Menjelang sore perawatan yang di lakukan oleh Soraya dan Aya akhirnya selesai. Aya merasa tubuhnya sangat segar dan juga wangi setelah rangkaian perawataran yang sudah di jalaninya. Bahkan rambutnya sudah dipercantik dengan gelombang acak di bagian bawahnya. Aya tampak semakin cantik.Tak jauh berbeda dengan Soraya, ia pun tampak semakin memukau.“Ahh… kayanya kita harus sering nyalon deh nanti, gimana?” tanya Soraya.Aya mengangguk, “Aya ikut Mamih aja.”“Bagus! Nanti kamu jadi partner in crime Mamih aja ya, kadang saat Mamih butuh temen, temen-temen Mamih pada sibuk. Kan malesin kalau nyalon sendirian,” ujar Soraya.“Iya Mih, nanti Aya temenin kemana aja Mamih mau,” sahut Aya.“Nahhh gitu donggg!! Bagusss!” seru Soraya senang. Ia merasa setelah Elvan menikahi Aya nanti ia tak akan merasa kesepian. Dan Soraya berharap jika setelah menikah nanti mereka akan tinggal dengannya agar rumah besarnya itu tidak sepi.Tapi Soraya belum meminta hal itu pada Elvan, karena takut jika Elvan sudah
Elvan sudah mengajak Aya Sabtu ini untuk berjalan-jalan. Pernikahan mereka akan di laksanakan sekitar kurang dari 2 minggu lagi. Saat ini Elvan masih diijinkan untuk bertemu dengan Aya. Sedangkan pada minggu terakhir sebelum menikah, Elvan di larang untuk menemui Aya. ‘Pake ada acara pingitan segala…’ ujar Elvan pada waktu itu.Tapi Soraya mengatakan, agar mereka nantinya saling merindukan. Dan di hari H rindu mereka semakin menggebu jadi saat pertemuan di hari pernikahan mereka akan muncul perasaan yang begitu membahagiakan. Jadi setidaknya Elvan akan memanfaatkan minggu ini untuk tetap bertemu dengan Aya.Seperti pada hari ini…“Jadi kita mau pergi ke mana?” tanya Aya yang sudah duduk di samping Elvan. Sedangkan Elvan sedng fokus mengendarai mobilnya.“Nonton bioskop aja yuk, aku udah lama gak nonton bioskop,” ujar Elvan.“Hmm, boleh deh…” sahut Aya sambil menganggukkan kepalanya.Sebenarnya Elvan ingin mengajak Aya ke apartement. Meski di apartement tidak ada apa-apa setidaknya ia
Acara pertemuan di mulai pukul 7 malam, tapi pada pukul 6 sore sebagian tamu sudah hadir di tempat.Elvan dan Aya akan datang menjelang acara itu di mulai. Sejak beberapa hari yang lalu Soraya sudah menyiapkan gaun yang cantik untuk Aya dari kenalannya seorang pemilik butik terkenal di Jakarta.Gaun itu sengaja di serasikan dengan jas yang akan dikenakan oleh Elvan.Sejak sore Aya sudah berada di kediaman orang tua Elvan. Orang tua Aya sendiri pun akan hadir di acra, tapi sedikit telat karena Aji ada keperluan mendadak. Sedangkan Soraya dan Mahanta memang tidak akan menghadiri acara tersebut, karena sudah di wakili oleh Elvan dan Aya.Soraya memanggil penata rias yang biasa melayani dirinya ke rumah, khusus untuk merias Aya. Kini Aya sudah siap dengan gaun malam dan juga tatanan rabut serta riasan wajahnya.“Ahhh… kamu cantik bangettt sihh!! Kamu tau gak dulu waktu muda Mamih juga cantik kaya kamu loh…” puji Soraya.Aya tersenyum, “Terima kasih, Mih. Tapi, Mamih sekarang juga masih te
Andre sangat kaget mendengar Aya menyebut calon suami. Ia tahu, Aya sosok wanita pemalu dan kurang percaya diri. Aya bukan tipe wanita yang suka omong kosong. Ia sungguh tidak menyangka jika Aya akan cepat mendapatkan pengganti dirinya. Bahkan belum genap 3 bulan mereka bercerai tapi Aya sudah mengatakan bahwa ia datang dengan calon suaminya.Andre sangat penasaran seperti apa calon suami dari mantan istrinya ini, tapi mengingat jika Aya tidak bisa hamil, mungkin hanya pria tua yang sudah memiliki anak kemudian ditinggal istrinya yang mau menikahi wanita seperti Aya, hingga tidak membutuhkan keturunan. Atau mungkin saja Aya dijadikan istri kedua atau bahkan ke tiga pria itu.Shella tertawa terbahak-bahak, “Lagi ngehalu Lu? Mana ada yang mau nikahin wanita mandul kaya Lu!”“Bukannya di Pengadilan saya sudah melampirkan pemeriksaan dokter dan mengatakan jika saya sehat dan normal, jadi mengapa Anda Nyonya Shella Sanjaya te
Shella masih terus saja mendumel dalam hatinya, memaki dan mengutuk Aya yang bisa-bisa dekat dengan pria yang sudah diincarnya selama 3 bulan ini.‘Awas saja! Aku pasti akan membalasmu! Jika kalaupun kalian sudah menikah nanti, itu bukan halangan untukku! Andre saja bisa ku dapatkan sepenuhnya, tidak menutup kemungkinan aku juga bisa mendapatkan Elvan! Urusan ibunya Elvan itu gampang, gue bakalan baik-baikin dia kalau ketemu nanti, kaya yang gue lakuin sama Si Nenek Tua!’ dengus Shella dalam hati.Matanya terus tertuju pada Elvan dan Aya yang ada di ujung ruangan, berseberangan dengan mereka. Bahkan Andre pun hanya bisa diam seribu bahasa. Ia masih tidak percaya jika mantan istrinya akan mendapatkan pasangan pengganti dirinya yang lebih dari segala-galanya. Siapapun mengenal Elvan, termasuk dirinya.Andre sudah merencanakan untuk mendekati perusahaan milik Elvan, untuk membantu perusahaan keluarganya agar bisa kembali bangkit.
Ada raut ketegangan di wajah setiap anggota keluarga Sanjaya pagi ini. Mereka menikmati sarapan dalam diam dam jelas sekali tampak tidak nyaman. Terutama Chandra sebagai kepala keluarga di keluarga ini.Informasi yang di dapatnya semalam dari putranya benar-benar menampar dirinya.Dirinya sendiri yang mengeluarkan ide untuk mencoba mendekati perusahaan milik Dewangga karena tahu, keluarga Dewangga punya saham di sebuah perusahaan trading garment yang ada di Paris. Ia berharap bisa menjadi salah satu supplier di perusahaan tersebut agar kondisi pabrik garment eksportnya bisa membantu operasional pabrik garment lokalnya yang terpuruk.Tapi, rupanya ini akan sia-sia. Chandra tidak akan mungkin mendapat bantuan dari mereka setelah kejadian tadi malam. Ia bisa menebak jika Mahanta Dewangga pasti sudah mendengar masalah Aya dan Andre langsung dari mulut Aya sendiri.Jika bertemu dengan Manhanta, Chandra tidak bisa mengelak sedikitpun karen
Persiapan pernikahan Elvan dan Aya sudah 90% selesai. Tiga hari lagi acara pernikahan mereka akan di adakan. Undangan sudah disebar, tapi hanya orang terdekat dan keluarga terdekat saja yang diundang. Bahkan kedua kakak Perempuan Elvan akan datang sehari sebelum acara Elvan.Tapi, Elvan sendiri sudah mengirimkan undangan khusus pada Andre untuk mengundangnya datang ke acara pernikahannya. Elvan bermaksud untuk menunjukkan bahwa memang pernikahan dirinya dan Aya memang terlaksana, bukan bualan semata. Karena saat di acara Andre dan istrinya tampak tak mempercayai ucapannya.Elvan tak peduli, apakah Andre akan datang atau tidak, jikapun datang ia tidak akan mempermasalahkannya. Dan jika Andre merusak suasana di sana bersama istrinya maka Elvan tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan keras pada keluarga Sanjaya.Malam ini Elvan merasa kesal, karena sudah empat hari ia tidak bisa menemui Aya. Mereka sedang dipingit, dan Mamih sudah mewanti-wanti Elvan untuk tidak sembunyi-sembuny
Sepanjang hari itu Andre sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya masih tertuju pada pernikahan mantan istrinya yang akan diselenggarakan dua hari lagi.Saat menjelang pulang, Andre kembali membungkus undangan milik Aya dan Elvan, meski undangan sudah patah menjadi dua, tapi ia tetap memasukkannya ke dalam kotaknya.Andre membawanya pulang dan akan memperlihatkannya pada kedua orang tuanya, bahwa pernikahan itu memang terjadi.Andre sampai di rumah menjelang malam, meski ia tidak bisa berkonsentrasi tapi ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya. Ketika ia masuk ke dalam rumah, ia bisa melihat kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga, tanpa ada Shella. Andre pikir mungkin istrinya saat itu sedang berada di kamar, mengurusi anak mereka.Andre duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.“Baru pulang, Ndre?” tanya Martina.Andre mengangguk, kemudian melonggarkan dasi
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka