Seharian kemarin Soraya tak ada di rumah, karena menemani suaminya menghadiri acara pesta kawin perak salah satu relasinya yang ada di Bogor dan larut malam mereka baru sampai di rumah. Elvan yang baru saja akan terlelap setelah beraktifitas panas semalaman, tidak sempat menemui orang tuanya karena menemani Aya sudah terlebih dulu tidur karena kelelahan.Pagi ini setelah membersihkan diri dan berpakaian rapi, mereka segera turun ke lantai bawah untuk menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya."Ayo kalian cepet duduk sini... Mamih pengen denger cerita hasil pemeriksaan cucu Mamih kemarin," sapa Soraya begitu melihat anak dan menantunya berjalan mendekat ke meja makan.Aya dan Elvan tersenyum dan segera mengambil posisi duduk di tempat biasanya setelah menyapa kedua orang tuanya dengan sopan."Bagaimana pemeriksaan kemarin? Semua baik?" tanya Soraya yang tak sabar ingin mengetahui perkembangan calon cucunya di dalam kandungan.Aya mengangguk, "Bayinya sehat, Mih. Perkembangan normal
Kamis pagi, Andre menyempatkan dirinya untuk pergi ke rumah sakit sendirian setelah sebelumnya mencari informasi untuk check up kesuburan pria. Ia tidak mengatakan rencananya ini pada siapapun, termasuk pada kedua orang tuanya atau istrinya sendiri--Shella.Andre merasa yakin dirinya benar-benar sehat tapi ia ingin memastikan saja. Dan setelah hasil test-nya keluar, ia akan bertanya kepada dokter mengapa istri pertamanya tidak kunjumg hamil setelah menikah dengannya selama dua tahun sampai ia harus menikah lagi. Tapi setelah bercerai dengannya dan menikah lagi, tak lama mantan istri pertamanya bisa langsung hamil.Baginya penantian dua tahun itu cukup lama. Pertanyaan terbesar yang selalu menghantuinya adalah jika ia dan Aya sama-sama normal dan subur, mengapa ia tidak mampu membuat Aya hamil, sedangkan dengan Shella yang hanya dua bulan menikah dengannya yang langsung mengandung anaknya.Ada rasa sedikit penyesalan dalam hatinya karena saat itu ia menuruti perkataan ibunya untuk meno
Sejak kepulangannya satu jam yang lalu ia baru menemui Meisya dan bermain dengannya setelah makan malam. Saat di meja makan, Andre juga lebih banyak diam dan hanya menjawab seperlunya pertanyaan dari ayahnya. Hati dan pikirannya terus dipenuhi dengan pertanyaan tentang Meisya.‘Apakah benar Meisya anakku?’Andre mencoba untuk menelisik wajah Meisya yang tampak cantik, memiliki senyum lebar yang amat menggemaskan dan menawan. Bulu matanya panjang dan sangat lentik.‘Menurut Shella, mata Meisya mirip denganku…’ Andre menggendong Meisya di depan cermin kemudian membandingkan wajahnya dengan Meisya.‘Aku tidak bisa melihat perbedaannya…’Meisya tampak menepuk-nepuk pipi Andre, “Jangan pukul Papa. Ini sudah malam kenapa kamu belum tidur?” tanya Andre mencoba untuk tetap lembut.Ia masih bingung dengan hati yang terus-terus menebak jika Meisya bukanlah putrinya. Saat ini Shella sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Shella memang selalu lama jika berada di kamar mandi.Meisya menjawa
Sudah 4 hari berlalu dan Shella memutuskan untuk berdiam diri di rumah dan tidak pergi kemanapun. Shella merasa ada sedikit yang aneh dengan Andre. Ia merasa Andre berbeda sejak malam itu.Anaknya--Meisya berada di kamar sebelah dengan pengasuhnya sedangkan ia berada di dalam kamar. Sejak tadi ia hanya berbaring dan memainkan ponselnya.“Ada apa sih sebenarnya sama Si Andre, aneh dehhh…” seru Shella kesal.“Apa ada perbuatan gue yang dia tahu? Tapi apa ya…” gumamnya lagi.Shella merasa bingung dengan perubahan sikap Andre padanya. Hingga ia terus bertanya-tanya dalam dirinya.“Gue inget banget, bukan masalah kantor dia bilang. Tapi duhh otak gue gak bisa mikir itu apaan, dan kayanya gue mesti agak hati-hati deh…” Shella merasa feelingnya kini sedang jalan. Shella memang merasa ada yang tak beres.Shella memutuskan untuk berendam di dalam bak ma
Siang ini Elvan ada janji temu dengan Ryan. Kebetulan week end jadi Elvan mengajak Aya untuk ikut bersama. Karena tahu Elvan akan mengajak Aya, Ryan juga mengajak isrinya Riani.Acaranya hanya makan siang bersama, tapi selain itu juga ada hal yang ingin Elvan dan Ryan bicarakan. Elvan ingin mereferensikan salah satu rekan bisnisnya pada Ryan untuk menjadi kliennya karena ia memiliki permasalahan hukum.Tentu saja Ryan langsung menyambutnya dengan baik, bagaimanapun Elvan adalah temannya.Saat Ryan dan Elvan membicarakan kcalon klien Ryan, Aya dan Riani berbincang mengenai kehamilan mereka. Kehamilan Aya sudah menginjak usia 23 minggu sedangkan Riani baru 6 minggu.“Gimana ada mual-mual gitu?” tanya penasaran, karena saat hamil muda Aya merasa cukup kepayahan.Riani menggeleng, “Gak, malah aku gak ngalamin morning sickness…”“Wah… bisa ya kaya gitu!” s
Setelah mendapatkan nomor ponsel Andrew dari Kakaknya yang didapatkannya dari kakak iparnya, Metta langsung mengirimi chat pada Andrew.Metta : Om…Tidak membutuhkan waktu lama Andrew langsung membaca kemudian tampak mengetik untuk membalasnya.Andrew : Heyyy siapa kamu berani memanggilku Om!!Metta mendengus kemudian membalasnya.Metta : Om ini, Metta.Andrew : Heyyy bocilll!! tau nomor aku dari mana, hah??Metta : Kak Aya, Kak Aya dapet dari Kak Elvan.Andrew : Sialannn!!Metta : Jangan marah-marah nanti makin tua loh!!Andrew : Bodo!!Andrew : Ada apaan sih pke ngechat segala? Baru menyadari gue ganteng dan tampan sampai kebawa mimpi?Metta : *Emoticon muntahMetta : Bukan!! Mau minta tolong, katanya Kak Elvan lagi sibuk suruh minta tolong sama Om aja.Andrew : Ck! Ada butuhnya aja…Metta : Aku bilangin lohh sama Kak Elvan.Andrew : Dasar bocil tuk
Metta mematikan kameranya, setelah ia selesai merekam semua wawancaranya dengan Andrew.“Selesai Om! Aku tinggal mencatat kemudian menyalin semuanya dan menjadikannya laporan untuk tugasku!” ujar Metta dengan senangnya.“Yakin nihhh??” dengus Andrew.Metta mengangguk, "Iya Om." Kemudian ia membereskan peralatan kuliahnya.Andrew segera melepaskan dasinya di susul dengan jasnya.Saat melakukan tanya jawab, Metta meminta Andrew untuk menggunakan pakaian yang lebih formal, bukan kaos oblong dan celana pendeknya seperti tadi saat ia datang. Dan tentu saja itu membuat Andrew semakin kesal.Metta sendiri melepas jas almamater yang tadi dikenakannya dan kini tinggal kemeja berkerah lengan pendek berwarna putih. Ia memang membawa pakaian ganti yang akan ia gunakan saat sesi wawancara. Tak mungkin ia memakai pakaian santai sehari-hari, karena rekaman itu sendiri harus diserahkan pada dosen, sebagai bukti doku
Metta hanya bisa menelan salivanya saat Andrew banyak memesan makanan.“Kak…” seru Metta.“Hmm?” gumam Andrew.“Gak salah? Pesen banyak? Berapa hari Kakak gak makan?” tanya Metta.“Gaak juga, ini sekalian minta di bungkus aja buat makan nanti malam. Males keluar lagi soalnya, jadi sekalian,” sahut Andrew dengan santai.Metta hanya bisa berdecak kemudian berujar, “Ihh ini sih bukan minta traktir! Tapi rampok aku!” dnegus Metta.“Tapi kan aku udah bantuin tugas kamu! Jadi impas dong!” balas Andrew tidak mau kalah. “Iya sihh, tapi ini menuju akhir bulan Kak. Uang jajan aku udah mulai menipis, bisa-bisa nanti aku di kampus gak bisa jajan kalau gini caranya…” dengus Metta.“Emangnya gue pikirin, kan enggak!” sahut Andrew.“Dihhh jahattt!!”“Minta duit sono sama Kakak Ipar kamu, gak mungkin dia pelit,” ujar Andrew.“Ihh gak mau, gak enak kali! Masa minta jajan sama Kak Elvan!” balas Metta.“Minta aja sama dia, jangan sungkan kalau perlu porotin aja. Duit dia gak akan abis ini kok!” sahut A
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka