan orang menyebut bahwa Grace tidak sedang menjadi dirinya sendiri. Mereka mengklaim bahwa Grace mengorbankan hidupnya demi seorang lelaki, dan itu dinilai sangat buruk.Grace dianggap merendahkan dirinya sendiri sebagai wanita. Dicap tidak bisa memutuskan hidupnya dengan baik.Kritikan demi kritikan mulai membanjiri kolom komentar di setiap postingan Grace di sosial media. Memang, dahulu, Grace adalah penari balet terkemuka. Dia disayangi oleh banyak masyarakat New York.Banyak keputusan yang diambil Grace kurang tepat. Sehingga beberapa kritikan muncul di laman media sosial Grace."Kau membaca komentar di halaman media sosial lagi!" seru Ankara.Grace terperanjat. Dia tidak menyadari bahwa sejak tadi sua