Beranda / Romansa / Cinta Yang Sesungguhnya / 239. Ceritanya Panjang, Kamu Mau Dengerin Gak?

Share

239. Ceritanya Panjang, Kamu Mau Dengerin Gak?

Penulis: S.Rustandi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 14:13:31

Sarapan pagi ini di kediaman keluarga Dewangga ramai, karena adanya Metta dan Andrew. Selain Metta, semalam Andrew juga ikut menginap atas ajakan Soraya karena akhirnya mereka menikmati daging bakaran bersama-sama sambil berbincang banyak hal sampai hampir jam 10 malam.

Kini semuanya tampak mengobrol dengan begitu santai di meja makan sambil menikmati sarapan mereka.

Meski begitu tapi Metta masih sedikit merasa canggung karena ia kembali berteman dengan Andrew setelah obrolan mereka semalam.

“Kalian pulang siangan aja ya, nanti sepi lagi nih di sini!” ujar Soraya.

“Metta gak bisa Mih, ada yang harus dikerjain,” sahut Metta.

“Tugas kuliah?” tanya Soraya.

Metta mengangguk.

“Minta tolong aja sama Andrew, biar cepet beres. Kamu ada waktu kan Ndrew?” tanya Soraya pada Andrew dan memberi sedikit kode.

“Andrew santai Mih…” sahut Andrew setelah menelan makanannya yang masih ia kunyah di dalam mulut.

Metta langsung menggeleng, “Enggak kok, Mih. Tugasnya udah hampir selesai. Metta hanya perlu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Sesungguhnya   240. Buaya Kaya Lu Kok Bisa Mati Gaya?

    10 hari berlalu dan siang ini Elvan dan Andrew baru sedang dalam perjalanan kembali ke kantor, sejak pagi mereka cukup sibuk di luar kantor dan kali ini mereka baru saja meeting dengan klien di luar.“Kita makan siang dulu sebelum kembali ke kantor,” ujar Elvan yang duduk di samping Andrew yang sedang mengendarai mobil.“Boleh, biar sekalian. Mau ke mana?” tanya Andrew.“Mana aja, yang penting deket kantor biar gak kejauhan,” sahut Elvan dan Andrew menganggukinya.“Oh iya, gimana kabar hubungan Lu sama Metta, Ndrew?” tanya Elvan kemudian.“Baik-baik aja…” sahut Andrew.“Tapi kok gue gak pernah liat Metta ke kantor lagi, emang dia gak ada tugas apa?” tanya Elvan. “Yakin hubungan kalian baik-baik aja?” lanjutnya.“Baik kok, beneran. Kami sudah mulai chat lagi, meski gak kaya dulu. Kesannya dia jadi kaku gitu, tapi ini lebih baik lah. Dia juga gak pernah ngerecokin masalah tugas lagi, itu kayanya dia gak pernah ke kantor. Bahkan Metta juga udah gak pernah ajakin ke sasana lagi buat latih

  • Cinta Yang Sesungguhnya   1. Apa Kalian Tidak Kasian Padaku?

    Elvan menutup mematikan laptopnya, cukup untuk hari ini ia bekerja dan mengamati perkembangan perusahaannya yang ada di Jakarta. Ia memijat keningnya dengan pelan seraya beranjak dari kursinya dan berjalan menuju beranda ruang kerjanya. Dari tempatnya kini terlihat hamparan luas kebun teh yang begitu hijau dan asri. Pemandangan yang di dominasi warna hijau ini cukup menyegarkan untuk penglihatannya, dan mampu membuat dirinya merasa tenang. Sudah hampir 5 bulan ia meninggalkan Jakarta dan menetap di Bandung. Lebih tepatnya Rancabali, Ciwidey. Kurang lebih sekitar 40 km meter dari kota Bandung ke arah selatan. Elvan sengaja meninggalkan hiruk pikuk Jakarta demi pemulihan jiwanya. Baginya ini tempat ideal untuk menenangkan dirinya. Sekitar 8 bulan yang lalu adalah masa kelam bagi dirinya. Di mana ia harus kehilangan istri tercintanya beserta buah hati yang ada di dalam kandungan Davina--istri tercintanya. Mereka meregang nyawa saat mobil yang ditumpangi Davina tertabrak sebuah truk de

  • Cinta Yang Sesungguhnya   2. Aku Di Mana?

    Tubuhnya terasa lelah dan begitu sakit, Aya masih merasakan rasa perih di luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya. Ia meringis pelan, dan dengan perlahan ia mulai membuka matanya yang sejak beberapa menit yang lalu terkena cahaya. Namun sedetik kemudian ia langsung membulatkan matanya. “Aku di mana?” serunya dan langsung mendudukkan tubuhnya. “Aww… pusing…” gumamnya kemudian seraya langsung menyentuh kepalanya. Ia duduk dengan tiba-tiba, dan kondisi ini menurunkan tekanan darah yang lebih sedikit ke jantung hingga membuatnya pusing. Aya masih duduk dalam semenit ke depan, hingga dirinya sudah pulih sepenuhnya. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke tempat di mana kini dirinya berada. Matanya mampu menangkap jika saat ini ia sedang berada di sebuah ruangan berukuran sekitar 4x5 meter, dengan nuansa coklat dan putih. Di mana lantai di lapisi oleh kayu berpermis hingga mengkilap. Tembok yang di dominasi oleh warna putih terlihat begitu bersih. Begitu juga dengan tempat tidur yang ia te

  • Cinta Yang Sesungguhnya   3. Aku Tidak Menerima Tamu

    Elvan duduk di kursi tepat di hadapan wanita itu. “Oh---” wanita itu tampak terkejut dengan tindakan Elvan yang tiba-tiba duduk di hadapannya, seraya mengangkat sedikit wajahnya. Kesempatan itu tidak Elvan sia-siakan untuk menelisik penampilan wanita itu dengan lebih seksama. Wajah wanita ini tampak cantik, meski ia melihat ada luka kecil di wajahnya yang tidak ia lihat semalam. ‘Mungkin luka karena tersungkur ke tanah semalam, saat ia pingsan,’ tebak Elvan dalam hatinya. ‘Dia terlihat seperti wanita terpelajar, bukan wanita penggoda yang akan sengaja dikirimkan oleh kedua orang tuaku! Ck! Tapi apa peduliku!’ dengus Elvan kemudian. Tatapan Elvan tetap dengan penuh selidik, tapi masih terlihat ramah, “Apa urusanmu datang ke sini?” tanyanya kemudian. Wanita itu tampak terkejut dan sedikit kikuk, “Saya--ya…” jawab wanita itu terbata terhadap pertanyaan Elvan. Kemudian wanita tampak tersenyum ragu, “Semalam saya… hmm… mencari penginapan…” “Dan ini bukan penginapan!” ketus Elvan.

  • Cinta Yang Sesungguhnya   4. Hidup Dengan Nama Baru

    Dengan mengendarai motornya Elvan masih di liputi perasaan kesal, semua itu karena permintaan Andrew. ‘Sebagai teman dan wakil seharusnya dia bisa ngerti!’ dengus Elvan dalam hari seraya memacu motornya. Elvan sudah berada di tengah-tengah kebun teh. Cukup jauh memang jarak dari villa untuk sampai di pemukiman yang lain terutama pasar meski menggunakan motor. Elvan memacu motornya cukup cepat, begitu sampai di sebuah belokan dengan pohon besar tepat di sisi jalan sebelah kirinya dan sudah jauh dari villanya. Elvan bisa melihat seseorang yang dikenalinya sedang duduk di sana bersama koper besarnya di sampingnya. Namun, Elvan tampak acuh meski mata mereka saling bertemu meski sesaat. Elvan yakin, wanita yang di temukannya pingsan semalam tidak mengenalinya, karen ia menggunakan helmnya. Hingga ia pergi begitu saja meninggalkan tempat tersebut. Selama beberapa bulan ini, Elvan memang sedikit mulai bisa mengontrol emosinya. Hanya saja ia memang masih enggan untuk kembali ke Jakarta.

  • Cinta Yang Sesungguhnya   5. Tunggu Saja

    Elvan kembali ke dalam ruang kerjanya dan kembali memeriksa emailnya, ada beberapa percakapan singkat yang ia terima di emailnya yang berasal dari Andrew. Andrew tetap memintanya untuk kembali ke Jakarta meski hanya sesaat, ia juga menjabarkan alasan-alasan kuat atas keinginannya tersebut. Elvan hanya bisa berdecak malas. “Lo ngirim banyak email karena Lo gak bisa hubungi hape gue, kan?” Setelah menerima panggilan Andrew, Elvan langsung menonaktifkan ponselnya. Sampai saat ini, dan ia belum ada niat untuk menyalakannya kembali. Elvan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya, seraya menatap keluar jendela besar yang menghadap kebun teh yang tampak terang, karena matahari yang sudah sangat terik. Sesekali ia menghela napasnya. Ia menatap jauh hingga ke ujung kebun teh dengan tatapan tak terbacanya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya tentang siapa wanita yang berada di dalam rumahnya kini. Tapi, dari gerak-geriknya Elvan sedikit yakin jika wanita itu tidak berkaitan dengan kedua

  • Cinta Yang Sesungguhnya   6. Kau pilih mana? Merepotkanku atau kau berjalan sendiri?

    “Sudah ku katakan padamu, taksi itu tidak akan datang!” seru Elvan tiba-tiba yang rupanya cukup mengagetkan bagi Kana.Sejak tadi ia sudah menunggu taksi yang di pesannya datang, tapi sudah hampir 1 setengah jam berlalu taksi tersebut tetap saja tidak muncul.Kana merasa malu pada Elvan yang sudah memberitahunya tapi ia tidak percaya.“Maafkan aku…” sesal Kana. Wajahnya tampak muram, tapi bukan hanya itu. Ia juga merasa jika tubuhnya tidak enak. Ia sedikit lemas dan mulai terasa pusing.Elvan tampak memperhatikan Kana, terlihat wajah wanita itu tampak pucat. Dengan cepat ia melirik jam di tangannya. Rupanya waktu makan siang sudah lewat beberapa jam.“Kau terlihat tidak sehat?” tanya Elvan kemudian. Kana hanya mendongak sedikit kemudian menggeleng.“Aku baik-baik saja,” jawabnya pelan.Kana bergerak menjauh ketika Elvan duduk, seolah kedekatan atau keberadaannya membuat wanita itu takut.Hingga sebuah pikiran terbersit di kepalanya, ‘Apa mungkin seseorang sudah menyakiti dan melukainy

  • Cinta Yang Sesungguhnya   7. Aku Sudah Terbiasa Sendirian Di Sini

    Hampir 2 jam berlalu, tapi Kana tetap saja tidak bisa memejamkan matanya. Selain suhu udara yang sangat dingin, beberapa kali kenangan buruk yang sudah menimpanya muncul kembali diingatannya. Kana menghembuskan napas panjang, kemudian ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya matanya langsung saja terasa panas. 'Kenapa nasibku seperti ini...' lirihnya dalam hati. Kana hampir saja meneteskan air matanya, tapi dengan sekuat tenaganya ia berusaha menahannya. "Aku tidak mau lagi menangisi semua itu, aku harus kuat, aku pasti bisa," gumamnya pelan. Kana menggulirkan tubuhnya ke arah kanan kemudian memeluk bantal guling. Ia berusaha kembali mencoba untuk terlelap. Tapi masih saja sulit, sesekali ia menoleh ke arah pintu. Masih ada perasaan was-was dalam dirinya. Ia takut jika pria yang sudah menolongnya dan memberikan tempat untuk tidur malam ini memiliki niat yang jahat. Tapi, kursi yang di simpan untuk menghalangi pintu masih pada tempatnya. Dan tak ada upaya dari luar unt

Bab terbaru

  • Cinta Yang Sesungguhnya   240. Buaya Kaya Lu Kok Bisa Mati Gaya?

    10 hari berlalu dan siang ini Elvan dan Andrew baru sedang dalam perjalanan kembali ke kantor, sejak pagi mereka cukup sibuk di luar kantor dan kali ini mereka baru saja meeting dengan klien di luar.“Kita makan siang dulu sebelum kembali ke kantor,” ujar Elvan yang duduk di samping Andrew yang sedang mengendarai mobil.“Boleh, biar sekalian. Mau ke mana?” tanya Andrew.“Mana aja, yang penting deket kantor biar gak kejauhan,” sahut Elvan dan Andrew menganggukinya.“Oh iya, gimana kabar hubungan Lu sama Metta, Ndrew?” tanya Elvan kemudian.“Baik-baik aja…” sahut Andrew.“Tapi kok gue gak pernah liat Metta ke kantor lagi, emang dia gak ada tugas apa?” tanya Elvan. “Yakin hubungan kalian baik-baik aja?” lanjutnya.“Baik kok, beneran. Kami sudah mulai chat lagi, meski gak kaya dulu. Kesannya dia jadi kaku gitu, tapi ini lebih baik lah. Dia juga gak pernah ngerecokin masalah tugas lagi, itu kayanya dia gak pernah ke kantor. Bahkan Metta juga udah gak pernah ajakin ke sasana lagi buat latih

  • Cinta Yang Sesungguhnya   239. Ceritanya Panjang, Kamu Mau Dengerin Gak?

    Sarapan pagi ini di kediaman keluarga Dewangga ramai, karena adanya Metta dan Andrew. Selain Metta, semalam Andrew juga ikut menginap atas ajakan Soraya karena akhirnya mereka menikmati daging bakaran bersama-sama sambil berbincang banyak hal sampai hampir jam 10 malam. Kini semuanya tampak mengobrol dengan begitu santai di meja makan sambil menikmati sarapan mereka.Meski begitu tapi Metta masih sedikit merasa canggung karena ia kembali berteman dengan Andrew setelah obrolan mereka semalam.“Kalian pulang siangan aja ya, nanti sepi lagi nih di sini!” ujar Soraya.“Metta gak bisa Mih, ada yang harus dikerjain,” sahut Metta.“Tugas kuliah?” tanya Soraya.Metta mengangguk.“Minta tolong aja sama Andrew, biar cepet beres. Kamu ada waktu kan Ndrew?” tanya Soraya pada Andrew dan memberi sedikit kode.“Andrew santai Mih…” sahut Andrew setelah menelan makanannya yang masih ia kunyah di dalam mulut.Metta langsung menggeleng, “Enggak kok, Mih. Tugasnya udah hampir selesai. Metta hanya perlu

  • Cinta Yang Sesungguhnya   238. Apa Kamu Berhasil Melupakannya Setelah Menjauhiku?

    "Apaan?"Andrew tampak menghela napas panjangnya, ia mencoba untuk menenangkan pikiran dan dirinya. Agar ia tidak salah bicara lagi dan mencoba untuk memahami perasaan Metta. Hingga ucapan apa yang keluar dari mulutnya tidak kembali menyakiti hati Metta. "Kamu masih marah dan kesal sama aku?" tanya Andrew dengan lembut.Metta langsung menggeleng."Kenapa masih menghindariku?" tanya Andrew."Bukannya aku udah jelasin semuanya sama kakak?" tanya Metta.Andrew mengangguk. "Tapi apa gak bisa kita kaya dulu lagi, berteman seperti biasa nya?" tanya Andrew. Metta tampak menghela napas panjangnya. "Gak, Kak." Metta menjawabnya dengan tegas. "Kenapa?""Aku gak tau kalau harus jawab kenapa, yang jelas aku gak bisa, Kak.""Sejauh mana kamu membenciku dan marah padaku? Apa aku gak bisa memperbaiki semuanya?" tanya Andrew.Metta menggeleng lemah. "Mungkin kamu kesal dan marah padaku karena kejadian itu, jujur aku gak tau dan tidak menyangka efeknya akan sampai seperti ini. Tapi dengar, aku em

  • Cinta Yang Sesungguhnya   237. Bukan Karena Ada Aku?

    Metta yang sedang memanggang daging tak sengaja mengarahkan pandangannya ke arah di mana Elvan dan Daddy Mahanta sedang duduk. Karena asap yang ada di sekitarnya, Metta sempat tidak bisa melihat dengan jelas.‘Kok bertiga, bukannya tadi berdua?’ tanya Metta pada dirinya sendiri.Metta mulai mempertajam penglihatannya agar ia bisa melihat dengan jelas, karena jarak mereka cukup lumayan jauh. Pemanggang memang di tempatkan agak jauh dari pintu rumah agar semua asap tidak masuk ke dalam rumah.Matanya membulat saat ia melihat pria itu adalah Andrew, yang kini sedang bergabung bersama Elvan dan Daddy Mahanta.Hatinya meringis, ‘Kenapa dia ada di sini, hah? Sejak kapan dia datang?’‘Kalau begini aku harus cari alasan untuk pulang deh…’ ujarnya dalam hati.Soraya sempat memperhatikan arah pandangan Metta dan menemukan jika Andrew sudah ada di sana. Kemudian Soraya sedikit menyikut Aya, kemudian menunjuk ke arah Andrew dengan matanya.Aya dan Soraya seakan berbicara hanya dengan tatapan mata

  • Cinta Yang Sesungguhnya   236. Kamu Tuh Belum Sadar Aja

    Tanpa merasa curiga sedikitpun Metta mengiyakan ajakan Mamiih Soraya untuk datang ke acara barbeque di rumahnya malam ini. Karena memang sebelumnya Mamih Soraya sudah membahas acara ini dan mengajaknya.Hanya saja kedua orang tuanya tidak ikut serta, karena Aji dan Hilda harus pergi ke Bogor untuk menghadiri undangan teman mereka yang sedang mengadakan syukuran. Begitu juga dengan Esa--adiknya yang tidak ikut dan memilih untuk di rumah.Sabtu siang, Metta sudah melajukan motorny pergi menuju kediaman keluarga Dewangga. Bukan tidak tahu tata krama, tapi Metta sudah di larang untuk membawa apapun ke sana. Metta pun yakin jika Mamih Soraya sudah menyiapkan segalanya dengan lengkap di acara tersebut. Lagian itu bukan acara besar, hanya kumpul keluarga saja.Demi datang ke acara ini, Metta harus membatalkan pertemuannya dengan teman-temannya malam nanti untuk balapan.“Wahhh udah dateng nihhh…” seru Soraya saat melihat kedatangan Metta.“Iya Mih. Kalau sore macet ah males…” sahut Metta.“T

  • Cinta Yang Sesungguhnya   235. Duh Manisnya Mereka

    Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“

  • Cinta Yang Sesungguhnya   234. Jangan Lu Potong Dan Simak Baik-baik

    “Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak

  • Cinta Yang Sesungguhnya   233. Aneh Dan Merasa Kehilangan

    “Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And

  • Cinta Yang Sesungguhnya   232. Jelasin, Ndew!

    Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya

DMCA.com Protection Status