Vila Keluarga Cladia.Andy duduk di sofa ruang tamu. Dia menatap Landy dan berkata, "Landy, apa benar Dewa C akan mengobati Hana?"Landy tersenyum. Wenny yang diberi obat kemarin menghilang bersama Pak Fendy. Keduanya pasti sangat bergairah satu sama lain.Asalkan berhasil mendapatkan Wenny, Fendy akan merekomendasikan Dewa C untuk mengobati Hana.Landy tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Pak Fendy akan membawa kabar baik nanti."Landy duduk di pangkuan Andy. Sebagai CEO perusahaan, Andy tampan dan berwibawa seperti pria paruh baya. Landy merangkul leher Andy dan berkata, "Sayang, aku mengundang Dewa C ke sini. Bagaimana kamu mau menghadiahiku?"Andy mengulurkan tangan dan mencubit hidungnya, "Bukankah aku sudah menghadiahimu tadi malam? Apa kamu belum puas?"Landy melotot padanya dan mengeluarkan sebotol pil KB. "Sayang, aku tidak mau makan ini lagi. Aku mau hamil. Aku mau lahirkan seorang putra untukmu."Wajah Andy berubah.Selama bertahun-tahun pernikahannya, Landy tidak pernah
Entah sejak kapan, Wenny datang dan berdiri di sana dengan tenang, sepasang matanya yang jernih menyaksikan kepanikan dan rasa malunya.Landy tercengang.Fendy segera bergegas ke sisi Wenny dan berkata sambil tersenyum seperti budak, "Nona Wenny."Wenny mengeluarkan sebuah pulpen, lalu mengangkat tangannya dan melemparkannya langsung ke kolam di luar, "Pak Fendy, pulpenku hilang.""Nona Wenny, aku akan bantu carikan untukmu."Fendy berlari keluar, tanpa peduli dinginnya air, dia melompat ke dalam kolam.Landy mendekat dan melihat adegan itu dengan tak percaya.Fendy menjulurkan kepalanya keluar dari kolam. Tubuhnya basah kuyup dan memegang pena di tangannya. Dia menatap Wenny seolah-olah sedang menawarkan harta karun. "Nona Wenny, aku menemukan pena itu."Landy memandang Wenny seperti iblis.Wenny mengangkat sudut bibirnya, "Kenapa? Apa kamu tidak mengenaliku?"Landy bingung, dia tidak tahu apa yang telah dilakukan Wenny pada Pak Fendy, Fendy tampak seperti anjing.Wenny, "Sebenarnya a
Apa?Ekspresi Hana dan Landy berubah.Wenny menatap Hana dan pura-pura terkejut, "Jangan-jangan Pak Hendro tidak memberitahumu kalau dia berciuman denganku tadi malam?"Wenny mengenang dengan serius, "Tadi malam, aku dan Pak Hendro berciuman dengan kasar dan tanpa keterampilan apa pun. Keterampilan berciumannya sangat buruk, sampai aku curiga kalau Pak Hendro sama sekali tidak tahu cara berciuman."Hana menatap Hendro dengan kaget. Dia benaran berciuman dengan Wenny?Wajah Hendro berubah dingin, tak seorang pun tahu apakah itu karena Wenny sengaja memberi tahu Hana bahwa mereka berciuman atau karena dia mengatakan di depan umum kalau kemampuan berciumannya terlalu buruk. Bagaimanapun, tatapannya yang dingin menatap Wenny dengan muram dan galak."Wenny!"Hendro memanggil namanya dengan kesal.Wenny mencibir. Kenapa? Apa dia kesal dengan apa yang dikatakannya pada Hana?Mata Wenny tertuju pada Hendro, "Kenapa kamu teriak-teriak? Kemampuan berciumanmu buruk sekali. Aku tidak mau buang-bua
