Hana mengangkat sudut bibirnya, hatinya terasa hangat. Dia bersandar pada lengan Hendro, lalu mengangkat kepala dan menatapnya, "Aku tahu kamu tidak tega meninggalkanku. Kamu tidak akan meninggalkanku."Sebagai orang terkaya di Kota Livia, Hendro tampan dan berwibawa, cukup kuat untuk melakukan apa pun hanya dengan lambaian tangannya. Dia memenuhi semua imajinasi Hana tentang seorang pria.Namun, Hendro menjadi vegetatif dalam kecelakaan mobil tiga tahun lalu, dokter menyatakan bahwa dia tidak akan bisa bangun lagi dalam kehidupan ini. Bagaimana mungkin Hana menyia-nyiakan masa mudanya untuk Hendro?Jadi, Hana melarikan diri.Siapa sangka, baru tiga tahun Wenny menikah dengan Hendro, Hendro benar-benar sadar kembali.Hana tidak tahu bagaimana Hendro sadar kembali. Mungkinkah ramalan bintang Wenny cocok untuk menikah?Bahkan dokter pun menyatakan bahwa ini sebuah keajaiban medis.Jadi, Hana pulang.Hana tahu Hendro mencintainya dan tidak akan meninggalkannya.Hendro menatap wajah Hana y
Adik kelasnya yang langsung menolak permintaan pertemanannya!Sutinah masuk sambil membawa secangkir kopi. Dia melihat ponsel Hendro. ‘Apa? Ternyata ada yang menolak permintaan pertemanan Pak Hendro???’Ini serial macam apa?Sutinah, "Pak, adik kelasmu ini... sangat unik."Hendro mencibir, memang unik.Dia orang pertama yang menolaknya.Lupakan saja.Hendro menyesap kopinya dan mengerutkan kening.Sutinah, "Pak, apakah kopinya tidak sesuai selera? Aku ulang buat."Hendro tiba-tiba merindukan kopi buatan Wenny, itu rasa yang paling disukainya.Hendro berkata tanpa ekspresi, "Tulis cek dengan nilai ratusan miliaran untuk ganti rugi perceraianku kepada Wenny."Wenny bilang ingin pergi tanpa membawa apa pun, tetapi Hendro tidak percaya dengan kata-katanya.Bagaimana seorang gadis dari desa yang berhenti sekolah pada usia 16 tahun bisa menghasilkan uang?Wenny hanya mau tarik ulur dan menginginkan lebih banyak uang.Cek dengan nilai ratusan miliaran ini setara dengan membeli waktunya selama
Tak seorang pun menyambut kedatangannya, semua orang ingin mengusirnya.Wenny merasa konyol. Tatapannya yang dingin menatap wajah Landy, Hana dan Andy satu per satu. Kemudian, dia menarik lengannya dari telapak tangan Hendro dengan sekuat tenaga. Wenny mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum, "Baiklah, aku akan pergi."‘Ingat, kalianlah yang mengusirku!’Wenny berbalik dan pergi.Namun, tak lama kemudian Wenny kembali dan menyelipkan sehelai rambutnya ke belakang telinganya. "Pak Hendro, tahukah kamu kenapa aku datang ke Rumah Sakit Pengobatan Tradisional hari ini?"Hendro menatap wajahnya yang putih dan lembut, terlihat makin cantik.Hendro tampak acuh tak acuh, jelas dia tidak tertarik untuk mengetahuinya. Suaranya terdengar dingin, "Wenny, kalau kamu terus menggangguku seperti ini, bakal membuatku kesal."Wenny tiba-tiba melangkah maju dan tersenyum padanya, "Aku datang carikan dokter tradisional untukmu."Wenny berkata sambil mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada
Vila Keluarga Cladia.Pada malam hari, Landy sedang duduk menunggu Andy di sofa ruang tamu mengenakan gaun tidur sutra.Dia adalah wanita cantik jelita sejak muda. Nando sangat mencintainya dan memanjakannya. Kemudian, dia menikah lagi dengan Andy, yang mewarisi bisnis dan perusahaan Nando, membuat kariernya semakin besar. Landy menjadi seorang nyonya anggun. Dia sangat memperhatikan perawatan selama ini, sehingga masih tetap tampak pesona.Saat ini, pintu villa dibuka oleh pembantu dan Andy pulang.Landy langsung tersenyum senang, melangkah maju untuk menyambutnya dan melepaskan jasnya, "Sayang, kenapa kamu pulang begitu telat?"Berbeda dengan Nando yang jujur dan membosankan, Andy tampan dan menawan sejak muda. Setelah menjadi bos perusahaan, dia menjadi lebih bergaya dan membuat Landy terpesona.Andy, "Aku ada dinas malam ini."Landy tiba-tiba mencium aroma parfum di jas Andy. Dia mengenal aroma parfum itu, parfum itu berasal dari sekretaris wanita yang baru saja direkrutnya.Land
Hendro mengulurkan tangan dan menangkap tubuh itu.Dia menatap dan berkata dengan kesal, "Wenny, kenapa kamu kembali?"Wenny tidak sangka Hendro akan pulang. Hari ini dia mengenakan setelan jas hitam. Dia baru saja kembali dari luar, kain mahal dan bertekstur itu terkena udara dingin dari luar.Tubuh Wenny terasa panas sekali, tanpa disadarinya Wenny pun jatuh ke dalam pelukannya, berharap dapat memanfaatkan wangi tubuh pria dewasa untuk memuaskan nafsu birahinya.Wenny menatapnya dengan mata berbinar, "Hendro, tolong..."Sebelum Wenny sempat menyelesaikan kata-katanya, Hendro mendorongnya. Pria itu menatapnya dengan dingin, "Ada apa denganmu?"Wenny tertegun saat didorong menjauh. Padahal tadi dia ingin meminta bantuan Hendro.Mana mungkin Hendro mau membantunya?"Aku diberi obat bius."‘Diberi obat?’Alis Hendro berkerut. Wanita yang selalu menyinggungnya ternyata pandai membuat masalah!"Kamu tunggu dulu."Hendro yang bertubuh tinggi berjalan menuju kaca jendela. Dia mengeluarkan po
Melihat nama [Hana], Hendro kembali sadar.Dia kini dalam keadaan kacau balau, pakaiannya setengah basah, tubuhnya penuh bekas ciuman wanita itu, napasnya tidak teratur. Hendro baru saja terangsang.Dia benar-benar terangsang oleh Wenny!Hendro tidak menyukai Wenny, dia menganggap semua ini terjadi karena dirinya juga seorang pria dan tidak sanggup menahan godaan dari wanita cantik.Hendro menekan tombol untuk menjawab panggilan. Dia merasa bersalah terhadap Hana. Semakin merasa bersalah, Hendro semakin menyayanginya. Suaranya lebih lembut dari biasanya. "Hana."Terdengar suara musik dari sisi Hana, dia berkata dengan manis, "Hendro, aku di bar sekarang."Hendro, "Jangan minum, minta asisten untuk pesankan susu untukmu."Hana, "Aku tahu. Asistenku mendengarmu. Hendro, kemari dan bermain bersama kami. Aku menunggumu."Hendro berbalik mau keluar.Namun, kemudian sebuah tangan meraih lengan bajunya.Hendro menoleh dan melihat Wenny basah kuyup. Roknya menempel di tubuhnya, memperlihatkan
Telinga Wenny berdengung. Hendro malah mengajukan mau bantu carikan satu atau dua pria untuknya?Dia telah membuat pilihannya.Hendro memilih Hana tanpa ragu-ragu.Seakan-akan ada sebilah pisau tajam yang telah menusuk dalam ke jantung Wenny, pisau itu masih melilit dan memutar hingga bersimbah darah.Bibir Wenny bergetar, dia berusaha keras mengeluarkan suara, "Hendro, kita belum... bercerai..."Hendro berganti kemeja hitam bersih dan celana panjang hitam, menyingkirkan semua emosi yang kacau tadi. Kini dia kembali pada penampilannya yang dingin dan anggun seperti biasa. Hendro mengeluarkan sesuatu dan memberikannya kepada Wenny, "Ini sebagai ganti rugi."Wenny menunduk. Ini cek senilai ratusan miliar.Suara pria yang memikat dan acuh tak acuh terdengar dari atas kepala, "Wenny, ini ganti rugi perceraianku padamu, ayo kita bercerai."Hendro meletakkan cek tersebut di wastafel, lalu berbalik dan pergi.Dia pergi mencari Hana.Sama seperti ibunya beberapa tahun lalu.Mata Wenny yang can
Antara dia dan Wenny, Hendro pasti akan pilih dia.Wenny tidak pernah jadi lawannya.Hendro menatap dingin ke arah pria tampan itu, lalu mengucapkan sepatah kata dingin, "Pergi!"Pria tampan itu segera kabur tanpa menoleh ke belakang.Hendro menatap Hana, lalu menarik lengannya dari tangan Hana, "Hana, sudah cukup, belum?"Hana tercengang, "Kamu memarahiku? Kalau aku tidak membuat keributan, kamu pasti sudah meniduri Wenny!"Hendro berkata dengan wajah datar, "Jadi kamu minum obat itu?"Hana selalu dimanjakan Hendro. Dia mengangkat dagunya dengan manja, "Ya, Hendro, kalau kamu berani menyentuh Wenny, aku bakal disentuhi pria lain juga!"Wajah Hendro tampak muram, dia berbalik dan pergi.Hendro benaran pergi.Dia bahkan tidak membujuknya!Pria tampan dan kaya seperti Hendro akan menarik perhatian banyak wanita, meski hanya berjalan-jalan di bar. Mereka semua mengidam-idamkannya dan ngiler padanya.Hana pintar. Dia tahu bahwa Wenny dan wanita-wanita itu menginginkan Hendro, jadi Hana tid
Pada babak pertama, Hendro terpilih menjadi pemain utama dan suasana langsung menjadi semarak.Susan mengangkat sudut bibirnya sambil menatap Hendro, "Pak Hendro, mari kita bermain Jujur. Bolehkah aku bertanya, apakah kamu sudah pernah berhubungan seks dengan istrimu?"Semua orang yang hadir, kecuali Steve yang baru saja pulang dari luar negeri, tahu bahwa Wenny adalah istrinya Hendro.Susan sengaja bertanya apakah Hendro telah menyentuh Wenny.Pria kaya di meja itu menikmati kesenangan dan mulai bersiul.Susan melirik Wenny dengan pandangan sinis, "Pak Hendro, kamu dan istrimu sudah menikah selama tiga tahun. Jangan-jangan kamu belum menyentuh istrimu? Seberapa tidak sukanya kamu dengan istrimu ini?"Hana pun menatap Wenny dengan pandangan merendahkan dan arogan, "Aku sudah bilang pada Hendro, jangan menyentuh istrinya, jadi Hendro tidak mungkin menyentuhnya."Susan dan Hana bekerja sama untuk mempermalukan Wenny.Alex dan pria kaya lainnya mulai mendesaknya, "Kak Hendro, tolong jawab
Wenny melihat Hendro dan Hana. Hana telah keluar dari rumah sakit, kini berdiri dengan anggun di samping Hendro sambil merangkulnya. Keduanya sangat serasi dan sangat mesra.Fany mendengus dingin, "Wenny, Pak Hendro memang mencintai Hana. Hana telah bertindak pada Bu Lisa, tapi Pak Hendro menganggap tidak terjadi apa-apa dan kembali bersama Hana."Wenny tidak menyangka akan bertemu Hendro dan Hana di bar. Melihat mereka berdua begitu cepat berbaikan, Wenny tidak menunjukkan keterkejutan apa pun. Dia tersenyum pada Fany, "Apakah ini hari pertama kamu tahu Hendro mencintai Hana?"Dulu Wenny bakal merasa kecewa, tetapi sekarang dia sudah mati rasa.Saat ini juga, terdengar suara sepatu hak tinggi, "Pak Hendro, Hana, kebetulan sekali."Wenny mendongak dan menemukan Susan juga datang.Malam ini Susan mengenakan gaun halter hitam, yang serasi dengan rambut keriting dan bibir merahnya, membuatnya tampak sangat menawan.Pandangan Susan tertuju pada Hendro, matanya berbinar dan jantungnya berde
Seberapa sakitnya yang dia rasakan saat itu?Hendro memeluk pinggangnya yang lembut. Dia mengaku sedikit lebih sayang padanya.Hendro menundukkan kepala dan mendekatkan wajahnya. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Dia berbisik padanya, "Wenny, apa aku menyakitimu? Maafkan aku."Hendro berbisik meminta maaf padanya.Wenny yang sedang tidur tidak bereaksi. Dia bernapas tenang, seolah-olah setiap helai rambutnya terasa manis dan lembut.Tenggorokan Hendro serasa terbakar bara api. Dia tak berani menatap tubuhnya yang menggoda, tetapi dia tak terkendali menundukkan kepala, ingin mencium rambutnya yang harum dan lembut.Saat hendak menciumnya, Wenny mengerang dan perlahan membuka matanya.Wenny terbangun.Hendro tiba-tiba tersadar. Dia terkejut dan tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya.Dia hendak mencium rambut Wenny!Hendro pernah melihat berbagai macam wanita cantik, tapi kini Wenny telah membutakannya dengan nafsu.Hendro segera melepaskannya, menyingkap selimut dan tur
Hendro mengingatkannya bahwa di sini berbahaya dan memintanya untuk segera pergi.Kalau orang-orang di belakang menemukannya, gadis itu juga tidak bisa kabur.Namun, gadis itu tidak pergi. Sebaliknya, dia menyeret Hendro dengan susah payah ke sebuah gua tersembunyi.Gadis itu berkata padanya, "Kakak, di sini sangat aman. Orang-orang itu tidak akan menemukan kita."Hendro menatap gadis itu. Gadis itu masih sangat kecil, saat itu sudah musim dingin, tetapi dia hanya mengenakan gaun tipis yang sudah pudar warnanya. Dia tampak sudah lama sendirian di hutan dan satu-satunya yang menemaninya adalah boneka di tangannya.Hendro terluka parah dan merasa sangat kedinginan.Pada saat ini, gadis itu mengulurkan tangan dan memeluknya, "Kakak, apakah kamu kedinginan? Kalau aku memelukmu seperti ini, kamu tidak akan kedinginan lagi."Dia melihat mata gadis itu, begitu jernih dan cemerlang.Hendro bertanya padanya, "Kenapa kamu sendirian di sini? Di mana rumahmu? Di mana orang tuamu?"Gadis itu terdia
Wenny pun membalut lukanya, tapi luka Hendro malah terinfeksi dan dia pun mengalami demam tinggi saat tidur.Hendro merasa kedinginan. Wenny menyalakan AC dan menyelimutinya dengan beberapa selimut, tetapi dia tetap merasa kedinginan. Keringat dingin membasahi dahinya dan bibirnya sangat pucat.Wenny merasa Hendro pantas mendapatkannya. Kenapa dia tidak merawat lukanya saat membawa Hana ke rumah sakit?Wenny memberinya suntikan, tetapi dia harus menahan demam tingginya sendiri.Dia akan baik-baik saja setelah demam tingginya mereda.Wenny menyingkap selimut dan berbaring di sebelahnya.Tubuh Hendro sangat dingin, bagaikan es batu, yang memancarkan hawa dingin yang menusuk.Wenny tidak dapat mengabaikannya, jadi dia menggigit bibirnya, berinisiatif menggerakkan tubuh mendekatinya.Hendro memunggunginya, Wenny menghindari luka-lukanya dan memeluknya dari belakang.Hendro merasakannya. Wenny berbaring di sampingnya, sedang memeluknya, kehangatan tubuhnya perlahan-lahan menyebar ke tubuh H
Wenny merapikan kemeja putihnya lalu berbalik menatap Hendro.Ponsel ditaruh di meja samping ranjang. Hendro tidak melihat atau menjawabnya, hanya biarkan nada dering terus berdering.Dia tidak menjawab panggilan Hana.Mungkin ini pertama kalinya.Hendro yang bertubuh tinggi berdiri dan melepas jas hitamnya.Dia mengenakan kemeja putih dengan bercak darah besar di punggungnya. Wenny teringat cambuk yang dicambukkan Nenek di punggungnya.Padahal cambuk itu sudah mencabik kulitnya, tapi pria ini tegar dan tidak menunjukkan rasa sakit di wajahnya.Cedera ini harus diobati, kalau tidak akan terinfeksi.Wenny berkata, "Aku akan mengambil perlengkapan medis dan bantu mengobati luka di punggungmu."Hendro menatapnya sambil tersenyum, "Bukankah kamu baru saja mengabaikanku?"Wenny membungkuk dan mengeluarkan kotak obat, "Aku hanya tidak ingin Nenek khawatir."Hendro duduk di ranjang, Wenny, "Lepaskan bajumu."Hendro menanggalkan bajunya dengan patuh, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang be
Kenapa kamu mengabaikanku?Hendro tampak sedang membujuknya.Pria dengan status, kedudukan dan kekuasaan seperti Hendro, asal dia mau merendahkan diri untuk merayu wanita, bisa dengan mudah memberikan ilusi cinta mendalam dan memikat orang hingga jatuh hati padanya.Namun, Wenny sadar, karena dia tahu betul bahwa cinta Hendro tidak akan pernah diberikan padanya.Hendro berikan semuanya pada Hana.Wenny menyipitkan matanya dan mencoba untuk bangun, "Lepaskan aku!"Senyum Hendro makin terlihat jelas, "Kamu marah?"Wenny merasa lucu, "Kenapa aku harus marah?"Hendro, "Hari ini aku terlalu kuat, apakah pinggangmu terbentur?"Wenny membantah, "Tidak."Tangan Hendro jatuh di pinggang Wenny, menggenggamnya lembut dan bertanya dengan suara pelan, "Apakah di sini?"Di sana.Ketika mandi tadi, Wenny melihat pinggangnya memar. Mungkin butuh waktu lama untuk menghilangkannya sepenuhnya.Sekarang, bagian yang terluka itu dipegang dengan lembut di telapak tangannya. Telapak tangan Hendro hangat dan
Bu Lisa berkata penuh kasih, "Cepat pergi."Wenny pun pergi.Hendro datang ke samping ranjang, Bu Lisa memaki, "Kenapa kamu kembali? Segera keluar dari sini!"Hendro mengerutkan bibirnya dan meminta maaf dengan tulus, "Nenek, aku salah. Maafkan aku."Sikap Bu Lisa segera mereda, "Aku tidak butuh permintaan maafmu, orang yang harusnya kamu minta maaf itu Wenny!""Benar sekali, Pak. Kamu malah pergi membawa Hana. Saat Bu Lisa pingsan, Nyonya Muda yang merawatnya! Bapak seperti anak yang diadopsi, Nyonya Muda barulah anak kandungnya," kata Pak Yudi kesal.Hendro, "…""Kamu bahkan mendorong Wenny, pinggang Wenny terbentur meja! Semua orang bilang anak yang baik bisa mendapat permen, jangan kira Wenny tidak sakit hanya karena dia tidak menangis.""Pak, kamu harus berhati nurani. Jangan menindas Nyonya Muda seperti ini!"Bu Lisa dan Pak Yudi terus menyalahkan Hendro.Hendro, "…"Hendro melirik ke arah perginya Wenny, lalu berkata, "Nenek, kalau Nenek baik-baik saja, aku kembali ke kamar dulu
Sebenarnya, saat di rumah tua, Wenny sudah menduga kalau Hana yang mengirim foto tersebut.Tadi di bangsal, Wenny berusaha mengelabui Hana, agar Hana mengungkapkan semuanya pada Hendro.Hendro menutup telepon dan menatap Wenny.Tatapan Wenny dingin, dia tersenyum ironis, "Pak Hendro, kayaknya harus mengecewakanmu. Bukan aku yang mengirim foto itu, melainkan Hana."Hendro mengerutkan kening dan tidak berkata apa-apa.Wenny pun pergi.Namun, ketika sudah sampai di sisinya, Hendro tiba-tiba meraih lengannya.Wenny secara refleks mendorongnya menjauh. Dia tidak ingin melakukan kontak fisik apa pun dengannya."Setelah kamu pergi, Nenek sangat marah hingga pingsan. Dia masih memanggil namamu saat tidur. Kembalilah dan temui Nenek saat ada waktu."Selesai berkata, Wenny pun pergi.Sutinah datang dan berbisik, "Pak, sepertinya Nyonya salah paham. Sebenarnya, kamu tidak sepenuhnya memercayai kata-kata Hana, kamu berdiri di luar dan tidak pergi. Meski Nyonya tidak meneleponmu, kamu juga bisa men