Leon langsung keluar dari mobil dan memberi hormat pada lelaki itu lalu membuka pintu penumpang sebelah pengemudi, agar bisa melihat wanitanya disana. Sedetik kemudian wajah tampan itu tampak menyeramkan karena melihat keadaan Syilla tak sadarkan diri seperti ini. Leon langsung kesusahan menelan ludahnya sendiri, ketika ditatap tajam seperti itu, benar dugaannya Bosnya pasti akan marah, huff... tamat riwayatmu, Leon!!
Cinta memang buta, tak peduli hal sekitar yang penting tetap bersamanya, seperti kedua kaki kita. Jika salah satu dari kaki kita patah maka kita akan kesusahan untuk berjalan bahkan berlari, begitupun cinta, jika salah satunya hilang maka yang satunya akan terluka.
"Kau.." desis lelaki itu tajam, karena wanitanya dalam keadaan mengenaskan, lutut penuh lumuran darah bahkan ada pecahan beling menancap disana, rambutnya kusut tak berbentuk, wajah memerah, jejak air mata masih terlihat begitu jelas.
"Hanya memberinya obat tidur, Bos! Maaf, Nona Syil
Syilla berkaca-kaca ketika melihat pantulannya sendiri dikaca besar kamar yang luas dan mewahnya minta ampun yang entah milik siapa? Seketika perempuan itu menjatuhkan tubuh mungil dilantai, dadanya terasa sesak, ia tak tahu apa yang terjadi? Yang ia ingat terakhir kali Leon membawanya untuk bertemu Darren? Tapi, ini bukan rumah Darren, karena lelaki itu tak pernah mau hidup mewah walaupun orang tuanya sebangsa konglomerat terpandang di China, lalu siapa gerangan pemilik Mansion mewah bak istana ini? Apakah Darren menjualnya? Lalu pada siapa? Setega itukah Darren padanya? Setega itukah lelaki itu menjual seorang wanita mungil yang sudah bersusah payah memberinya status seorang Ayah muda? Seketika, Syilla teringat calon suaminya yang dikabarkan meninggal karena kecelakaan tak terduga. Perempuan itu mengelengkan kepala menahan lara hatinya tak terkendali, Syilla tak ingin menikah dengan orang lain selain dengan Izzuddin Elbarak seorang. Jika disuruh menikah dengan jasa
Syilla langsung meloncat kearah lelaki itu untuk memeluknya erat, seseorang yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya, beruntung Izzuddin mempunyai refleks yang bagus sehingga lelaki itu hanya mundur selangkah saat tubuh mungil sang istri sudah ada dipelukan. Syilla memeluk leher lelakinya erat butiran kristal kini membasahi pipi tembamnya dengan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Izzuddin karena malu juga rindu. Melihat hal itu semua orang yang ada diruangan itu bersorak bahagia, para pemotrek pun tidak mau kelewatan mengabadikan moment ini, mungkin terlihat seperti kekanakkan tapi lihatlah mereka terpisah selama kurang lebih 5 hari, karena Izzuddin sibuk menyiapkan semua ini tanpa sepengetahuan Syilla dan Ezha yang memang suka menjahili adik laki-lakinya dan adik iparnya itu malah membuat skenario murahan. Alhasil, Syilla menjadi gila dadakan, untung nggak gila langsung masuk RSJ, bisa-bisa Izzuddin bisa ngamuk sama Kakak jahilnya itu.
Suasana malam pernikahan Izzuddin dan Syilla kini dipenuhi cinta kasih yang sangat kental, kebahagiaan hakiki tanpa halangan sedikitpun dengan digelar begitu meriah sekali. Kolega bisnis Elbarak, Huang fu, dan rekan bisnis Izzuddin sendiri dari belahan dunia datang semua karena tidak mau melewatkan menyambut pernikahan pengusaha muda sukses itu, bahkan teman seperguruan beladiri kelompok Izzuddin dan Syilla juga di undang. Syilla tampak bahagia sekali karena tepat dibawah bulan purnama yang sangat indah kini ikut merayakan kebahagiaan kedua insan saling mencintai itu, wajah Syilla terlihat berseri-seri ketika menyambut para tamunya, walaupun nyatanya ia tidak mengenal siapa mereka, yang ada di otaknya saat ini adalah berbagi kebahagiaan. Apa salahnya? Kedua belai pengantin itu duduk di singgasananya bak Raja dan Ratu yang menyambut kedatangan para rakyatnya. Izzuddin terlihat menampakkan wajah datar tanpa ekspresi ketika menyambut tamu-tamunya, tak ada yang heran jik
"Issh... Ayah diam saja deh! Bunda sebal tahu sama pria aneh itu, berani-beraninya dia sudah membuat menantu kita ketakutan. Masih untung juga kali kecebur kolam ikan daripada Izzu ngamuk sampai nendang dia secara tak terhormat." Bunda Vanya langsung berdecak kesal. "Bun, nggak boleh kayak ngitu, disini ada Ezha, masa Bunda ngajarin yang tidak baik sama putri kita, sih?" "Bunda nggak ngajarin kok, Yah. Ezha paling nggak suka kalau ada yang mengusik kebahagiaan adik-adiknya Ezha. Apa lagi sudah bikin Syilla ketakutan seperti itu. Kalau Ezha adalah Queen Frederich pasti malam ini juga udah Ezha acak-acak tuh muka jelek." Sulut Ezha tak terima, sampai mengibaratkan dirinya adalah Queen Frederich, yang dikenal wanita pembunuh handal. Syilla yang mendengar kata 'Queen Frederich' langsung melirik kearah Ezha, perempuan itu menunduk bingung karena yang Ezha sebut barusan nyatanya adik iparnya sendiri. Ternyata memang benar? Para masyarakat setempat akan meng
"Siapkan dirimu untuk nanti." Bisik Izzuddin penuh makna, membuat Syilla tersipu malu dan langsung mendorong suami mesumnya itu agar cepat-cepat keluar. Izzuddin tersenyum geli sambil melangkah mundur menjauh menuju pintu, saat ia sudah ada didepan kamar. Lelaki itu sudah menunjukan raut wajah dingin ketika bertemu dengan anak buahnya, tatapan tajam nan mematikan dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana. "Done." Ketus pemuda yang bernama Tiger itu tegas, singkat dan jelas. "Good." Di sebuah kamar mewah nan luas yang mampu menampung sekitar 50 orang itu, ada seorang wanita mungil masih berpakaian pengantin sedang clingak-clinguk bingung, karena kamar itu terlalu mewah dan luas untuknya. Syilla mencoba berkeliling kamar yang entah milik siapa? Tapi Izzuddin meninggalkannya di sini, berarti kamar pengantin ini milik mereka berdua, pikir Syilla polos. Syilla membuka pintu kaca dua sisi yang tertutup gorden biru laut dari
"Nggak mau, pokoknya belikan ini dulu." Ketus Syilla seolah tak menerima negoisasi. Pemuda itu menghela nafas kasar atas sifat keras kepala kekasihnya, maklumlah!! Syilla masih labil jadi apa-apa harus diajari berlahan-lahan dulu. Ini adalah sebuah tantangan bagi Izzuddin untuk menjinakkan gadis polos tapi bar-bar didepannya ini. "Okay-okay! Fiks kita beli cincin itu... tapi pakai cincin tunangan kita itu dulu, baru kita beli seperti yang kamu mau." "Beneran, ya! Jangan bohong, awas kalau bohong!!" "Iya, Tuan putri yang cerewetnya minta ampun." Mendengar geraman kesal Izzuddin, bukannya meringkuk ketakutan Syilla malah ketawa geli, membuat Izzuddin mendengus kesal. Ketika mengingat masa-masa itu Syilla ketawa sendiri, sampai berguling-guling diatas karpet busa seperti anak kecil mendapatkan mainan baru, tanpa peduli gaun pengantinnya rusak atau tidak. Sekitar setengah jam ketawa lucu hingga perutny
"Ngapain Kakak berdiri disitu?" Pekik Syilla garang, namun Izzuddin semakin gemas saja, di dekatinya sang istri dengan tatapan haus. Melihat tatapan tak biasa itu Syilla langsung memundurkan langkahnya takut-takut. "Stop!! Berhenti disitu atau--" "Atau apa?" "Atau... atau... ku pukul Kakak!" Ancamnya takut-takut. "Yakin cuma mau memukul, cuma menutupi area bawah saja." Tantang Izzuddin dengan nada menggoda sambil menunjuk dua gundukan kembar itu dengan alisnya. Syilla yang ketakutan seketika mengikuti arah pandang lelaki itu dan-- "Jangan lihat-lihat, dasar cab*l." Geram Syilla sengit sambil menahan malu, ia berusaha menutupi area sensitifnya dengan kedua tangannya. "Cab*l-cab*l begini juga suamimu kali... lagi pula apa susahnya cuma membuka kain saja ribet, biasanya liar seperti singa betina.." jawab Izzuddin enteng, membuat Syilla kesal dibuatnya. Karena posisinya sudah didekat pintu kamar mandi, Syilla langsung berlari masuk
"Dasar bawell.." potong Syilla geram, dan langsung menyerang Izzuddin yang sedari tadi tampak santai ditempatnya, dengan gesit lelaki itu menangkis serangan istri mungilnya, tak mau kalah Syilla mengambil sisi lengah lelakinya dengan mengunakan teknik merecoh musuh. Izzuddin tak menyadari hal itu karena ia tampak meremehkan gerakan Syilla yang dianggap itu hal biasa dalam pertandingan, terlihat wanita itu dengan lihai menyerang Izzuddin tanpa kenal lelah, wanita mungil itu dengan gesit mengunakan gerakan Eolgol (pukulan kepala), Moumtong (pukulan ulu hati), dan Arae (pukulan pinggang bawah) secara bersamaan, hingga Izzuddin tak fokus akan serangan itu karena Syilla dengan lihai merecoh suaminya dengan pesonanya yang tak pernah luntur sedari dulu, sehingga membuat lelaki itu langsung terjatuh ke lantai marmer. Akhirnya Syilla berhasil merecoh Izzuddin dengan gerakan merecoh musuh. Syilla tersenyum puas karena bisa membuat Izzuddin terjatuh, inilah yang dia mau, sedari
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d