Wenny mengangkat kelopak matanya untuk melihat Hendro. “Nggak usah, aku akan pergi malam ini.”Wenny ingin melepaskan lengannya dari pergelangan tangan Hendro. Hanya saja, jari tangan panjang dan dingin Hendro masih mencengkeramnya. Tenaga kuat itu membuat Wenny tidak bisa bergerak. Pada saat ini, Hendro berkata, “Besok kamu pergi melapor ke Universitas Cestana.”Wenny terbengong. “Kenapa?”“Aku daftarin kamu di Universitas Cestana. Aku sudah atur semuanya. Kamu kuliah jurusan kedokteran di sana.”Wenny terdiam membisu. Hendro malah ingin Wenny kuliah kedokteran di Universitas Cestana?Pada suatu hari nanti, apa Hendro bakal memikirkan kembali apa yang sudah dikatakannya ini?“Aku nggak mau!” tolak Wenny dengan langsung.Hendro mengerutkan kening tampannya. “Wenny, Universitas Cestana itu universitas ternama, bukan sembarang orang bisa kuliah di sana. Kesempatan ini sangat langka. Aku tahu kamu sudah nggak sekolah sejak umur 16 tahun. Sekarang aku kasih kamu kesempatan untuk kuliah.
Sebenarnya, beberapa tahun ini Wenny juga sudah terbiasa untuk hidup terlantar. Dia juga sudah dewasa. Hanya saja, ternyata dibandingkan dengan penderitaan, kehangatan terasa lebih menyayat hati.Bu Lisa mengulurkan tangan untuk memeluk Wenny. Dia seperti sedang menghibur anak kecil saja, menepuk punggung Wenny dengan perlahan. “Dasar anak bodoh, kenapa kamu begitu sungkan sama Nenek?”“Nenek, ada yang ingin aku bicarakan sama Nenek.”“Katakanlah, masalah apa?”Hendro yang berdiri di luar pintu sedang menatap Wenny. Wenny sedang bersandar di atas pundak Lisa. Bulu matanya kelihatan sedikit gemetar. Air mata pun menetes tanpa mengeluarkan suara. “Nenek, aku nggak bisa tinggal di sini lagi. Aku mesti pergi.”Bu Lisa merasa syok. “Kenapa? Apa si Hendro menindasmu lagi? Aku hajar dia sekarang!”Pak Yudi segera menyerahkan kemoceng. “Nyonya, pakai ini!”Bu Lisa mengambilnya. “Wenny, kamu jangan pergi. Atas dasar apa kamu yang pergi? Aku akan suruh dia pergi!”Hendro yang berada di luar pin
Wenny hanyalah pengantin pengganti saja. Semua ini hanyalah sebuah kecelakaan. Hendro mengaku dirinya pernah terpana dengan Wenny, tetapi Hendro tidak menyukainya.Orang yang dia sukai adalah Hana.Orang yang dia inginkan juga adalah Hana.Hendro tidak suka terombang-ambing di tengah dua wanita. Jadi, dia mengakhiri hubungannya dengan Wenny!…Pada larut malam, Fany mendengar suara ketuk pintu. Dia membungkus tubuhnya dengan pakaian, lalu pergi membuka pintu. “Siapa?”Orang yang berdiri di luar adalah Wenny. Wenny tidak mengambil apa-apa, hanya ada rompi berwarna kuning hasil rajutan Lisa di tangannya. Dia pun menatap Fany dengan tersenyum getir sembari berkata, “Fany, aku nggak punya rumah lagi. Apa kamu bisa tampung aku?”Fany segera menarik Wenny ke dalam rumah. Tangan Wenny terasa sangat dingin. Dia mengusap tangan Wenny. “Wenny, ada apa ini? Kenapa kamu keluar sendirian di tengah malam? Nggak aman banget, lho.”Wenny tersenyum. “Hari ini Hana jatuh dari atas tangga. Dia nggak izi
Sekarang Angga sedang berdiri, sedangkan Wenny sedang duduk. Sesuai logika, seharusnya aura Angga lebih bisa menekan Wenny.Namun, Wenny duduk dengan tubuh tegak. Matanya yang jernih diam-diam mengamati Angga. Aura tenang yang dimilikinya justru membuat Angga merasa tertekan.Angga membalas, “I … iya.”Eh, Angga merasa bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang sedang dia katakan? Selain Dewa C yang paling dia hormati dan cintai, tidak ada orang yang berani langsung memanggil nama Angga. Pengantin pengganti ini benar-benar tidak tahu sopan santun.Angga hendak mengomeli Wenny. “Kamu ….”Hanya saja, Wenny berbicara lagi. Dia mengangguk sembari berkata, “Oke, kamu mulai pelajaran sana.”Angga terbengong sejenak. Eh! Sebenarnya siapa yang guru, siapa yang murid? Wenny malah memerintahnya!Hanya saja, di bawah tatapan Wenny, tubuh Angga jadi tidak terkendali. Tubuhnya berputar, langsung berjalan ke sisi podium. Dia mengambil kapur dan memulai pelajaran.‘Astaga! Kenapa aku malah menuruti
Saat ini, ada dua orang yang tinggal di asrama wanita ini. Satunya adalah Wenny dan satunya lagi adalah Yuvi Anggraini.Yuvi melihat Wenny dengan gembira. “Apa kamu Wenny? Namaku Yuvi Anggraini. Kelak kita itu teman satu asrama.”Yuvi adalah seorang wanita aktif dan periang, hanya saja ada sebuah tanda lahir yang besar di wajah kanannya. Tanda lahir berwarna hitam kelihatan sangat mencolok mata di atas pipi putihnya.Ketika menyadari Wenny sedang melihat tanda lahirnya, Yuvi juga tidak menutupinya. “Tanda ini bawaan sejak lahir. Kata dokter, tanda lahir ini nggak bisa dihilangkan. Jadi, teman-teman sekolah diam-diam memberiku julukan cewek jelek. Nggak ada yang bersedia tinggal bareng aku.” Sambil berbicara, Yuvi sambil mengangkat pundaknya. “Kalau kamu nggak bersedia, kamu ….”Wenny pun tersenyum. “Kebetulan sekali, aku ini anak dari kampung. Anak kampungan dan cewek jelek itu pasangan yang sangat serasi. Sepertinya kita memang sudah ditakdirkan jadi teman tidur.”Wenny mengulurkan t
Malam ini Hendro kalah terus. Keberuntungannya sedang tidak berpihak padanya, sehingga raut wajahnya yang tampan tampak dingin dan kaku.Hana sedang melihat kartunya. Di sampingnya ada sebuah piring buah-buahan yang berisi aneka buah segar musiman. Dia mengulurkan tangan ramping dan anggunnya, memetik sebutir anggur besar berwarna ungu, lalu mengupas kulitnya. Setelah itu, dia menyodorkan daging buah yang berkilau dan berair ke bibir Hendro.Tanpa mengalihkan pandangannya dari kartu, Hendro langsung membuka mulut dan memakan anggur yang disuapkan oleh Hana.Hana bersandar manja di sisi Hendro. Dia melebarkan telapak tangannya dengan lembut untuk menampung biji anggur yang dimuntahkan Hendro. Dia sungguh mirip seperti seorang istri penuh perhatian yang senantiasa melayani Hendro.Kedua anak orang kaya itu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya hanya Pak Hendro saja yang bisa dilayani oleh cewek tercantik nomor satu di Kota Livia ini.”“Konon katanya, orang yang lagi dimabuk cinta bakal
Wenny melihat Stella yang duduk di sofa dari tadi. Stella juga tampak heboh dan sangat senang.Stella berkata sembari tersenyum, "Kak Hendro, Kak Hana, sekarang semuanya sedang senang. Jadi, aku ceritakan lelucon untuk kalian."Hana yang penasaran bertanya, "Lelucon apa?""Tentang Wenny," jawab Stella.Wenny yang berada di luar pintu tidak bisa berkata-kata. Sepertinya tidak cocok mengungkit tentang Wenny saat Hendro dan Hana sedang bergembira.Tadi Wenny masih merasa tidak bisa masuk ke dunia Hendro dan Hana. Sekarang malah ada orang yang memaksanya masuk.Stella berujar, "Hari ini hari pertama Wenny masuk ke Universitas Cestana. Tapi, dia langsung dijuluki dewa."Alex bertanya dengan ekspresi sinis, "Dia bisa dijuluki dewa?"Stella menyahut, "Tentu saja bisa. Dia dijuluki Dewa Tidur! Wenny tidur di Universitas Cestana seharian."Pfftz.Ha ha ha.Alex yang tertawa terlebih dahulu. Dia berucap, "Awalnya, aku masih nggak paham waktu Kak Hendro daftarkan Wenny ke Universitas Cestana. Se
Wenny sudah menarik Yuvi pergi. Mereka pun masuk ke toilet wanita. Mendengar rekaman suara yang dikirim Angga, Wenny membalas dengan singkat. [Angga, semangat.]Angga yang berada di ruang kerja merasa senang setelah diperhatikan gurunya. Dia mengirim rekaman suara lagi, "Oke. Guru, aku pasti semangat!"Wenny menyimpan ponsel ke dalam tasnya. Yuvi lalu menarik Wenny sambil berujar, "Wenny, ayo kita keluar."Mereka berdua berencana keluar. Namun, pintu toilet tiba-tiba dibuka. Dua orang berjalan masuk. Itu Hana dan Stella.Mereka juga datang ke toilet.Mereka berempat pun bertemu. Hana langsung tersenyum dan berucap, "Wenny, kenapa kamu ada di sini? Kudengar, Hendro mengusirmu dari kediaman Keluarga Jamil. Sekarang kamu tinggal di asrama Universitas Cestana?"Hana menang setelah jatuh dari tangga. Jadi, dia sudah tidak sabar ingin memamerkan kemenangannya pada Wenny yang kalah telak.Wenny mengangkat alisnya. Dia bukan hanya tidak marah, dia malah tertawa dan berkomentar, "Hana, aku ba
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie