Share

Bab 11

Penulis: Sierra
Hendro mengulurkan tangan dan menangkap tubuh itu.

Dia menatap dan berkata dengan kesal, "Wenny, kenapa kamu kembali?"

Wenny tidak sangka Hendro akan pulang. Hari ini dia mengenakan setelan jas hitam. Dia baru saja kembali dari luar, kain mahal dan bertekstur itu terkena udara dingin dari luar.

Tubuh Wenny terasa panas sekali, tanpa disadarinya Wenny pun jatuh ke dalam pelukannya, berharap dapat memanfaatkan wangi tubuh pria dewasa untuk memuaskan nafsu birahinya.

Wenny menatapnya dengan mata berbinar, "Hendro, tolong..."

Sebelum Wenny sempat menyelesaikan kata-katanya, Hendro mendorongnya. Pria itu menatapnya dengan dingin, "Ada apa denganmu?"

Wenny tertegun saat didorong menjauh. Padahal tadi dia ingin meminta bantuan Hendro.

Mana mungkin Hendro mau membantunya?

"Aku diberi obat bius."

‘Diberi obat?’

Alis Hendro berkerut. Wanita yang selalu menyinggungnya ternyata pandai membuat masalah!

"Kamu tunggu dulu."

Hendro yang bertubuh tinggi berjalan menuju kaca jendela. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menelepon.

Dering ponsel terdengar di sana. Hendro memegang ponsel di satu tangan dan menarik dasi di lehernya dengan tangan lainnya. Dasi itu tergantung longgar di lehernya, perasaan tak terkendali yang sesekali muncul dari pemuda yang dingin dan mulia ini penuh dengan ketegangan.

Wenny tidak berani menatapnya lagi.

Panggilan itu tersambung, terdengar suara Alex, "Kak Hendro."

Hendro, "Aku mau tanya, apa yang harus dilakukan kalau ada wanita yang diberi obat?"

Alex tertawa terbahak-bahak, seolah mendengar gosip, "Sial, Kak Hendro, apa itu Kak Hana? Kenapa kamu begitu sungkan? Pergi dan bantu Kak Hana sendiri."

Hendro memegang ponsel dan berkata, "Bicara baik-baik."

Alex, "Bukan Kak Hana, ya? Kalau begitu, biarkan saja dia berendam di air dingin. Tapi, proses ini sangat tidak nyaman. Kalau bisa bertahan, ya bagus. Kalau tidak, pembuluh darah akan pecah dan mati."

Hendro menutup telepon dan menoleh ke arah Wenny. "Kamu bisa mandi air dingin sendiri?"

Wenny mengangguk, "Oke."

Lalu, berjalan cepat ke kamar mandi.

Hendro menanggalkan jasnya, lalu tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar mandi, "Ah!"

Mata Hendro yang tampan menunjukkan ketidaksabaran. ‘Apa yang dilakukan wanita ini?’

Hendro merentangkan kedua kakinya dan melangkah masuk. "Ada apa?"

Wenny berdiri di bawah pancuran, pakaian luarnya terbuka, hanya mengenakan gaun halter.

Tali tipis itu dikaitkan pada bahunya, yang ramping dan halus, begitu polos.

Pancuran air belum dinyalakan. Wenny mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya. Matanya dipenuhi kabut kristal karena rasa sakit. Dia berkata dengan suara parau, "Kepala aku terbentur."

Penampilannya menarik perhatian Hendro.

Hendro terkejut dan menarik tangannya, dahi putihnya benaran memerah.

"Kenapa kamu begitu bodoh?"

"Aku tidak bodoh, aku hanya pusing!"

"… Diamlah."

‘Apa?’

Hendro mengangkat tangannya dan menyalakan pancuran.

Cairan dingin itu menyembur keluar sekaligus, membasahi sekujur tubuh Wenny.

Tubuh Wenny terasa panas, airnya dingin, perpaduan antara es dan api membuatnya bergegas menghampiri pelukan Hendro.

"Dingin banget. Aku tidak mau mandi air dingin."

Tubuh Wenny yang lembut kembali memeluknya dengan erat, membuat kemeja putih dan celana panjang hitam Hendro pun basah.

Hendro hanya bisa membawanya mundur dua langkah, mereka berdua berdiri bersama di bawah air dingin.

Wenny merasa panas sekali, dia bagaikan seekor ikan kecil yang hampir mengering dan sangat membutuhkan air.

Tangannya mulai bertindak, jatuh ke pinggang rampingnya dan mulai meraba-raba.

Hendro adalah pria normal. Dia menegakkan tubuh dan bertanya dengan dingin, "Wenny, apa yang kamu raba?"

Mata Wenny berkaca-kaca, menampakkan kelembutan dan pesona, "Aku meraba perut berotot."

Hendro tak bisa berkata-kata.

Wenny mendongak dalam pelukannya, menatap wajah tampannya, "Wajahmu juga tampan sekali."

Hendro mengulurkan tangan dan mendorong Wenny ke dinding yang dingin. Dia berdeham dan memperingatkan dengan suara serak, "Jaga perilakumu!"

Wenny, "Wah, kuat banget, aku suka."

Hendro menurunkan kepala pancuran dan mulai semprotkan ke wajahnya yang memerah, mencoba membangunkannya.

Ah!

Wenny menepis tangan Hendro dengan kesal. "Hendro, kalau Hana yang diberi obat, kamu pasti menolongnya, 'kan?"

Hendro tertegun, "Apa?"

Bulu mata Wenny ditutupi kabut kristal, gemetar, keras kepala dan kesepian, "Karena itu aku, jadi kamu memintaku mandi air dingin, kalian semua tidak menyukaiku!"

Hendro melihat matanya merah, seperti baru saja menangis hari ini.

Saat itu juga Wenny mendekat dan menggigit jakunnya yang menonjol.

Hendro tidak menyangka wanita itu akan melakukan hal ini. Pangkal tenggorokan adalah bagian tubuh lelaki yang paling rentan dan sensitif. Wanita itu bertindak dan menggigitnya dengan keras. Sudut-sudut matanya langsung memerah dan pinggangnya pun menjadi kebal.

‘Dasar wanita sialan ini!’

Hendro merangkul pinggangnya, tapi pinggangnya begitu lembut, seolah-olah bakal patah begitu ditekuk.

Pinggangnya sangat ramping, Hendro bisa memegang dengan satu tangan.

Sosoknya sangat ramping.

Dengan pinggangnya yang ramping dan kakinya yang indah, Hendro sadar Wenny sangat cantik.

Napasnya agak tidak stabil, Hendro mengulurkan tangan dan mencubit wajahnya untuk mendorongnya menjauh.

Wajahnya yang tersipu berada di telapak tangannya. Hendro mencubitnya dan mengumpatnya dengan marah, "Kenapa kamu suka kali gigit orang?"

Wenny sudah tidak begitu sadar lagi. Keadaan mabuk dan pengaruh obat-obatan terus menyiksanya dan membuatnya lemah.

Dia menatap Hendro, matanya mulai berkaca-kaca.

Sepertinya hampir menangis.

Hendro tercengang dan segera menarik tangannya.

Wenny malah memeluknya, merangkul lehernya dengan kedua lengan, "Maaf, aku tidak bermaksud menggigitmu, sakit ya?"

Sebelum menjawab, Hendro merasakan tenggorokannya dicium olehnya.

Dua nyala api merah menyala di mata Hendro. Kali ini, ciumannya bergerak naik, mencium lehernya, meninggalkan beberapa bekas ciuman di tubuhnya.

Binatang liar yang baru saja memperlihatkan taringnya itu berubah menjadi seperti anak kucing jinak, menyandar dalam pelukannya dan mencium seluruh tubuhnya.

Wenny, "Apa kamu pernah lakukan dengan Hana?"

Tatapan Hendro menjadi gelap.

Wenny berjinjit, matanya yang berkaca-kaca menatap tajam ke bibir Hendro, "Hendro, aku dijebak. Aku masih sebagai istrimu. Bisakah kamu menolongku?"

Tangan besar Hendro menahan pinggangnya, pinggangnya yang membuat orang ingin lebih keras lagi.

Kali ini Wenny perlahan mencium bibirnya.

Hendro tidak bersembunyi.

Kedua orang itu semakin dekat dan hampir berciuman.

Tepat pada saat ini, nada ponsel berdering, ada panggilan masuk.

Hendro mengeluarkan ponsel dari saku celananya, di sana tertera kata [Hana].

Hana menelepon.

Bab terkait

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 12

    Melihat nama [Hana], Hendro kembali sadar.Dia kini dalam keadaan kacau balau, pakaiannya setengah basah, tubuhnya penuh bekas ciuman wanita itu, napasnya tidak teratur. Hendro baru saja terangsang.Dia benar-benar terangsang oleh Wenny!Hendro tidak menyukai Wenny, dia menganggap semua ini terjadi karena dirinya juga seorang pria dan tidak sanggup menahan godaan dari wanita cantik.Hendro menekan tombol untuk menjawab panggilan. Dia merasa bersalah terhadap Hana. Semakin merasa bersalah, Hendro semakin menyayanginya. Suaranya lebih lembut dari biasanya. "Hana."Terdengar suara musik dari sisi Hana, dia berkata dengan manis, "Hendro, aku di bar sekarang."Hendro, "Jangan minum, minta asisten untuk pesankan susu untukmu."Hana, "Aku tahu. Asistenku mendengarmu. Hendro, kemari dan bermain bersama kami. Aku menunggumu."Hendro berbalik mau keluar.Namun, kemudian sebuah tangan meraih lengan bajunya.Hendro menoleh dan melihat Wenny basah kuyup. Roknya menempel di tubuhnya, memperlihatkan

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 13

    Telinga Wenny berdengung. Hendro malah mengajukan mau bantu carikan satu atau dua pria untuknya?Dia telah membuat pilihannya.Hendro memilih Hana tanpa ragu-ragu.Seakan-akan ada sebilah pisau tajam yang telah menusuk dalam ke jantung Wenny, pisau itu masih melilit dan memutar hingga bersimbah darah.Bibir Wenny bergetar, dia berusaha keras mengeluarkan suara, "Hendro, kita belum... bercerai..."Hendro berganti kemeja hitam bersih dan celana panjang hitam, menyingkirkan semua emosi yang kacau tadi. Kini dia kembali pada penampilannya yang dingin dan anggun seperti biasa. Hendro mengeluarkan sesuatu dan memberikannya kepada Wenny, "Ini sebagai ganti rugi."Wenny menunduk. Ini cek senilai ratusan miliar.Suara pria yang memikat dan acuh tak acuh terdengar dari atas kepala, "Wenny, ini ganti rugi perceraianku padamu, ayo kita bercerai."Hendro meletakkan cek tersebut di wastafel, lalu berbalik dan pergi.Dia pergi mencari Hana.Sama seperti ibunya beberapa tahun lalu.Mata Wenny yang can

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 14

    Antara dia dan Wenny, Hendro pasti akan pilih dia.Wenny tidak pernah jadi lawannya.Hendro menatap dingin ke arah pria tampan itu, lalu mengucapkan sepatah kata dingin, "Pergi!"Pria tampan itu segera kabur tanpa menoleh ke belakang.Hendro menatap Hana, lalu menarik lengannya dari tangan Hana, "Hana, sudah cukup, belum?"Hana tercengang, "Kamu memarahiku? Kalau aku tidak membuat keributan, kamu pasti sudah meniduri Wenny!"Hendro berkata dengan wajah datar, "Jadi kamu minum obat itu?"Hana selalu dimanjakan Hendro. Dia mengangkat dagunya dengan manja, "Ya, Hendro, kalau kamu berani menyentuh Wenny, aku bakal disentuhi pria lain juga!"Wajah Hendro tampak muram, dia berbalik dan pergi.Hendro benaran pergi.Dia bahkan tidak membujuknya!Pria tampan dan kaya seperti Hendro akan menarik perhatian banyak wanita, meski hanya berjalan-jalan di bar. Mereka semua mengidam-idamkannya dan ngiler padanya.Hana pintar. Dia tahu bahwa Wenny dan wanita-wanita itu menginginkan Hendro, jadi Hana tid

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 15

    Wajah Wenny yang mungil kembali muncul di pikirannya. Hendro baru saja menciumnya. Bibirnya lembut dan harum.Saat Hana hendak menciumnya, Hendro memalingkan wajahnya.Hana tidak mendapat ciuman itu dan bertanya dengan marah, "Kenapa kamu menghindar?"Hendro tidak tahu apa yang salah dengannya, Hana adalah orang yang disukainya, sangat wajar bagi pria dan wanita yang saling menyukai untuk berciuman.Hendro tidak menyukai Wenny.Namun, dia baru saja mencium Wenny, perasaan itu masih begitu nyata. Sebagai seorang pria dengan mysophobia, Hendro tidak bisa mencium dua wanita.Rasanya tidak nyaman dan agak kotor.Terdengar ketukan pintu dan suara Sutinah dari luar pintu, "Pak, ini penawarnya."‘Penawar?’Hana tercengang. Dia meminum obat perangsang, Hendro malah meminta seseorang untuk mencari penawarnya?Hendro menarik tangannya dan berdiri.Hana pun geram, dia mengambil bantal dan membanting ke wajah tampan Hendro, "Hendro, kamu pria, bukan?"Dia siap menyerahkan diri padanya, bahkan memi

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 16

    Wenny terhibur. Fany sudah mengumpat Hendro dan Hana sejak tadi malam. Kekuatan bertarungnya sungguh luar biasa.Sebenarnya, Wenny telah belajar menyembuhkan diri dari kehancuran.Wenny mengupas permen dan memasukkannya ke dalam mulut. Rasa manis di mulutnya membuatnya tersenyum. "Fany, istirahat sebentar. Sekarang, kita hanya perlu membalas dendam."Fany tahu bahwa Wenny akan memberi pelajaran pada orang-orang ini, sahabatnya ini sangat hebat.Fany mengasihani Wenny, karena setiap kali dialah yang selalu dihancurkan lalu disatukan kembali, pasti sakit sekali rasanya.Terdengar suara "Ugh ugh" dari ruang serba guna. Wenny meletakkan buku dan tersenyum, "Mari kita mulai dari Pak Fendy ini."Kemarin Wenny memukul Fendy hingga pingsan dan meminta seseorang membawanya ke sini.Wenny membawa Fany ke ruang serba guna. Tangan dan kaki Fendy diikat, sepotong kain dimasukkan ke mulutnya. Ketika melihat Wenny masuk, Fendy menjadi sangat semangat dan mulai memberontak.Fany berjalan mendekat dan

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 17

    Vila Keluarga Cladia.Andy duduk di sofa ruang tamu. Dia menatap Landy dan berkata, "Landy, apa benar Dewa C akan mengobati Hana?"Landy tersenyum. Wenny yang diberi obat kemarin menghilang bersama Pak Fendy. Keduanya pasti sangat bergairah satu sama lain.Asalkan berhasil mendapatkan Wenny, Fendy akan merekomendasikan Dewa C untuk mengobati Hana.Landy tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Pak Fendy akan membawa kabar baik nanti."Landy duduk di pangkuan Andy. Sebagai CEO perusahaan, Andy tampan dan berwibawa seperti pria paruh baya. Landy merangkul leher Andy dan berkata, "Sayang, aku mengundang Dewa C ke sini. Bagaimana kamu mau menghadiahiku?"Andy mengulurkan tangan dan mencubit hidungnya, "Bukankah aku sudah menghadiahimu tadi malam? Apa kamu belum puas?"Landy melotot padanya dan mengeluarkan sebotol pil KB. "Sayang, aku tidak mau makan ini lagi. Aku mau hamil. Aku mau lahirkan seorang putra untukmu."Wajah Andy berubah.Selama bertahun-tahun pernikahannya, Landy tidak pernah

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 18

    Entah sejak kapan, Wenny datang dan berdiri di sana dengan tenang, sepasang matanya yang jernih menyaksikan kepanikan dan rasa malunya.Landy tercengang.Fendy segera bergegas ke sisi Wenny dan berkata sambil tersenyum seperti budak, "Nona Wenny."Wenny mengeluarkan sebuah pulpen, lalu mengangkat tangannya dan melemparkannya langsung ke kolam di luar, "Pak Fendy, pulpenku hilang.""Nona Wenny, aku akan bantu carikan untukmu."Fendy berlari keluar, tanpa peduli dinginnya air, dia melompat ke dalam kolam.Landy mendekat dan melihat adegan itu dengan tak percaya.Fendy menjulurkan kepalanya keluar dari kolam. Tubuhnya basah kuyup dan memegang pena di tangannya. Dia menatap Wenny seolah-olah sedang menawarkan harta karun. "Nona Wenny, aku menemukan pena itu."Landy memandang Wenny seperti iblis.Wenny mengangkat sudut bibirnya, "Kenapa? Apa kamu tidak mengenaliku?"Landy bingung, dia tidak tahu apa yang telah dilakukan Wenny pada Pak Fendy, Fendy tampak seperti anjing.Wenny, "Sebenarnya a

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 19

    Apa?Ekspresi Hana dan Landy berubah.Wenny menatap Hana dan pura-pura terkejut, "Jangan-jangan Pak Hendro tidak memberitahumu kalau dia berciuman denganku tadi malam?"Wenny mengenang dengan serius, "Tadi malam, aku dan Pak Hendro berciuman dengan kasar dan tanpa keterampilan apa pun. Keterampilan berciumannya sangat buruk, sampai aku curiga kalau Pak Hendro sama sekali tidak tahu cara berciuman."Hana menatap Hendro dengan kaget. Dia benaran berciuman dengan Wenny?Wajah Hendro berubah dingin, tak seorang pun tahu apakah itu karena Wenny sengaja memberi tahu Hana bahwa mereka berciuman atau karena dia mengatakan di depan umum kalau kemampuan berciumannya terlalu buruk. Bagaimanapun, tatapannya yang dingin menatap Wenny dengan muram dan galak."Wenny!"Hendro memanggil namanya dengan kesal.Wenny mencibir. Kenapa? Apa dia kesal dengan apa yang dikatakannya pada Hana?Mata Wenny tertuju pada Hendro, "Kenapa kamu teriak-teriak? Kemampuan berciumanmu buruk sekali. Aku tidak mau buang-bua

Bab terbaru

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 50

    Pada babak pertama, Hendro terpilih menjadi pemain utama dan suasana langsung menjadi semarak.Susan mengangkat sudut bibirnya sambil menatap Hendro, "Pak Hendro, mari kita bermain Jujur. Bolehkah aku bertanya, apakah kamu sudah pernah berhubungan seks dengan istrimu?"Semua orang yang hadir, kecuali Steve yang baru saja pulang dari luar negeri, tahu bahwa Wenny adalah istrinya Hendro.Susan sengaja bertanya apakah Hendro telah menyentuh Wenny.Pria kaya di meja itu menikmati kesenangan dan mulai bersiul.Susan melirik Wenny dengan pandangan sinis, "Pak Hendro, kamu dan istrimu sudah menikah selama tiga tahun. Jangan-jangan kamu belum menyentuh istrimu? Seberapa tidak sukanya kamu dengan istrimu ini?"Hana pun menatap Wenny dengan pandangan merendahkan dan arogan, "Aku sudah bilang pada Hendro, jangan menyentuh istrinya, jadi Hendro tidak mungkin menyentuhnya."Susan dan Hana bekerja sama untuk mempermalukan Wenny.Alex dan pria kaya lainnya mulai mendesaknya, "Kak Hendro, tolong jawab

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 49

    Wenny melihat Hendro dan Hana. Hana telah keluar dari rumah sakit, kini berdiri dengan anggun di samping Hendro sambil merangkulnya. Keduanya sangat serasi dan sangat mesra.Fany mendengus dingin, "Wenny, Pak Hendro memang mencintai Hana. Hana telah bertindak pada Bu Lisa, tapi Pak Hendro menganggap tidak terjadi apa-apa dan kembali bersama Hana."Wenny tidak menyangka akan bertemu Hendro dan Hana di bar. Melihat mereka berdua begitu cepat berbaikan, Wenny tidak menunjukkan keterkejutan apa pun. Dia tersenyum pada Fany, "Apakah ini hari pertama kamu tahu Hendro mencintai Hana?"Dulu Wenny bakal merasa kecewa, tetapi sekarang dia sudah mati rasa.Saat ini juga, terdengar suara sepatu hak tinggi, "Pak Hendro, Hana, kebetulan sekali."Wenny mendongak dan menemukan Susan juga datang.Malam ini Susan mengenakan gaun halter hitam, yang serasi dengan rambut keriting dan bibir merahnya, membuatnya tampak sangat menawan.Pandangan Susan tertuju pada Hendro, matanya berbinar dan jantungnya berde

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 48

    Seberapa sakitnya yang dia rasakan saat itu?Hendro memeluk pinggangnya yang lembut. Dia mengaku sedikit lebih sayang padanya.Hendro menundukkan kepala dan mendekatkan wajahnya. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Dia berbisik padanya, "Wenny, apa aku menyakitimu? Maafkan aku."Hendro berbisik meminta maaf padanya.Wenny yang sedang tidur tidak bereaksi. Dia bernapas tenang, seolah-olah setiap helai rambutnya terasa manis dan lembut.Tenggorokan Hendro serasa terbakar bara api. Dia tak berani menatap tubuhnya yang menggoda, tetapi dia tak terkendali menundukkan kepala, ingin mencium rambutnya yang harum dan lembut.Saat hendak menciumnya, Wenny mengerang dan perlahan membuka matanya.Wenny terbangun.Hendro tiba-tiba tersadar. Dia terkejut dan tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya.Dia hendak mencium rambut Wenny!Hendro pernah melihat berbagai macam wanita cantik, tapi kini Wenny telah membutakannya dengan nafsu.Hendro segera melepaskannya, menyingkap selimut dan tur

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 47

    Hendro mengingatkannya bahwa di sini berbahaya dan memintanya untuk segera pergi.Kalau orang-orang di belakang menemukannya, gadis itu juga tidak bisa kabur.Namun, gadis itu tidak pergi. Sebaliknya, dia menyeret Hendro dengan susah payah ke sebuah gua tersembunyi.Gadis itu berkata padanya, "Kakak, di sini sangat aman. Orang-orang itu tidak akan menemukan kita."Hendro menatap gadis itu. Gadis itu masih sangat kecil, saat itu sudah musim dingin, tetapi dia hanya mengenakan gaun tipis yang sudah pudar warnanya. Dia tampak sudah lama sendirian di hutan dan satu-satunya yang menemaninya adalah boneka di tangannya.Hendro terluka parah dan merasa sangat kedinginan.Pada saat ini, gadis itu mengulurkan tangan dan memeluknya, "Kakak, apakah kamu kedinginan? Kalau aku memelukmu seperti ini, kamu tidak akan kedinginan lagi."Dia melihat mata gadis itu, begitu jernih dan cemerlang.Hendro bertanya padanya, "Kenapa kamu sendirian di sini? Di mana rumahmu? Di mana orang tuamu?"Gadis itu terdia

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 46

    Wenny pun membalut lukanya, tapi luka Hendro malah terinfeksi dan dia pun mengalami demam tinggi saat tidur.Hendro merasa kedinginan. Wenny menyalakan AC dan menyelimutinya dengan beberapa selimut, tetapi dia tetap merasa kedinginan. Keringat dingin membasahi dahinya dan bibirnya sangat pucat.Wenny merasa Hendro pantas mendapatkannya. Kenapa dia tidak merawat lukanya saat membawa Hana ke rumah sakit?Wenny memberinya suntikan, tetapi dia harus menahan demam tingginya sendiri.Dia akan baik-baik saja setelah demam tingginya mereda.Wenny menyingkap selimut dan berbaring di sebelahnya.Tubuh Hendro sangat dingin, bagaikan es batu, yang memancarkan hawa dingin yang menusuk.Wenny tidak dapat mengabaikannya, jadi dia menggigit bibirnya, berinisiatif menggerakkan tubuh mendekatinya.Hendro memunggunginya, Wenny menghindari luka-lukanya dan memeluknya dari belakang.Hendro merasakannya. Wenny berbaring di sampingnya, sedang memeluknya, kehangatan tubuhnya perlahan-lahan menyebar ke tubuh H

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 45

    Wenny merapikan kemeja putihnya lalu berbalik menatap Hendro.Ponsel ditaruh di meja samping ranjang. Hendro tidak melihat atau menjawabnya, hanya biarkan nada dering terus berdering.Dia tidak menjawab panggilan Hana.Mungkin ini pertama kalinya.Hendro yang bertubuh tinggi berdiri dan melepas jas hitamnya.Dia mengenakan kemeja putih dengan bercak darah besar di punggungnya. Wenny teringat cambuk yang dicambukkan Nenek di punggungnya.Padahal cambuk itu sudah mencabik kulitnya, tapi pria ini tegar dan tidak menunjukkan rasa sakit di wajahnya.Cedera ini harus diobati, kalau tidak akan terinfeksi.Wenny berkata, "Aku akan mengambil perlengkapan medis dan bantu mengobati luka di punggungmu."Hendro menatapnya sambil tersenyum, "Bukankah kamu baru saja mengabaikanku?"Wenny membungkuk dan mengeluarkan kotak obat, "Aku hanya tidak ingin Nenek khawatir."Hendro duduk di ranjang, Wenny, "Lepaskan bajumu."Hendro menanggalkan bajunya dengan patuh, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang be

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 44

    Kenapa kamu mengabaikanku?Hendro tampak sedang membujuknya.Pria dengan status, kedudukan dan kekuasaan seperti Hendro, asal dia mau merendahkan diri untuk merayu wanita, bisa dengan mudah memberikan ilusi cinta mendalam dan memikat orang hingga jatuh hati padanya.Namun, Wenny sadar, karena dia tahu betul bahwa cinta Hendro tidak akan pernah diberikan padanya.Hendro berikan semuanya pada Hana.Wenny menyipitkan matanya dan mencoba untuk bangun, "Lepaskan aku!"Senyum Hendro makin terlihat jelas, "Kamu marah?"Wenny merasa lucu, "Kenapa aku harus marah?"Hendro, "Hari ini aku terlalu kuat, apakah pinggangmu terbentur?"Wenny membantah, "Tidak."Tangan Hendro jatuh di pinggang Wenny, menggenggamnya lembut dan bertanya dengan suara pelan, "Apakah di sini?"Di sana.Ketika mandi tadi, Wenny melihat pinggangnya memar. Mungkin butuh waktu lama untuk menghilangkannya sepenuhnya.Sekarang, bagian yang terluka itu dipegang dengan lembut di telapak tangannya. Telapak tangan Hendro hangat dan

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 43

    Bu Lisa berkata penuh kasih, "Cepat pergi."Wenny pun pergi.Hendro datang ke samping ranjang, Bu Lisa memaki, "Kenapa kamu kembali? Segera keluar dari sini!"Hendro mengerutkan bibirnya dan meminta maaf dengan tulus, "Nenek, aku salah. Maafkan aku."Sikap Bu Lisa segera mereda, "Aku tidak butuh permintaan maafmu, orang yang harusnya kamu minta maaf itu Wenny!""Benar sekali, Pak. Kamu malah pergi membawa Hana. Saat Bu Lisa pingsan, Nyonya Muda yang merawatnya! Bapak seperti anak yang diadopsi, Nyonya Muda barulah anak kandungnya," kata Pak Yudi kesal.Hendro, "…""Kamu bahkan mendorong Wenny, pinggang Wenny terbentur meja! Semua orang bilang anak yang baik bisa mendapat permen, jangan kira Wenny tidak sakit hanya karena dia tidak menangis.""Pak, kamu harus berhati nurani. Jangan menindas Nyonya Muda seperti ini!"Bu Lisa dan Pak Yudi terus menyalahkan Hendro.Hendro, "…"Hendro melirik ke arah perginya Wenny, lalu berkata, "Nenek, kalau Nenek baik-baik saja, aku kembali ke kamar dulu

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 42

    Sebenarnya, saat di rumah tua, Wenny sudah menduga kalau Hana yang mengirim foto tersebut.Tadi di bangsal, Wenny berusaha mengelabui Hana, agar Hana mengungkapkan semuanya pada Hendro.Hendro menutup telepon dan menatap Wenny.Tatapan Wenny dingin, dia tersenyum ironis, "Pak Hendro, kayaknya harus mengecewakanmu. Bukan aku yang mengirim foto itu, melainkan Hana."Hendro mengerutkan kening dan tidak berkata apa-apa.Wenny pun pergi.Namun, ketika sudah sampai di sisinya, Hendro tiba-tiba meraih lengannya.Wenny secara refleks mendorongnya menjauh. Dia tidak ingin melakukan kontak fisik apa pun dengannya."Setelah kamu pergi, Nenek sangat marah hingga pingsan. Dia masih memanggil namamu saat tidur. Kembalilah dan temui Nenek saat ada waktu."Selesai berkata, Wenny pun pergi.Sutinah datang dan berbisik, "Pak, sepertinya Nyonya salah paham. Sebenarnya, kamu tidak sepenuhnya memercayai kata-kata Hana, kamu berdiri di luar dan tidak pergi. Meski Nyonya tidak meneleponmu, kamu juga bisa men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status