Stella adalah sepupu Hendro, dia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Hana.Ketika melihat Wenny, Stella langsung menunjukkan rasa jijik, "Wenny, Kak Hendro tidak menyukaimu, kamu datang untuk menyanjung nenekku lagi? Di Keluarga Jamil, hanya nenekku yang menyukaimu! Sungguh tidak tahu diri, seorang gadis desa menikahi Kak Hendro ketika Kak Hana pergi. Kamu benaran menganggap dirimu itu Nyonya Muda Keluarga Jamil. Kamu sama sekali tidak layak untuk Kak Hendro, cepat bercerai."Wenny sudah terbiasa. Anggota keluarga Hendro tidak menyukainya sama seperti teman-temannya.Wenny mengabaikan Stella dan langsung berjalan masuk ke rumah tua.Rambut Bu Lisa beruban. Dia dengan senang hati meraih tangan Wenny dan berkata, "Wenny, kenapa kamu tidak mengunjungi Nenek selama beberapa hari? Apa kamu tidak merindukan Nenek?"Itulah satu-satunya kehangatan yang Wenny rasakan di Keluarga Jamil, Bu Lisa sangat menyukainya.Wenny tersenyum memeluk Bu Lisa dengan manja, "Nenek, aku tentu merindukanmu
Kencan buta?Aura di sekitar Hendro tiba-tiba berubah dingin, dia mengangkat tangannya untuk membuka kancing kemejanya.Ding ding ding.Fany mengirim beberapa pesan Whatsapp berturut-turut, disertai pesan suara.Suara itu diputar secara otomatis, bergema jelas di ruangan itu."Wenny, lihatlah pria ini, dia seorang atlet angkat beban punya perut berotot. Apa kamu suka? Lain kali, kamu bisa tidur menyandar di perutnya.""Kalau ini sama ini, kudengar penurut dan pemalu. Sekilas terlihat sangat imut.""Ini, elit bisnis berkacamata, pria keren, apa mau minta dia berlutut dan menyanyikan lagu untukmu?""Wenny, ini haremmu, pilihlah sesukamu."Hendro tercengang.Dia mengerutkan bibirnya. Dia benaran tidak tahu bahwa Wenny memiliki harem sebanyak ini yang berisi pria-pria tampan.Saat ini, Wenny mengeluarkan ponselnya dan membalas pesan suara, "Oke, aku akan segera ke sana."Wenny berbalik dan melihat Hendro di belakangnya.Dia menyodorkan kertas di tangannya, "Pak Hendro, ini resep obat Nenek
Hendro tertegun.Wenny sedang berbaring di bawahnya, rambut hitamnya yang panjang terurai di atas seprai. Bu Lisa yang mendekorasi kamar pengantin, semua seprai berwarna merah. Warna merah membuat kulitnya yang putih bersinar dan tampak agak erotis.Kalau Wenny berbaring di bawah pria lain seperti ini...Hendro mengepalkan tangannya. Dia ingin menjelaskan bahwa dia meminta seseorang untuk mengantarkan obat, bukan untuk melakukan sesuatu lainnya.Namun, kata-kata itu hanya sampai di bibir, tidak bisa diungkapkan.Wenny menatapnya, "Minggir."Wenny memintanya minggir.Hendro tidak bergerak.Wenny mulai memberontak. Begitu memikirkan Hendro membawa Hana ke Vila Cempaka tadi malam, Wenny tidak ingin melakukan kontak fisik apa pun dengannya."Hendro, minggir! Kamu baru saja tidur dengan Hana tadi malam. Apa kamu sudah mandi?"Hendro tak bisa berkata.Dia meraih tangan Wenny dan menekannya ke ranjang sambil memperingatkannya dengan dingin, "Wenny, jangan bergerak!"Wenny tidak mau mendengark
Hendro mengerutkan kening, dia benaran lupa.Steve Lamin pulang dari luar negeri.Keluarga Jamil dan Keluarga Lamin selalu menjadi keluarga terkaya di Kota Livia. Kedua keluarga itu juga sahabat lama. Hendro dan Steve tentu juga sahabat baik sejak kecil.Steve pulang hari ini. Sekarang Hana, Alex, Stella dan yang lainnya ada di Bar 1996.Suara riang Stella pun terdengar, "Kak Hendro, cepatlah kemari."Stella menyukai Steve, impiannya adalah menikahinya. Namun, Steve memiliki standar yang sangat tinggi dan sulit bagi wanita mana pun untuk menarik perhatiannya.Hendro, "Aku akan segera ke sana."Hendro berdiri, sebenarnya Wenny keluar mencari pria juga bukan urusannya.Kenapa dia harus marah?Seorang gadis desa tidak punya urusan selain mencari pria, sungguh tidak masuk akal.Wenny tidak bisa berbanding dengan Hana.‘Main saja, biarkan saja dia bermain!’...Pada malam hari, sebuah mobil sport Ferrari melaju kencang di jalan, sambil mengeluarkan suara "brum", yang sangat keren.Fany yang
Terdengar suara dering ponsel. Itu panggilan dari Hendro.Mungkin untuk mendesaknya ke Bar 1996.Steve berbalik. Kota Livia adalah wilayah kekuasaan Hendro. Setelah tiba di bar, dia hanya perlu meminta Hendro untuk bantu cari tahu siapa pemilik Ferrari tersebut....Wenny melaju ke gang, Fany berkata dengan senang, "Wenny, kamu berhasil menyingkirkannya."Begitu kata-kata itu diucapkan, terdengar suara "bam" dan Ferrari itu langsung menabrak tembok.Kaki Wenny lemas. Sudah tiga tahun dia tidak ikut balapan. Hari ini bertemu lawan tangguh dengan kecepatan tinggi. Jantungnya berdebar kencang.Wenny dan Fany keluar dari mobil. Bagian depan mobil Ferrari itu penyok.Kaki Fany pun lemas, "Wenny, bagaimana ini?"Wenny kembali tenang dan berkata, "Tidak apa-apa. Aku akan menelepon sekretaris Hendro dan memintanya untuk mengurusnya."Wenny menghubungi Sutinah....Bar 1996.Steve tiba dan memasuki bilik mewah.Hendro duduk di kursi utama sofa, Steve duduk di sebelahnya. Kedua pria ini selalu m
Pada babak pertama, Hendro terpilih menjadi pemain utama dan suasana langsung menjadi semarak.Susan mengangkat sudut bibirnya sambil menatap Hendro, "Pak Hendro, mari kita bermain Jujur. Bolehkah aku bertanya, apakah kamu sudah pernah berhubungan seks dengan istrimu?"Semua orang yang hadir, kecuali Steve yang baru saja pulang dari luar negeri, tahu bahwa Wenny adalah istrinya Hendro.Susan sengaja bertanya apakah Hendro telah menyentuh Wenny.Pria kaya di meja itu menikmati kesenangan dan mulai bersiul.Susan melirik Wenny dengan pandangan sinis, "Pak Hendro, kamu dan istrimu sudah menikah selama tiga tahun. Jangan-jangan kamu belum menyentuh istrimu? Seberapa tidak sukanya kamu dengan istrimu ini?"Hana pun menatap Wenny dengan pandangan merendahkan dan arogan, "Aku sudah bilang pada Hendro, jangan menyentuh istrinya, jadi Hendro tidak mungkin menyentuhnya."Susan dan Hana bekerja sama untuk mempermalukan Wenny.Alex dan pria kaya lainnya mulai mendesaknya, "Kak Hendro, tolong jawab
Wenny melihat Hendro dan Hana. Hana telah keluar dari rumah sakit, kini berdiri dengan anggun di samping Hendro sambil merangkulnya. Keduanya sangat serasi dan sangat mesra.Fany mendengus dingin, "Wenny, Pak Hendro memang mencintai Hana. Hana telah bertindak pada Bu Lisa, tapi Pak Hendro menganggap tidak terjadi apa-apa dan kembali bersama Hana."Wenny tidak menyangka akan bertemu Hendro dan Hana di bar. Melihat mereka berdua begitu cepat berbaikan, Wenny tidak menunjukkan keterkejutan apa pun. Dia tersenyum pada Fany, "Apakah ini hari pertama kamu tahu Hendro mencintai Hana?"Dulu Wenny bakal merasa kecewa, tetapi sekarang dia sudah mati rasa.Saat ini juga, terdengar suara sepatu hak tinggi, "Pak Hendro, Hana, kebetulan sekali."Wenny mendongak dan menemukan Susan juga datang.Malam ini Susan mengenakan gaun halter hitam, yang serasi dengan rambut keriting dan bibir merahnya, membuatnya tampak sangat menawan.Pandangan Susan tertuju pada Hendro, matanya berbinar dan jantungnya berde
Seberapa sakitnya yang dia rasakan saat itu?Hendro memeluk pinggangnya yang lembut. Dia mengaku sedikit lebih sayang padanya.Hendro menundukkan kepala dan mendekatkan wajahnya. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Dia berbisik padanya, "Wenny, apa aku menyakitimu? Maafkan aku."Hendro berbisik meminta maaf padanya.Wenny yang sedang tidur tidak bereaksi. Dia bernapas tenang, seolah-olah setiap helai rambutnya terasa manis dan lembut.Tenggorokan Hendro serasa terbakar bara api. Dia tak berani menatap tubuhnya yang menggoda, tetapi dia tak terkendali menundukkan kepala, ingin mencium rambutnya yang harum dan lembut.Saat hendak menciumnya, Wenny mengerang dan perlahan membuka matanya.Wenny terbangun.Hendro tiba-tiba tersadar. Dia terkejut dan tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya.Dia hendak mencium rambut Wenny!Hendro pernah melihat berbagai macam wanita cantik, tapi kini Wenny telah membutakannya dengan nafsu.Hendro segera melepaskannya, menyingkap selimut dan tur
Hendro mengingatkannya bahwa di sini berbahaya dan memintanya untuk segera pergi.Kalau orang-orang di belakang menemukannya, gadis itu juga tidak bisa kabur.Namun, gadis itu tidak pergi. Sebaliknya, dia menyeret Hendro dengan susah payah ke sebuah gua tersembunyi.Gadis itu berkata padanya, "Kakak, di sini sangat aman. Orang-orang itu tidak akan menemukan kita."Hendro menatap gadis itu. Gadis itu masih sangat kecil, saat itu sudah musim dingin, tetapi dia hanya mengenakan gaun tipis yang sudah pudar warnanya. Dia tampak sudah lama sendirian di hutan dan satu-satunya yang menemaninya adalah boneka di tangannya.Hendro terluka parah dan merasa sangat kedinginan.Pada saat ini, gadis itu mengulurkan tangan dan memeluknya, "Kakak, apakah kamu kedinginan? Kalau aku memelukmu seperti ini, kamu tidak akan kedinginan lagi."Dia melihat mata gadis itu, begitu jernih dan cemerlang.Hendro bertanya padanya, "Kenapa kamu sendirian di sini? Di mana rumahmu? Di mana orang tuamu?"Gadis itu terdia
Wenny pun membalut lukanya, tapi luka Hendro malah terinfeksi dan dia pun mengalami demam tinggi saat tidur.Hendro merasa kedinginan. Wenny menyalakan AC dan menyelimutinya dengan beberapa selimut, tetapi dia tetap merasa kedinginan. Keringat dingin membasahi dahinya dan bibirnya sangat pucat.Wenny merasa Hendro pantas mendapatkannya. Kenapa dia tidak merawat lukanya saat membawa Hana ke rumah sakit?Wenny memberinya suntikan, tetapi dia harus menahan demam tingginya sendiri.Dia akan baik-baik saja setelah demam tingginya mereda.Wenny menyingkap selimut dan berbaring di sebelahnya.Tubuh Hendro sangat dingin, bagaikan es batu, yang memancarkan hawa dingin yang menusuk.Wenny tidak dapat mengabaikannya, jadi dia menggigit bibirnya, berinisiatif menggerakkan tubuh mendekatinya.Hendro memunggunginya, Wenny menghindari luka-lukanya dan memeluknya dari belakang.Hendro merasakannya. Wenny berbaring di sampingnya, sedang memeluknya, kehangatan tubuhnya perlahan-lahan menyebar ke tubuh H
Wenny merapikan kemeja putihnya lalu berbalik menatap Hendro.Ponsel ditaruh di meja samping ranjang. Hendro tidak melihat atau menjawabnya, hanya biarkan nada dering terus berdering.Dia tidak menjawab panggilan Hana.Mungkin ini pertama kalinya.Hendro yang bertubuh tinggi berdiri dan melepas jas hitamnya.Dia mengenakan kemeja putih dengan bercak darah besar di punggungnya. Wenny teringat cambuk yang dicambukkan Nenek di punggungnya.Padahal cambuk itu sudah mencabik kulitnya, tapi pria ini tegar dan tidak menunjukkan rasa sakit di wajahnya.Cedera ini harus diobati, kalau tidak akan terinfeksi.Wenny berkata, "Aku akan mengambil perlengkapan medis dan bantu mengobati luka di punggungmu."Hendro menatapnya sambil tersenyum, "Bukankah kamu baru saja mengabaikanku?"Wenny membungkuk dan mengeluarkan kotak obat, "Aku hanya tidak ingin Nenek khawatir."Hendro duduk di ranjang, Wenny, "Lepaskan bajumu."Hendro menanggalkan bajunya dengan patuh, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang be
Kenapa kamu mengabaikanku?Hendro tampak sedang membujuknya.Pria dengan status, kedudukan dan kekuasaan seperti Hendro, asal dia mau merendahkan diri untuk merayu wanita, bisa dengan mudah memberikan ilusi cinta mendalam dan memikat orang hingga jatuh hati padanya.Namun, Wenny sadar, karena dia tahu betul bahwa cinta Hendro tidak akan pernah diberikan padanya.Hendro berikan semuanya pada Hana.Wenny menyipitkan matanya dan mencoba untuk bangun, "Lepaskan aku!"Senyum Hendro makin terlihat jelas, "Kamu marah?"Wenny merasa lucu, "Kenapa aku harus marah?"Hendro, "Hari ini aku terlalu kuat, apakah pinggangmu terbentur?"Wenny membantah, "Tidak."Tangan Hendro jatuh di pinggang Wenny, menggenggamnya lembut dan bertanya dengan suara pelan, "Apakah di sini?"Di sana.Ketika mandi tadi, Wenny melihat pinggangnya memar. Mungkin butuh waktu lama untuk menghilangkannya sepenuhnya.Sekarang, bagian yang terluka itu dipegang dengan lembut di telapak tangannya. Telapak tangan Hendro hangat dan
Bu Lisa berkata penuh kasih, "Cepat pergi."Wenny pun pergi.Hendro datang ke samping ranjang, Bu Lisa memaki, "Kenapa kamu kembali? Segera keluar dari sini!"Hendro mengerutkan bibirnya dan meminta maaf dengan tulus, "Nenek, aku salah. Maafkan aku."Sikap Bu Lisa segera mereda, "Aku tidak butuh permintaan maafmu, orang yang harusnya kamu minta maaf itu Wenny!""Benar sekali, Pak. Kamu malah pergi membawa Hana. Saat Bu Lisa pingsan, Nyonya Muda yang merawatnya! Bapak seperti anak yang diadopsi, Nyonya Muda barulah anak kandungnya," kata Pak Yudi kesal.Hendro, "…""Kamu bahkan mendorong Wenny, pinggang Wenny terbentur meja! Semua orang bilang anak yang baik bisa mendapat permen, jangan kira Wenny tidak sakit hanya karena dia tidak menangis.""Pak, kamu harus berhati nurani. Jangan menindas Nyonya Muda seperti ini!"Bu Lisa dan Pak Yudi terus menyalahkan Hendro.Hendro, "…"Hendro melirik ke arah perginya Wenny, lalu berkata, "Nenek, kalau Nenek baik-baik saja, aku kembali ke kamar dulu
Sebenarnya, saat di rumah tua, Wenny sudah menduga kalau Hana yang mengirim foto tersebut.Tadi di bangsal, Wenny berusaha mengelabui Hana, agar Hana mengungkapkan semuanya pada Hendro.Hendro menutup telepon dan menatap Wenny.Tatapan Wenny dingin, dia tersenyum ironis, "Pak Hendro, kayaknya harus mengecewakanmu. Bukan aku yang mengirim foto itu, melainkan Hana."Hendro mengerutkan kening dan tidak berkata apa-apa.Wenny pun pergi.Namun, ketika sudah sampai di sisinya, Hendro tiba-tiba meraih lengannya.Wenny secara refleks mendorongnya menjauh. Dia tidak ingin melakukan kontak fisik apa pun dengannya."Setelah kamu pergi, Nenek sangat marah hingga pingsan. Dia masih memanggil namamu saat tidur. Kembalilah dan temui Nenek saat ada waktu."Selesai berkata, Wenny pun pergi.Sutinah datang dan berbisik, "Pak, sepertinya Nyonya salah paham. Sebenarnya, kamu tidak sepenuhnya memercayai kata-kata Hana, kamu berdiri di luar dan tidak pergi. Meski Nyonya tidak meneleponmu, kamu juga bisa men