Aya merasa berbeda saat ia kembali menginjakkan villa yang akhirnya mengubah hidupnya selama-lamanya. Di tempat ini lah ia jatuh dan pingsan yang kemudian menemukan Elvan. Hubungan mereka yang kaku lambat laun memudar hingga akhirnya mereka bisa akrab dan menjadi sepasang kekasih bahkan kini sepasang suami istri.Tidak lama ia tinggal di sini, tapi tempat ini memiliki sejuta kenangan baginya.“Ayo turun!” ajak Elvan setelah membukakan pintu di samping Aya dan mengulurkan tangannya untuk membantu Aya turun dari mobil.“Hmm…” Aya mengangguk pelan kemudian mengulurkan tangannya untuk menggapai uluran tangan Elvan, lalu ia turun dengan sangat hati-hati.Tak lama kemudian tampak seseorang yang ia rindukan keluar dari dalam villa. Tampak wanita paruh baya itu masih bugar seperti biasanya. Ia menyambut kedatangan keduanya dengan suka cita. Sudah setengah tahun berlalu mereka tidak berjumpa.“Den… Non… bagaimana kabarnya?” tanya dengan sangat ramah.“Baik, Bi…” sahut Elvan seraya mulai menga
Di rumahnya Andre merasa semakin frustasi, kini ia sedang duduk di taman belakang rumahnya padahal sudah larut malam. Perusahaan mereka sudah kian membaik, tapi keadaan ibunya yang kini jadi beban pikirannya. Beberapa hari ini dirinya baik ayahnya fokus untuk merawat ibunya yang sakit, meski ada perawat tapi ibunya belum kian membaik. Terkadang ibunya marah dengan membuang peralatan makannya, berteriak dengan suara tidak jelas seakan ingin mengatakan sesuatu yang semua orang tidak bisa memahaminya. Dan jujur saja ini menjadi beban pikirannya yang sangat beraKarena ibunya sakit, membuat Andre melupakan hasil pemeriksaan dirinya tempo hari, bahkan ia lupa dengan rencananya untuk melakukan test DNA.Andre cukup senang, karena saat kondisi ibunya sedang sakit seperti ini, Shella dengan suka rela ikut membantu merawat ibunya dengan baik.‘Apa ini semua karena perbuatanku pada Aya? Dan apakah ini karma atau pembalasan yang harus aku terima?’ lirih Andre dalam hati.‘Andai aku bisa menemui
Begitu Soraya melihat Aya dan Elvan yang baru saja turun dari mobil, ia segera menghampiri mereka. Soraya langsung memicingkan matanya menatap Elvan dengan tajam.“Apa sih, Mih. Kok liat akunya kaya gitu banget?” tanya Elvan yang merasa sedikit risih mendapat tatapan aneh dari ibunya. Aya yng berada di samping Elvan langsung meraih tangan Soraya dan mengecup punggung tangannya, kemudian beralih pada Mahanta.Kini mereka berempat sudah berada di cafe, sebentar lagi mereka akan kembali ke Jakarta. Dua malam sudah cukup bagi mereka untuk bermalam di Bandung meski sempat terpisah karena melewati acara yang berbeda.“Kok kamu keliatan seger banget?! Curiga Mamih kalau kamu udah seneng-seneng dua hari ini!” dengus Soraya seraya menatap tajam Elvan.“Apa sih Mih, ah aneh-aneh aja sih,” desis Elvan.‘Emang keliatan banget ya?’ tanya Elvan pada dirinya sendiri.Sedangkan Aya hanya diam dan sedikit menunduk, ia mengerti dengan arah pembicaraan ini. Tapi ia terlalu malu untuk mengangkat wajahny
Meski sudah mencobanya tapi Andre tak memiliki kesempatan untuk mencoba mendekati Aya dan berbicara dengannya. Tapi ia terus memperhatikan Aya dari kejauhan. Bagaimana gerak-geriknya, mimik wajahnya dan lainnya.Hingga tak berapa lama kemudian Shella kembali datang dan sudah berdiri di sampingnya. Hingga mau tak mau Andre harus mengalihkan perhatiannya pada hal yang lain untuk menghormati perasaan istrinya.Sementara itu Aya dan Elvan terus bersama dan berbincang dengan rekan-rekan Elvan, obrolan mereka sangat ringan dan juga sekitaran bisnis saja.Hingga Aya merasa ingin ke kamar kecil.“Aku ingin ke toilet,” bisik Aya pada Elvan.Elvan mengangguk, “Aku akan menemanimu,” balas Elvan.Lalu Elvan berpamitan pada kenalannya untuk mengantar Aya, yang tentu saja gerakan mereka di ketahui oleh Andre yang sesekali masih memantau Elvan dan Aya dengan sudut matanya.Rupanya Shella kini sedang berbincang dengan kenalannya yang ia temui beberapa menit yang lalu. Entah mendapat keberanian dari m
Aya merasa kaget saat ia keluar dari bilik toilet, ia menemukan Shella yang sedang membetulkan riasan bibinya di depan wastafel dengan cermin besar.“Ck! Gue kira siapa, ehh rupanya Elu! Wanita mandul!” ujar Shella seraya menatap Aya melalui pantulan cermin.Awalnya Aya tidak ingin menggubris hinaan yang dilontarkan oleh Shella tersebut, karena baginya akan buang waktu dan tidak ada gunanya. Sudah jelas kini ia sudah hamil besar, tapi Shella tetap saja menghinanya dengan sebutan ‘wanita mandul’.Aya dengan santainya berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangannya.Shella melirik ke arahnya kemudian menatap perut Aya yang membesar.“Berapa banyak bantal yang Lu masukin di perut, hah?” desis Shella dengan senyuman meremehkan Aya.“Gak ada, ini asli,” sahut Aya singkat.Shella tertawa sinis. “Mana bisa wanita mandul kaya Lu hamil beneran, hah?”Aya hanya menggeleng pelan, 'Dasar orang sirik. Sejak dulu tetep aja gak berubah!' Aya memilih untuk menulikan telinganya dan tak mau lagi mengg
Sementara itu di luar toilet, Elvan dan Andre mendengar semua pembicaraan keduanya. Saat ada orang yang ingin masuk ke dalam toilet, Elvan memintanya untuk menggunakan toilet lain. Elvan bisa melihat raut wajah Andre yang berubah drastis. Elvan tidak kaget karena ia sudah mengetahui semuanya, tapi tidak dengan Andre.“Jadi benar Meisya bukan anakku…” lirih Andre sangat pelan namun Elvan bisa mendengarnya dengan sangat jelas.Ada rasa iba dalam diri Elvan pada Andre saat ini. “Bisa saja dia anakmu, kau hanya harus membuktikannya,” ujar Elvan pelan.Wajah Andre memerah. Kini ia yakin Meisya memang bukan anak kandungnya tanpa harus melakukan test DNA. Rahangnya seketika mengeras dan ia mengepalkan tangannya.Baik Elvan dan Andre mendengar suara Shella yang kian meninggi, kali ini Elvan sudah tidk bisa tinggal diam lagi. Ia takut sesuatu terjadi dengan Aya. Dan sudah cukup bagi Andre untuk mendengar semuanya langsung daru mulut Shella.Dengan cepat Elvan membuka pintu kamar mandi terseb
“Jelaskan maksud dari perkataanmu, Andre?” tanya Chandra dengan wajah serius.Shella memeluk kaki Chandra semakin erat, ia menggeleng lemah dan terus menangis, “Jangan dengarkan Mas Andre, Pah. Dia sudah diperdaya oleh wanita mandul itu!” ujar Shella dengan isak tangisnya.“Berhenti menyebut dia mandul! Matamu tidak buta kan melihat perut Aya makin membesar. Hatimu dan mulutmu memang sangat jahat, Shella!! Dan satu lagi, aku sudah mendengar semua perdebatan kalian di toilet dengan jelas! Semuanyaaa...!!" pekik Andre."Dan Pah...,” Kini Andre menatap kembali ayahnya. “Wanita sialan ini, ternyata berselingkuh sejak awal kami menikah. Aku sudah melihat bukti foto dia berangkulan dengan pria selingkuhannya itu! Jadi apa yang Aya laporkan dulu pada kita itu memang benar adanya! Bukan karena Aya iri seperti sangkalan dia! Dalam keadaan hamil dan berstatus sebagai istriku, dia bersama pria lain. Sungguh wanita tidak bermoral!!” seru Andre dengan penuh emosi sambil menuding Shella.“Tidak, Pa
Andre masih menunggu dengan harap-harap cemas mengenai keadaan ayahnya. Saat ini Chandra masih dalam pemeriksaan dokter di ruang UGD.Andre berharap jika nyawa ayahnya bisa di selamatkan. Sambil menunggu ayahnya yang sedang mendapatkan penanganan, Andre mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya. Ia menghubungi kedua kakaknya untuk memberikan kondisi ayah mereka saat ini.Kedua kakak Andre sempat datang saat ibu mereka masuk rumah sakit, menyempatkan diri mereka pulang ke Indonesia selama beberapa hari.Kedunya sangat kaget mendengar berita yang di sampaikan oleh Andre, dan keduanya berjanji akan segera pulang. Setidaknya untuk saat ini Andre membutuhkan kedua kakaknya untuk ikut membantu mengurus dan menjaga ke dua orang tua mereka. Karena Andre tak bisa mengurus mereka sendirian di tambah ia pasti juga akan menghandle semua pekerjaan ayahnya di kantor.‘Sialll…’ geram Andre dalam hati setelah selesai menghubungi kedua kakaknya.Ia terlihat sangat frustasi dengan rambut yang sedikit aca
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka