Ada raut ketegangan di wajah setiap anggota keluarga Sanjaya pagi ini. Mereka menikmati sarapan dalam diam dam jelas sekali tampak tidak nyaman. Terutama Chandra sebagai kepala keluarga di keluarga ini.
Informasi yang di dapatnya semalam dari putranya benar-benar menampar dirinya.Dirinya sendiri yang mengeluarkan ide untuk mencoba mendekati perusahaan milik Dewangga karena tahu, keluarga Dewangga punya saham di sebuah perusahaan trading garment yang ada di Paris. Ia berharap bisa menjadi salah satu supplier di perusahaan tersebut agar kondisi pabrik garment eksportnya bisa membantu operasional pabrik garment lokalnya yang terpuruk.Tapi, rupanya ini akan sia-sia. Chandra tidak akan mungkin mendapat bantuan dari mereka setelah kejadian tadi malam. Ia bisa menebak jika Mahanta Dewangga pasti sudah mendengar masalah Aya dan Andre langsung dari mulut Aya sendiri. Jika bertemu dengan Manhanta, Chandra tidak bisa mengelak sedikitpun karenPersiapan pernikahan Elvan dan Aya sudah 90% selesai. Tiga hari lagi acara pernikahan mereka akan di adakan. Undangan sudah disebar, tapi hanya orang terdekat dan keluarga terdekat saja yang diundang. Bahkan kedua kakak Perempuan Elvan akan datang sehari sebelum acara Elvan.Tapi, Elvan sendiri sudah mengirimkan undangan khusus pada Andre untuk mengundangnya datang ke acara pernikahannya. Elvan bermaksud untuk menunjukkan bahwa memang pernikahan dirinya dan Aya memang terlaksana, bukan bualan semata. Karena saat di acara Andre dan istrinya tampak tak mempercayai ucapannya.Elvan tak peduli, apakah Andre akan datang atau tidak, jikapun datang ia tidak akan mempermasalahkannya. Dan jika Andre merusak suasana di sana bersama istrinya maka Elvan tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan keras pada keluarga Sanjaya.Malam ini Elvan merasa kesal, karena sudah empat hari ia tidak bisa menemui Aya. Mereka sedang dipingit, dan Mamih sudah mewanti-wanti Elvan untuk tidak sembunyi-sembuny
Sepanjang hari itu Andre sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya masih tertuju pada pernikahan mantan istrinya yang akan diselenggarakan dua hari lagi.Saat menjelang pulang, Andre kembali membungkus undangan milik Aya dan Elvan, meski undangan sudah patah menjadi dua, tapi ia tetap memasukkannya ke dalam kotaknya.Andre membawanya pulang dan akan memperlihatkannya pada kedua orang tuanya, bahwa pernikahan itu memang terjadi.Andre sampai di rumah menjelang malam, meski ia tidak bisa berkonsentrasi tapi ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya. Ketika ia masuk ke dalam rumah, ia bisa melihat kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga, tanpa ada Shella. Andre pikir mungkin istrinya saat itu sedang berada di kamar, mengurusi anak mereka.Andre duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.“Baru pulang, Ndre?” tanya Martina.Andre mengangguk, kemudian melonggarkan dasi
Meski acara pernikahan Elvan dan Aya dilaksanakan kecil-kecilan, dan hanya sekitar 150 tamu undangan saja yang datang tapi acara tersebut berlangsung dengan sakral dan khidmat. Karena tujuan dari pernikahan tersebut adalah kehidupan rumah tangga pasangan baru ini akan selalu rukun, saling setia, tenang dan bahagia.Baik Elvan dan Aya memang tidak menginginkan acara yang mewah dan besar-besaran, yang penting adalah kehidupan pernikahan mereka yang akan di jalani oleh mereka nantinya.Tapi meski begitu, Soraya dan Hilda menyiapkan tempat acara dengan sempurna dan sangat indahnya. Acara di lakukan di outdoor, dengan nuansa putih. Sisi pantai menjadi pemandangan yang indah di acara tersebut. Sejam yang lalu Elvan dan Aya sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Tampak keharuan yang terpancar di mata orang tua mereka, termasuk Aya. Ia bahagia karena pada akhirnya ia resmi menjadi istri dari Elvan Ravindra Dewangga dan kini ia berstatus sebagai Nyonya Muda Dewangga.Seluruh keluarga berku
Metta yang sedang menikmati kuenya, langsung menoleh saat Elvan yang baru saja menjadi kakak ipar resminya memanggilnya. Selama ini Elvan sangat baik padanya, dan tak segan menyapanya. Berbeda dengan Andre dulu saat menjadi suami dari kakaknya, bahkan keberadaan dirinya sama sekali tak pernah di gubris.Metta menghampiri kakak iparnya yang sedang bersama kedua temannya.“Ya, Kak. Ada apa?” tanya Metta dengan sopan pada Elvan di depan kedua temannya.“Gak ada apa-apa, kenapa kamu sendirian di sana? Gak gabung sama Mama dan Kakakmu?” tanya Elvan basa-basi.Andrew saat ini sedang menatap Metta tak percaya. Metta seperti kembaran Aya meski sedikit berbeda.“Metta laper Kak, jadi cari cemilan dulu,” sahut Metta.“Ohh…. Eh ini kenalin temen Kakak, mereka udah Kakak anggap saudara sendiri,” ujar Elvan.“Ohh…” sahut Metta singkat kemudian mengulurkan tangannya.Metta mengulurkan tangannya lebih dulu pada Ryan.“Metta Arsyana Adiwilaga…” ujar Metta memperkenalkan dirinya. “Ryan Mahesa Wiratam
Rasanya Aya masih bingung dengan keadaan saat ini, antara senang dan jantung yang berdebar. Saat masuk ke dalam kamar di mana kamar tersebut sudah di persiapkan sebelumnya untuk di tempati mereka setelah melangsungkan pernikahan.Kamar dengan model Griya Trawang ini terletak di atas hotel resort milik keluarga Elvan. Mamih Soaraya lah yang memilihkan kamar ini untuk mereka tempati.Semuanya sudah disiapkan dengan sangat baik. Kamar yang luas dan pemandangan yang indah dari lantai teratas. Bukan hanya itu, ada taman indah di depan kamar. Seakan kamar ini terpisah dari gedung dan tepat ada di roof top gedung hotel. Bahkan ada kolam renang kecil yang langsung terhubung ke pintu sekaligus jendela di sisi kamar. Hanya ada tiga kamar seperti ini di lantai atas. Dan hanya kamar mereka saja yang kini terisi.Nuansa kamar di dominasi oleh kayu, bahkan lantainya. Di atas tempat tidur terdapat tirai putih yang mampu menutupi seluruh tempat tidur.Meski sudah menjadi pasangan sah, tapi tetap saja
Elvan menempatkan tubuh Aya di atas tubuhnya, Aya memekik saat Elvan sedikit menarik tubuhnya dan mendudukkan Aya di atas perutnya. Napasnya tercekat saat tangan Elvan mulai menarik tali pengikat bathdrobenya. Jantungnya semakin berdebar dengan kencang. Karena ia tahu, jika bathdrobe tersebut dibuka, makanya tubuhnya akan langsung polos, karena ia tidak memakai apapun di balik bathdrobenya.Hanya dengan sekali gerakan, Elvan mampu menghempaskan bathdrobe yang di kenakan oleh Aya. Kini Aya duduk di atas tubuhnya dengan keadaan tak tertutup sehelai pakaianpun. Tangannya mulai menarik tubuh Aya, agar menempel ke tubuhnya. Dada keduanya saling bersentuhan dan Elvan langsung menarik tengkuk Aya dan mendaratkan bibirnya di bibir Aya. Tangan Aya bertumpu pada kasur di ke dua sisi kepala Elvan.Dengan perlahan tangan Elvan mulai menuruni dan membelai punggung Aya.Aya semakin menggeliat dan merasakan hawa panas bergejolak dan dirinya hingga ke titik yang sangat ektrem. “Elvannn…” kata-kata
Sementara itu…Sejak tadi Andrew tidak bisa berdiam di dalam kamar. Setelah acara selesai Mamih Soraya mengajak Andrew dan Ryan untuk menginap di resort, karena week end. Tapi sayangnya Ryan tidak bisa, karena ia dan Riani ada keperluan dan harus kembali ke Kota.Andrew yang datang sendirian tentu saja tidak bisa menolak ajakan Mamih Soraya. Jika Mamih Soraya yang sudah mengatakannya siapa yang bisa menolaknya, bahkan Daddy saja tidak bisa menolaknya. Keadaan resort sudah hampir sepi, bahkan tempat acara pernikahan Elvan dan Aya sudah dibersihkan. Masih ada beberapa pekerja yang tampak sibuk merapikan tempat tersebut. Andrew baru saja keluar dari dalam bar yang ada di resort setidaknya sudah 2 gelas cocktail ia tenggak. Tapi ia masih enggan untuk kembali ke dalam kamar.Ia menyesal tidak membawa salah satu kekasihnya untuk datang ke sini, jika ia membawannya pasti bukan hanya Elvan saja yang sedang melakukan malam pertamanya, tapi dirinya juga.‘Ck! Pacar masa depan gue udah gugur,
Elvan bergerak dalam tidurnya dengan perlahan ia kemudian membuka matanya, dan menemukan jika matahari sudah tinggi. Dan Aya tampak masih tidur dalam pelukannya di bawah selimut yang sama.Awalnya Elvan tak ingin membangunkan Aya, tapi rupanya gerakannya membuat Aya bergerak dan dengan perlahan membuka matanya.“Ini sudah pagi?” tanya Aya dengan suara seraknya, dan terlihat jelas jika Aya sangat kelelahan. Rambut panjangnya tampak begitu acak-acakan.Jelas saja Aya lelah, karena mereka selesai saat menjelang dini hari. Elvan tersenyum lembut kemudian mempererat pelukannya pada Aya, Aya seakan tak bertenaga hingga ia tidak bisa menolak pelukan Elvan. Tubuhnya terasa begitu remuk redam karena sudah di serang semalaman oleh Elvan. “Hmm… aku mau mandi dan turun ke bawah, apa kau mau ikut?” bisik Elvan di telinga Aya.“Mau… kalau aku gak ikut malu…” balas Aya dengan parau.“Mandi bareng yuk…” ajak Elvan.Aya sedikit memundurkan kepalanya agar bisa melihat Elvan. “Mandi aja tapi… gak malu
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka