"Kak, kamu dimana? Kenapa kamu seperti menghilang ditelan bumi, hiks... jika Kakak ingin balas dendam sama Syilla karena sudah beberapa kali ninggalin Kakak, silahkan! Syilla terima hukumannya, asalkan jangan tinggalin Bilal, dia butuh Kakak, hiks...hiks.." racau perempuan itu lelah, Syilla benar-benar sangat kelelahan sedari tadi menangis karena bingung, bagaimana caranya mendiamkan bayinya yang tiba-tiba rewel seperti itu.
Syilla sendiri tak menyangka jika Bilal malam ini rewel setelah bangun tidur tak melihat Daddy Izzu nya. Padahal saat bersama Darren, bayi itu penurut sekali tak pernah rewel dan tak pernah memeluk leher Ayahnya sendiri sebagai bentuk manja seorang anak pada Ayahnya. Anehnya saat bersama Izzuddin, Bilal seperti lupa jika bayi itu punya Ayah kandung.
"Hiks... hiks... maafin, Mom ya, Baby! Mom benar-benar tak becus menjaga dan merawatmu. Mom, nggak bisa jadi Ibu yang baik, Mom- ... hiks... ya Allah, jika Kau ingin menghukumku, hukum aku. Jangan put
[Adik, hiks.. Izzu, dik! Izzu.. hiks.. hiks..] Deg, seketika Syilla tertegun ketika mendengar tangisan histeris sang Kakak ipar begitu memilukan sambil memanggil-manggil nama Izzuddin, ada apa dengan Kak Izzu nya? Kenapa Ezha menangis histeris seperti itu? Syilla berfikir positive tingkink agar tak ikutan cemas, perempuan itu berusaha menenangkan Ezha diseberang sana. [Kakak tenang, ya! Memangnya Kak Izzu kenapa, Kak?] [Hiks... Izzu... hiks... hiks... Izzu ke-celakaan... hiks... dia... dia... me-meninggal... hiks..."] Pyarr.. Suara pecahan piring kini terdengar begitu nyaring, tangan Syilla seketika gemetar ketika memegang ponselnya hingga jatuh ke lantai. Lelehan air mata kini luruh sudah, dengan tatapan kosong Syilla mengelengkan kepala lemah, ini mimpi buruk baginya setelah lima hari lamanya Izzuddin tak pulang, kini ia harus mendengar berita yang membuatnya mati rasa. "Tidak mungkin... ini... tidak mungkin... hiks.." Brukk.. Syilla
Leon langsung keluar dari mobil dan memberi hormat pada lelaki itu lalu membuka pintu penumpang sebelah pengemudi, agar bisa melihat wanitanya disana. Sedetik kemudian wajah tampan itu tampak menyeramkan karena melihat keadaan Syilla tak sadarkan diri seperti ini. Leon langsung kesusahan menelan ludahnya sendiri, ketika ditatap tajam seperti itu, benar dugaannya Bosnya pasti akan marah, huff... tamat riwayatmu, Leon!! Cinta memang buta, tak peduli hal sekitar yang penting tetap bersamanya, seperti kedua kaki kita. Jika salah satu dari kaki kita patah maka kita akan kesusahan untuk berjalan bahkan berlari, begitupun cinta, jika salah satunya hilang maka yang satunya akan terluka. "Kau.." desis lelaki itu tajam, karena wanitanya dalam keadaan mengenaskan, lutut penuh lumuran darah bahkan ada pecahan beling menancap disana, rambutnya kusut tak berbentuk, wajah memerah, jejak air mata masih terlihat begitu jelas. "Hanya memberinya obat tidur, Bos! Maaf, Nona Syil
Syilla berkaca-kaca ketika melihat pantulannya sendiri dikaca besar kamar yang luas dan mewahnya minta ampun yang entah milik siapa? Seketika perempuan itu menjatuhkan tubuh mungil dilantai, dadanya terasa sesak, ia tak tahu apa yang terjadi? Yang ia ingat terakhir kali Leon membawanya untuk bertemu Darren? Tapi, ini bukan rumah Darren, karena lelaki itu tak pernah mau hidup mewah walaupun orang tuanya sebangsa konglomerat terpandang di China, lalu siapa gerangan pemilik Mansion mewah bak istana ini? Apakah Darren menjualnya? Lalu pada siapa? Setega itukah Darren padanya? Setega itukah lelaki itu menjual seorang wanita mungil yang sudah bersusah payah memberinya status seorang Ayah muda? Seketika, Syilla teringat calon suaminya yang dikabarkan meninggal karena kecelakaan tak terduga. Perempuan itu mengelengkan kepala menahan lara hatinya tak terkendali, Syilla tak ingin menikah dengan orang lain selain dengan Izzuddin Elbarak seorang. Jika disuruh menikah dengan jasa
Syilla langsung meloncat kearah lelaki itu untuk memeluknya erat, seseorang yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya, beruntung Izzuddin mempunyai refleks yang bagus sehingga lelaki itu hanya mundur selangkah saat tubuh mungil sang istri sudah ada dipelukan. Syilla memeluk leher lelakinya erat butiran kristal kini membasahi pipi tembamnya dengan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Izzuddin karena malu juga rindu. Melihat hal itu semua orang yang ada diruangan itu bersorak bahagia, para pemotrek pun tidak mau kelewatan mengabadikan moment ini, mungkin terlihat seperti kekanakkan tapi lihatlah mereka terpisah selama kurang lebih 5 hari, karena Izzuddin sibuk menyiapkan semua ini tanpa sepengetahuan Syilla dan Ezha yang memang suka menjahili adik laki-lakinya dan adik iparnya itu malah membuat skenario murahan. Alhasil, Syilla menjadi gila dadakan, untung nggak gila langsung masuk RSJ, bisa-bisa Izzuddin bisa ngamuk sama Kakak jahilnya itu.
Suasana malam pernikahan Izzuddin dan Syilla kini dipenuhi cinta kasih yang sangat kental, kebahagiaan hakiki tanpa halangan sedikitpun dengan digelar begitu meriah sekali. Kolega bisnis Elbarak, Huang fu, dan rekan bisnis Izzuddin sendiri dari belahan dunia datang semua karena tidak mau melewatkan menyambut pernikahan pengusaha muda sukses itu, bahkan teman seperguruan beladiri kelompok Izzuddin dan Syilla juga di undang. Syilla tampak bahagia sekali karena tepat dibawah bulan purnama yang sangat indah kini ikut merayakan kebahagiaan kedua insan saling mencintai itu, wajah Syilla terlihat berseri-seri ketika menyambut para tamunya, walaupun nyatanya ia tidak mengenal siapa mereka, yang ada di otaknya saat ini adalah berbagi kebahagiaan. Apa salahnya? Kedua belai pengantin itu duduk di singgasananya bak Raja dan Ratu yang menyambut kedatangan para rakyatnya. Izzuddin terlihat menampakkan wajah datar tanpa ekspresi ketika menyambut tamu-tamunya, tak ada yang heran jik
"Issh... Ayah diam saja deh! Bunda sebal tahu sama pria aneh itu, berani-beraninya dia sudah membuat menantu kita ketakutan. Masih untung juga kali kecebur kolam ikan daripada Izzu ngamuk sampai nendang dia secara tak terhormat." Bunda Vanya langsung berdecak kesal. "Bun, nggak boleh kayak ngitu, disini ada Ezha, masa Bunda ngajarin yang tidak baik sama putri kita, sih?" "Bunda nggak ngajarin kok, Yah. Ezha paling nggak suka kalau ada yang mengusik kebahagiaan adik-adiknya Ezha. Apa lagi sudah bikin Syilla ketakutan seperti itu. Kalau Ezha adalah Queen Frederich pasti malam ini juga udah Ezha acak-acak tuh muka jelek." Sulut Ezha tak terima, sampai mengibaratkan dirinya adalah Queen Frederich, yang dikenal wanita pembunuh handal. Syilla yang mendengar kata 'Queen Frederich' langsung melirik kearah Ezha, perempuan itu menunduk bingung karena yang Ezha sebut barusan nyatanya adik iparnya sendiri. Ternyata memang benar? Para masyarakat setempat akan meng
"Siapkan dirimu untuk nanti." Bisik Izzuddin penuh makna, membuat Syilla tersipu malu dan langsung mendorong suami mesumnya itu agar cepat-cepat keluar. Izzuddin tersenyum geli sambil melangkah mundur menjauh menuju pintu, saat ia sudah ada didepan kamar. Lelaki itu sudah menunjukan raut wajah dingin ketika bertemu dengan anak buahnya, tatapan tajam nan mematikan dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana. "Done." Ketus pemuda yang bernama Tiger itu tegas, singkat dan jelas. "Good." Di sebuah kamar mewah nan luas yang mampu menampung sekitar 50 orang itu, ada seorang wanita mungil masih berpakaian pengantin sedang clingak-clinguk bingung, karena kamar itu terlalu mewah dan luas untuknya. Syilla mencoba berkeliling kamar yang entah milik siapa? Tapi Izzuddin meninggalkannya di sini, berarti kamar pengantin ini milik mereka berdua, pikir Syilla polos. Syilla membuka pintu kaca dua sisi yang tertutup gorden biru laut dari
"Nggak mau, pokoknya belikan ini dulu." Ketus Syilla seolah tak menerima negoisasi. Pemuda itu menghela nafas kasar atas sifat keras kepala kekasihnya, maklumlah!! Syilla masih labil jadi apa-apa harus diajari berlahan-lahan dulu. Ini adalah sebuah tantangan bagi Izzuddin untuk menjinakkan gadis polos tapi bar-bar didepannya ini. "Okay-okay! Fiks kita beli cincin itu... tapi pakai cincin tunangan kita itu dulu, baru kita beli seperti yang kamu mau." "Beneran, ya! Jangan bohong, awas kalau bohong!!" "Iya, Tuan putri yang cerewetnya minta ampun." Mendengar geraman kesal Izzuddin, bukannya meringkuk ketakutan Syilla malah ketawa geli, membuat Izzuddin mendengus kesal. Ketika mengingat masa-masa itu Syilla ketawa sendiri, sampai berguling-guling diatas karpet busa seperti anak kecil mendapatkan mainan baru, tanpa peduli gaun pengantinnya rusak atau tidak. Sekitar setengah jam ketawa lucu hingga perutny