Beranda / Romansa / Cinta Yang Sesungguhnya / 164. Nenek Tua Itu Gak Boleh Sembuh!

Share

164. Nenek Tua Itu Gak Boleh Sembuh!

Penulis: S.Rustandi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 08:43:17

Metta hanya bisa menelan salivanya saat Andrew banyak memesan makanan.

“Kak…” seru Metta.

“Hmm?” gumam Andrew.

“Gak salah? Pesen banyak? Berapa hari Kakak gak makan?” tanya Metta.

“Gaak juga, ini sekalian minta di bungkus aja buat makan nanti malam. Males keluar lagi soalnya, jadi sekalian,” sahut Andrew dengan santai.

Metta hanya bisa berdecak kemudian berujar, “Ihh ini sih bukan minta traktir! Tapi rampok aku!” dnegus Metta.

“Tapi kan aku udah bantuin tugas kamu! Jadi impas dong!” balas Andrew tidak mau kalah.

“Iya sihh, tapi ini menuju akhir bulan Kak. Uang jajan aku udah mulai menipis, bisa-bisa nanti aku di kampus gak bisa jajan kalau gini caranya…” dengus Metta.

“Emangnya gue pikirin, kan enggak!” sahut Andrew.

“Dihhh jahattt!!”

“Minta duit sono sama Kakak Ipar kamu, gak mungkin dia pelit,” ujar Andrew.

“Ihh gak mau, gak enak kali! Masa minta jajan sama Kak Elvan!” balas Metta.

“Minta aja sama dia, jangan sungkan kalau perlu porotin aja. Duit dia gak akan abis ini kok!” sahut A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Sesungguhnya   165. Asal Mamih Seneng Pokoknya

    Shella bisa merasakan Martina yang menatapnya dengan penuh kebencian. Tapi Martina tidak bisa melakukan apapun, dan itu membuat Shella sangat senang.Saat Perawat pamit sebentar pada Shella untuk pergi ke toilet dan mengambilkan Martina obat, ini lah kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu olehnya.Shella berdiri di hadapan Martina sambil tersenyum jahat seakan meledeknya dan merasa sangat puas. Beberapa detik kemudian ia mencondongkan tubuhnya agar bisa bicara dengan jelas pada Martina.“Ohh… Nenek Tua yang cerewet dan sangat kejam ini sekarang sudah tidak berdaya… duhh kasihan sekali hingga ingin membuat aku tertawa puas!’ ujar Shella sedikit pelan tapi bisa didengar dengan jelas oleh Martina.Wajah Martina tampak memerah karena emosi. Matanya mendelik seakan ingin keluar dari kelopaknya.Martina berusaha sekuat tenaga untuk bicara supaya bisa mendamprat menantu kurang ajarnya ini namun tidak bisa. Bibirnya hanya bergetar

  • Cinta Yang Sesungguhnya   166. Kebersamaan

    Hari ini adalah hari yang di tunggu, karena pada hari ini mereka berencana untuk pergi ke Bandung bersama-sama. Mereka pada akhirnya menggunakan 1 mobil dengan ukuran yang lebih besar. Bukan hanya itu, mereka juga memutuskan untuk tidak menggunakan supir, dan Elvan yang akan mengendarai. Agar semuanya terasa lebih privacy saja.Mahanta duduk di samping Elvan, tepat di kursi samping pengemudi. Sedangkan Soraya dan Aya berada di bagian belakang agar lebih luas dan leluasa.Sepanjang perjalanan Mahanta dan Elvan berbincang santai, kebanyakan membahas bisnis mereka. Sedangkan Soraya dan Aya membicarakan banyak hal. Mereka sengaja tidak sarapan supaya bisa berangkat pagi dari Jakarta, kecuali Aya, yang makan beberapa potong biskuit dan minum susu hamil. Mereka berharap tidak terjebak macet, dan bisa sampai Bandung sebelum pukul 10 pagi.Mereka hanya sekali beristirahat di rest area yang ada di jalan tol yang menghubungkan Kota Jakarta dan Kota Bandung, itupun atas permintaan Soraya. Tak l

  • Cinta Yang Sesungguhnya   167. Sedikit Bernostalgia

    Aya merasa berbeda saat ia kembali menginjakkan villa yang akhirnya mengubah hidupnya selama-lamanya. Di tempat ini lah ia jatuh dan pingsan yang kemudian menemukan Elvan. Hubungan mereka yang kaku lambat laun memudar hingga akhirnya mereka bisa akrab dan menjadi sepasang kekasih bahkan kini sepasang suami istri.Tidak lama ia tinggal di sini, tapi tempat ini memiliki sejuta kenangan baginya.“Ayo turun!” ajak Elvan setelah membukakan pintu di samping Aya dan mengulurkan tangannya untuk membantu Aya turun dari mobil.“Hmm…” Aya mengangguk pelan kemudian mengulurkan tangannya untuk menggapai uluran tangan Elvan, lalu ia turun dengan sangat hati-hati.Tak lama kemudian tampak seseorang yang ia rindukan keluar dari dalam villa. Tampak wanita paruh baya itu masih bugar seperti biasanya. Ia menyambut kedatangan keduanya dengan suka cita. Sudah setengah tahun berlalu mereka tidak berjumpa.“Den… Non… bagaimana kabarnya?” tanya dengan sangat ramah.“Baik, Bi…” sahut Elvan seraya mulai menga

  • Cinta Yang Sesungguhnya   168. Apa ini Semua Karena Perbuatanku Dulu?

    Di rumahnya Andre merasa semakin frustasi, kini ia sedang duduk di taman belakang rumahnya padahal sudah larut malam. Perusahaan mereka sudah kian membaik, tapi keadaan ibunya yang kini jadi beban pikirannya. Beberapa hari ini dirinya baik ayahnya fokus untuk merawat ibunya yang sakit, meski ada perawat tapi ibunya belum kian membaik. Terkadang ibunya marah dengan membuang peralatan makannya, berteriak dengan suara tidak jelas seakan ingin mengatakan sesuatu yang semua orang tidak bisa memahaminya. Dan jujur saja ini menjadi beban pikirannya yang sangat beraKarena ibunya sakit, membuat Andre melupakan hasil pemeriksaan dirinya tempo hari, bahkan ia lupa dengan rencananya untuk melakukan test DNA.Andre cukup senang, karena saat kondisi ibunya sedang sakit seperti ini, Shella dengan suka rela ikut membantu merawat ibunya dengan baik.‘Apa ini semua karena perbuatanku pada Aya? Dan apakah ini karma atau pembalasan yang harus aku terima?’ lirih Andre dalam hati.‘Andai aku bisa menemui

  • Cinta Yang Sesungguhnya   169. Aku Harus Mencari Kesempatan Untuk Mendekatinya

    Begitu Soraya melihat Aya dan Elvan yang baru saja turun dari mobil, ia segera menghampiri mereka. Soraya langsung memicingkan matanya menatap Elvan dengan tajam.“Apa sih, Mih. Kok liat akunya kaya gitu banget?” tanya Elvan yang merasa sedikit risih mendapat tatapan aneh dari ibunya. Aya yng berada di samping Elvan langsung meraih tangan Soraya dan mengecup punggung tangannya, kemudian beralih pada Mahanta.Kini mereka berempat sudah berada di cafe, sebentar lagi mereka akan kembali ke Jakarta. Dua malam sudah cukup bagi mereka untuk bermalam di Bandung meski sempat terpisah karena melewati acara yang berbeda.“Kok kamu keliatan seger banget?! Curiga Mamih kalau kamu udah seneng-seneng dua hari ini!” dengus Soraya seraya menatap tajam Elvan.“Apa sih Mih, ah aneh-aneh aja sih,” desis Elvan.‘Emang keliatan banget ya?’ tanya Elvan pada dirinya sendiri.Sedangkan Aya hanya diam dan sedikit menunduk, ia mengerti dengan arah pembicaraan ini. Tapi ia terlalu malu untuk mengangkat wajahny

  • Cinta Yang Sesungguhnya   170. Tunggu Dan Tahan Dirimu Sebentar

    Meski sudah mencobanya tapi Andre tak memiliki kesempatan untuk mencoba mendekati Aya dan berbicara dengannya. Tapi ia terus memperhatikan Aya dari kejauhan. Bagaimana gerak-geriknya, mimik wajahnya dan lainnya.Hingga tak berapa lama kemudian Shella kembali datang dan sudah berdiri di sampingnya. Hingga mau tak mau Andre harus mengalihkan perhatiannya pada hal yang lain untuk menghormati perasaan istrinya.Sementara itu Aya dan Elvan terus bersama dan berbincang dengan rekan-rekan Elvan, obrolan mereka sangat ringan dan juga sekitaran bisnis saja.Hingga Aya merasa ingin ke kamar kecil.“Aku ingin ke toilet,” bisik Aya pada Elvan.Elvan mengangguk, “Aku akan menemanimu,” balas Elvan.Lalu Elvan berpamitan pada kenalannya untuk mengantar Aya, yang tentu saja gerakan mereka di ketahui oleh Andre yang sesekali masih memantau Elvan dan Aya dengan sudut matanya.Rupanya Shella kini sedang berbincang dengan kenalannya yang ia temui beberapa menit yang lalu. Entah mendapat keberanian dari m

  • Cinta Yang Sesungguhnya   171. Gue Kira Siapa

    Aya merasa kaget saat ia keluar dari bilik toilet, ia menemukan Shella yang sedang membetulkan riasan bibinya di depan wastafel dengan cermin besar.“Ck! Gue kira siapa, ehh rupanya Elu! Wanita mandul!” ujar Shella seraya menatap Aya melalui pantulan cermin.Awalnya Aya tidak ingin menggubris hinaan yang dilontarkan oleh Shella tersebut, karena baginya akan buang waktu dan tidak ada gunanya. Sudah jelas kini ia sudah hamil besar, tapi Shella tetap saja menghinanya dengan sebutan ‘wanita mandul’.Aya dengan santainya berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangannya.Shella melirik ke arahnya kemudian menatap perut Aya yang membesar.“Berapa banyak bantal yang Lu masukin di perut, hah?” desis Shella dengan senyuman meremehkan Aya.“Gak ada, ini asli,” sahut Aya singkat.Shella tertawa sinis. “Mana bisa wanita mandul kaya Lu hamil beneran, hah?”Aya hanya menggeleng pelan, 'Dasar orang sirik. Sejak dulu tetep aja gak berubah!' Aya memilih untuk menulikan telinganya dan tak mau lagi mengg

  • Cinta Yang Sesungguhnya   172. Dia Penipu! Wanita Tidak Bermoral!

    Sementara itu di luar toilet, Elvan dan Andre mendengar semua pembicaraan keduanya. Saat ada orang yang ingin masuk ke dalam toilet, Elvan memintanya untuk menggunakan toilet lain. Elvan bisa melihat raut wajah Andre yang berubah drastis. Elvan tidak kaget karena ia sudah mengetahui semuanya, tapi tidak dengan Andre.“Jadi benar Meisya bukan anakku…” lirih Andre sangat pelan namun Elvan bisa mendengarnya dengan sangat jelas.Ada rasa iba dalam diri Elvan pada Andre saat ini. “Bisa saja dia anakmu, kau hanya harus membuktikannya,” ujar Elvan pelan.Wajah Andre memerah. Kini ia yakin Meisya memang bukan anak kandungnya tanpa harus melakukan test DNA. Rahangnya seketika mengeras dan ia mengepalkan tangannya.Baik Elvan dan Andre mendengar suara Shella yang kian meninggi, kali ini Elvan sudah tidk bisa tinggal diam lagi. Ia takut sesuatu terjadi dengan Aya. Dan sudah cukup bagi Andre untuk mendengar semuanya langsung daru mulut Shella.Dengan cepat Elvan membuka pintu kamar mandi terseb

Bab terbaru

  • Cinta Yang Sesungguhnya   235. Duh Manisnya Mereka

    Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“

  • Cinta Yang Sesungguhnya   234. Jangan Lu Potong Dan Simak Baik-baik

    “Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak

  • Cinta Yang Sesungguhnya   233. Aneh Dan Merasa Kehilangan

    “Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And

  • Cinta Yang Sesungguhnya   232. Jelasin, Ndew!

    Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya

  • Cinta Yang Sesungguhnya   231. Ada Yang Aneh Dengan Mereka

    “Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga

  • Cinta Yang Sesungguhnya   230. Aku Memang Menghindari Kakak!

    Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da

  • Cinta Yang Sesungguhnya   229. Oh... Tenyata Kamu Marah Karena Itu

    Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja

  • Cinta Yang Sesungguhnya   228. Apa Aku Bikin Salah Sama Kamu?

    “Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s

  • Cinta Yang Sesungguhnya   227. Jadi Gak Ambil Pusing

    “Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka

DMCA.com Protection Status