Share

Bab 15

Penulis: Sri purwaningsih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kak tadi kak Mahesa telepon aku. Dia itu kedengaran marah banget sama aku. Masa katanya aku itu di bilang kekanakkan, aku nggak bisa dibilangin, aku manja dan kata-kata lainnya yang bikin aku tuh sakit hati sama dia. Kak Mahesa marahin aku habis-habisan. Aku jadi nggak ngerti, sebenarnya aku itu salah apa sih kak sama dia? hiks. hiks. hiks," Adu Raisa pada Lian.

Baru saja Lian selesai kuliah, beberapa menit kemudian Raisa meneleponnya. Zia yang ikut kuliah bersama Lian di suruh pergi lebih dulu ke kantin daripada harus menunggu Lian menerima telepon dari Raisa. Lian tau pasti Raisa akan meneleponnya setelah pertemuan Lian dengan Mahesa tadi pagi. Pasti Raisa akan bercerita tentang Mahesa saat ini dan benar saja apa yang ada di dalam dugaannya, Raisa bilang tentang rasa sakit hatinya gara-gara Mahesa memarahi Raisa.

"Dia bilang kayak gitu sama kamu?" tanya Lian tidak percaya. Tidak disangka sikap Mahesa malah makin lama makin menyebalkan. Masa ya dia memarahi Raisa, wa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Salah   Bab 16

    Lian sadar kalau ini bukanlah sesuatu yang baik. Sudah Lian tekankan dalam hati kalau Lian tidak ingin menemui Mahesa lagi dan lagi namun kenyataannya tidak begitu, Lian telah ingkar pada kata-katanya sendiri. Kini Lian menemui Mahesa tidak lebih untuk menjelaskan kalau hubungan Mahesa dan Raisa harus bisa berjalan dengan baik. Bukan ada keinginan yang lain yang bisa menjerumuskan dirinya sendiri. Seperti pemikiran Mahesa tadi pagi.Tapi, apa mungkin Lian bisa menghilangkan rasa malu karna tadi pagi Lian sudah berani melakukan tindakan yang tidak sesuai dalam dirinya.Seharusnya yang Lian lakukan tidak begitu, Lian harus bisa mengendalikan diri dan bersabar. Memang Lian akui, Mahesa sudah berubah, kata-kata yang dia katakan tidak sesopan biasanya dan tidak sebaik biasanya. Sekarang kata-kata itu berubah menjadi sangat tajam dan membuat sakit hati bagi yang mendengarnya.Tapi lagi-lagi Lian berpikir, bisa kan Lian menahan diri dan jangan terpancing emosi. M

  • Cinta Yang Salah   Bab 17

    Sebuah notif masuk ke dalam ponsel Lian ketika Lian baru saja selesai mandi. Nomer itu dari laki-laki yang waktu itu ketemu di kampus dan juga bertemu di toko buku.Laki-laki itu menyapa dan mengatakan apakah Lian ada waktu. Lian berpikir sejenak. Ini hari minggu dan biasanya tidak ada yang Lian lakukan selain bermalas-malasan di rumah dan tidak melakukan kegiatan yang menguras tenaga. Paling yang akan Lian lakukan hanya lah tiduran dan menonton tv seharian sampai waktu menjelang malam dan tidur sampai esok pagi.Dan tak lama kemudian, laki-laki itu meneleponnya. Dia pasti tidak sabaran menunggu Lian membalas pesan yang dikirimkan padanya. Makanya dia langsung menelepon Lian selang 5 menit kemudian."Lian aku ingin mengajak kamu pergi, kamu ada waktu nggak hari ini?""Maaf aku tidak bisa," tolak Lian dengan cepat. Memang seharusnya begitu, jangan pernah ada ucapan ya atau menerima permintaan dia kalau tidak ingin menambah masalah baru. Sudah c

  • Cinta Yang Salah   Bab 18

    Raisa turun lebih dulu ke lantai bawah sedangkan Lian turun 15 menit kemudian. Dua orang laki-laki sudah duduk diruang tamu namun tidak dalam satu sova yang sama. Mereka sama-sama terdiam dengan pemikirannya masing-masing tanpa ada yang bersuara sampai Raisa datang tak lama kemudian dengan membawa nampan yang berisi dua buah gelas minuman, Raisa meletakkan gelas yang satu di depan Axel dan yang satu lagi di depan Mahesa lalu duduk di samping Mahesa yang duduk di satu sova panjang.Lian mendekati Axel yang terduduk di sova dan Axel pun mendongak melihat Lian yang berdiri di depannya. Baru saja Lian mau bicara, Mama datang dan bertanya pada Axel."Kamu siapanya Lian?"Astaga kenapa Mama ini? Demi apa pun, itu pertanyaan Mama yang paling memalukan. Tanpa basa basi Mama langsung melemparkan pertanyaan yang langsung membuat Lian malu seketika. Lihat saja sekarang apa yang terjadi dengan pipi Lian. Sudah sangat merah sekali ditanya seperti itu.

  • Cinta Yang Salah   Bab 19

    Pertemuan kali ini bersama dengan Axel buat Lian terasa sangat berbeda. Ada rasa hangat menjalar yang tidak bisa terungkapkan.Tak Lian sangka Axel yang Lian kira laki-laki yang sok kenal dan sok akrab itu. Malah Lian rasa sikapnya itu seperti layaknya teman yang sudah kenal lama. Tidak hanya menghargai Lian sebagai wanita tapi juga memberi warna tersendiri di saat mereka bersama. Lian merasa tidak ada rasa canggung sama sekali saat kami bertemu. Lihat saja sekarang bagaimana sikap Axel padanya. Meskipun Axel sedang menyetir tapi sikapnya tidak tinggal diam dan dingin seperti Mahesa sewaktu kami bersama di dalam mobil. Axel berbeda, dia memberi pertanyaan garing atau sesekali dia berikan candaan agar Lian tidak cemberut atas pertanyaan-pertanyaan yang dia berikan.Dan Lian akui itu adalah hal yang menarik yang ada dalam dirinya."Jadi kita mau kemana sih? Daritadi aku tanya sama kamu tapi nggak di tanggapin sama kamu. Jawabannya selalu aja nggak jela

  • Cinta Yang Salah   Bab 20

    Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Lian ketika Lian menawarkan Axel untuk masuk ke dalam kedai bubur ayam untuk sarapan pagi itu. Kali ini Lian yang akan mentraktir Axel sebagai tanda kekalahannya atas pertandingan yang mereka lakukan tadi.Lian menggerutu dalam hati. "Siapa sih yang kirim pesan di saat kayak gini?"Lian mengacuhkan bunyi pesan yang masuk dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kedai daripada membuka siapa yang mengganggu aktifitasnya itu."Eh itu ada meja kosong. Kita makan di sana aja ya." tunjuk Lian pada sebuah meja kosong yang kebetulan ada di sudut dari kedai itu. Semua meja ternyata sudah terisi penuh. Untung saja kami bisa kedapatan tempat. Kalau tidak, kami harus menunggu dan itu entah kapan. Yang ada kami malah keburu kelaparan. Lian lihat, di sini tempat makan yang sudah buka hanya kedai bubur yang kami masuki ini, tempat makan yang lain masih pada tutup. Makanya kedai ini penuh dengan pengunjung yang mau memakan bubur pagi-pagi

  • Cinta Yang Salah   Bab 21

    Saat Lian sedang berjalan lurus di lorong sepi kampusnya, tiba-tiba Mahesa datang mengejutkannya dan berdiri mencegahnya untuk melanjutkan jalannya lagi. Saat itu Lian mau pergi ke perpus untuk mencari buku untuk tugas kampusnya namun ditengah jalan dia malah di hadang Mahesa sehingga dia tidak bisa lagi melanjutkan jalannya. Lian tau, pasti Mahesa mau membahas masalah yang terjadi kemarin."Mau apalagi kamu?" tanya Lian dengan nada ketus seperti biasa. Lian tau nada ketus yang seringkali di berikan pada Mahesa tidak akan bisa membuat laki-laki itu terdiam atau takut. Malah yang terjadi Mahesa menganggap remeh Lian yang bisanya hanya memberikan sindiran atau nada ketusnya."Aku mau melanjutkan pembicaraan kita yang kemarin sempat tertunda. Aku ingin tau apa jawab dari pertanyaanku itu. Kelihatannya kamu sudah tau jawaban apa yang akan di berikan sama aku. Kamu kelihatan baik-baik saja, tidak terlihat gelisah atau takut akan perkataanku yang kemarin itu. Apa kamu

  • Cinta Yang Salah   Bab 22

    Lorong itu masih saja sepi sejak mereka berdua masih ada di sana mempertanyakan sebuah kesepakatan yang sudah Mahesa berikan pada Lian, apakah kesepakatan itu akan terjadi kemudian atau tidak terjadi sama sekali.Mahesa masih berdiri menatap lekat wajah gadis yang tidak pernah berubah sedikit pun sejak pertemuan mereka dulu dimana kami bertemu saat awal pengenalan kampus waktu itu. Wajahnya selalu bersih tanpa ada sedikit pun jerawat yang menghiasi wajahnya itu dan tentunya Lian masih manis seperti dulu kala.Lian yang sedang diperhatikan tampak acuh saja karna pikirannya sedang mempertimbangkan masalah tentang hubungan yang terjadi nanti antara dirinya dan juga Mahesa.Di sela keterdiaman mereka, diam-diam dalam hati Mahesa berpikir kemudian. Jika Lian memutuskan untuk berhubungan diam-diam dengannya sudah pasti hatinya akan kembali berbunga-bunga, tidak akan pernah ada lagi dunianya yang keruh seperti sebelumnya karna keputusan sepihak keluarganya yang t

  • Cinta Yang Salah   Bab 23

    Saat Lian dan keluarga sedang sarapan bersama di meja makan pagi itu. Tak lama kemudian seseorang telah mengetuk pintu rumahnya. Sontak kami yang ada di ruang makan itu pun langsung menoleh ke arah pintu dimana orang itu telah menganggu sarapannya."Siapa ya yang datang bertamu pagi-pagi begini?" tanya Mama pada kami semua."Apa mungkin itu Kak Mahesa ya? Kak Mahesa kan biasanya juga datang buat jemput Raisa Ma."Lian yang mendengar percakapan itu hanya bisa diam dan acuh saja. Lebih baik melanjutkan makannya ketimbang ikut berbincang mengenai hal tak jelas begitu.Begitu Mahesa mengucap salam sembari mengetuk pintu. Sontak saja hal itu membuat Raisa yang sedang mengunyah makanan jadi berhenti."Tuh kan bener apa yang Raisa bilang pasti itu Kak Mahesa yang datang buat jemput Raisa. Pasti Kak Mahesa kangen mau ketemu Raisa makanya datang pagi-pagi gini. Kalau gitu aku yang bukain pintunya deh ya."Raisa langsung berlari ke arah pi

Bab terbaru

  • Cinta Yang Salah   Bab 109

    Pernikahan yang telah di tunggu-tunggu itu pun akhirnya terjadi dan terlaksana. Setelah sekian lama kami merajut suatu hubungan, kami memutuskan untuk melanjutkan kepada hubungan serius apalagi kalau bukan menikah.Tentu saja semua yang terjadi membuatku bahagia. Tidak ada rasa sedih sama sekali. Aku bahagia. Ku pikir yang tadinya aku merasa ragu dengan kenyataan. Nyatanya tidak begitu. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam hati. Haruskah aku menikah dengan Alex. Apakah bisa aku menjalaninya bersama dia? Apakah hubungan kami akan baik-baik saja nantinya? Apakah kami akan bersama tanpa ada permasalahan yang timbul. Semua pertanyaan itu selalu saja ada selama waktu menunggu pernikahan itu terjadi.Tapi segera aku tepis ketika Alex dengan lantangnya mengucapkan janjinya pada penghulu. Memberikanku keyakinan kalau dia memang yang terbaik untukku.Dengan sorot mata tegas dia berikrar akan menjalani pernikahan bersamaku. Detik itu juga ada rasa lega da

  • Cinta Yang Salah   Bab 108

    Setelah taksi itu berhenti tepat di depan rumah Mahesa. Raisa dengan semangat turun dari taksi lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mahesa. Pintu gerbang tak di kunci jadi dia langsung masuk dan mengentuk pintu depannya. Raisa menunggu dengan sabar sampai sepuluh menit kemudian Mahesa membuka pintu dengan penampilan yang sudah terlihat rapi. Pakaian yang biasa di pakai tidak seperti ini. Sekarang dia sudah menggunakan jaket yang menutupi tubuh atletisnya."Kak aku datang untuk menemuimu dan juga aku ingin kita pergi bersama. Aku sudah membuatkan bekal untuk kita berdua. Kita akan berpiknik dan mengunjungi satu tempat. Gimana? Kak Mahesa nggak sibuk kan? Ayolah kita pergi, lihat di luar sana. Hari ini terlihat begitu cerah jadi kita jangan membuang-buang waktu tanpa berpergian.""Hm ... aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu hari ini dan ... masuklah dulu, kita sebaiknya bicara di dalam. Aku akan memberitahu sesuatu untukmu."Raisa menelan salivanya karna uca

  • Cinta Yang Salah   Bab 107

    Raisa menatap penampilannya yang sudah rapi itu pada sebuah kaca yang di letakkan tak jauh dari tempat tidurnya. Dia mengamati penampilannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamarnya.Sebelumnya dia merasa frustasi dengan gaun apa yang dirasa cocok untuk dia gunakan. Dia sudah berkali-kali memakai gaun yang dinilainya sempurna untuk bertemu seseorang tapi setelah dipakai kenyataannya tak terlihat cocok untuk dia pakai. Raisa menggerutu karna rasanya tak ada gaun yang menarik minatnya. Tapi saat melihat salah satu gaun tersisa yang belum dia coba, Raisa mencobanya dan sangat pas untuk tubuhnya. Akhirnya pilihan terakhir adalah gaun yang dia pakai ini. Bermotif bunga kecil berwarna kuning cerah.Merasa sudah baik semua, Raisa mengambil tas slempangnya dan keluar dari kamar. Langkahnya menuju ke dapur dimana dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Mahesa. Sesuatu yang akan membuatnya melupakan perasaannya pada Lian.Setelah Raisa tahu kalau Alex t

  • Cinta Yang Salah   Bab 106

    Lian membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sedikit pun. Rasa pusing menyerang kepalanya. Namun dia abaikan. Semua itu penyebabnya adalah rasa lelah yang dia derita dan airmata yang ia tumpahkan sejak semalam. Pertemuannya dengan Mahesa menyisakan sebuah pertanyaan dan duka yang masih ada, dia tidak bisa menjawabnya tapi rasanya ia yakin kalau memang itu yang terbaik untuk mereka berdua.Tatapan terakhir dari sorot matanya itu mengisyaratkan betapa dia sangat mencintainya. Sungguh, hatiku berkata demikian. Tak mungkin kalau hanya sekedarnya saja dan bodohnya lagi, sentuhan yang diberi olehnya juga tak bisa membuat tubuhku menolak sedikit pun. Sangat memalukan. Jelas-jelas aku menerimanya dan tak berdusta ketika aku juga menginginkan hal yang sama.Tapi lagi-lagi aku berpikir, aku tak mau jatuh ke titik yang sama seperti dulu meskipun dengan satu alasan yang sama, Mahesa mencintaiku, aku tidak berbalik arah.Aku

  • Cinta Yang Salah   Bab 105

    Malam itu Raisa ingin memberi kejutan pada Mahesa. Dia sudah membuat sebuah coklat spesial untuknya. Mahesa pasti suka dengan coklat buatannya. Dulu dia bilang rasa coklat yang Raisa buat tergolong unik dan enak. Mahesa menyukainya dan sekarang Raisa akan memberinya lagi untuknya dengan tujuan supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki itu.Raisa tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksinya saat Raisa membawakan coklat ini untuknya. Raisa tersenyum begitu mengingat wajah Mahesa yang tampak terkejut mengetahui Raisa yang begitu perhatian.Taksi pun berhenti di depan rumah Mahesa dan tanpa ragu kakinya melangkah mendekati rumah Mahesa membuka pintu gerbang yang tidak terkunci lalu mengetuk pelan pintu depan rumahnya.Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan penampilan Mahesa yang sedikit berantakan. Raisa mengernyit memandang laki-laki itu yang tidak rapi seperti biasanya. Namun berbeda dengan Mahesa. Dia malah tampak terkejut mendapati Raisa berdiri di

  • Cinta Yang Salah   Bab 104

    Merasa istirahatku sudah cukup, aku pun membuka mata dan merenggangkan tanganku. Setelah tidur panjang dan meminum obat yang di beri Lian, pusingku sudah menghilang. Aku melihat ke sekeliling dan sempat merasa tak sadar aku dimana. Kini aku mendapati aku berada di dalam kosong dan tak berpenghuni.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukaku lalu keluar untuk mengganti pakaianku yang terasa lembab dan sudah berbau keringat. Pendingin ruangan yang menyala tidak membuat suhu tubuhku menjadi dingin malah membuatku berkeringat. Mungkin efek dari aku meminum obat itu yang membuat aku merasakan sedikit lebih berkeringat.Kakiku melangkah keluar dan mencari dimana keberadaan Lian. Dia berjanji menungguku dan ku pastikan dia masih berada di rumah ini.Ternyata Lian sedang memasak sesuatu di dapur. Baunya harum dan sepertinya dia lumayan jago memasak. Mahesa berdeham dan Lian pun menoleh untuk melihat. Mahesa berdiri di depan pintu su

  • Cinta Yang Salah   Bab 103

    "Aku tahu kamu semalam sama siapa Mahesa."Lian pagi itu datang ke rumah Mahesa dengan sengaja karna dia tahu harus melakukan sesuatu. Lian butuh penjelasan dan Mahesa harus memberitahunya kalau tidak dia harus melakukan sesuatu menekannya agar menjauh dari hidup mereka."Masuk!" Mahesa berucap tegas dan memerintah. Mahesa menyingkir memberi jalan untuk Lian masuk ke dalamnya."Aku tidak mau berlama-lama di sini Mahesa. Aku harus kerja dan aku butuh penjelasanmu sekarang. Aku tidak mau berbohong jawablah jujur dan aku segera pergi.""Aku salah apalagi?""Kamu yang mengantar Raisa tadi malam? Mama khawatir saat tahu Raisa tidak ada di rumah tadi malam. Dia meneleponku dan menanyakan apakah Raisa ada di tempatku atau tidak dan jawabannya siapa lagi kalau bukan ada di rumahmu. Kamu menyuruhnya untuk ke rumahmu? Malam-malam begitu?""Duduk lah aku sedang pusing terlalu banyak alkohol yang ku minum semalam."Lian tetap berdiri di san

  • Cinta Yang Salah   Bab 102

    Aku merasa sedang bermimpi saat ini. Sesuatu yang mustahil aku lakukan dan itu demi satu nama Mahesa. Ya karna dia aku berada di sini. Di suatu club yang tidak pernah aku injak dimana pun itu.Suara alunan musik terdengar begitu keras dari luar dan itu membuat telinga yang tidak terbiasa mendengar suara musik ini ingin menutup telinga namun rasanya sangat bodoh, orang lain terbiasa lalu mengapa aku harus menutup telinga demi semua itu. Aku biarkan semua itu dan bersikap sewajarnya.Seperti dugaanku tidak hanya musik yang mengalun begitu keras aroma pekat dari alkohol bercampur dengan nikotin tercium ke dalam indera penciumanku."Oh yang benar saja, aku tak menyukai bau ini, mengapa dia membiarkanku masuk dan mencium aroma ini," gerutuku dalam hati.Mahesa meneleponku dan aku terpaksa menemuinya karna ku tahu dari suaranya dia terdengar sangat membutuhkanku. Nekat aku pun datang ke sini untuk mencarinya.Begitu berada di dalam aku

  • Cinta Yang Salah   Bab 101

    Bugg ...Satu pukulan mengenai mata Mahesa, Alex ingin memukulnya kembali namun langsung di tangkis oleh Mahesa. Mahesa waspada dan tak lupa menahan diri agar tak tersulut emosi. Tadinya dia tidak tahu kalau Alex akan memukulnya. Setelah pukulan menyentuh wajahnya baru dia sadar kalau dia dalam bahaya.Mahesa menyeringai, memandang satu arah dimana lawannya saat ini sedang berdiri tegak memandang sengit ke arahnya.Mahesa memang tak belajar beladiri tapi dia tahu harus bertindak bagaimana saat ini. Mengalah tak akan pernah membuat lawannya tahu kalau yang sebenarnya dari satu pukulan itu tidak akan baik untuk ke depannya. Memukul memang tidak sulit tapi tak kan bisa menyelesaikan masalah. Itu yang sebenarnya dia inginkan untuk Alex sendiri. Kalau dia suka memukul pasti ke depannya juga sikapnya tak jauh berbeda. Bagaimana dengan Lian nantinya kalau mereka bersama?Mahesa mengusap hidungnya dengan cepat lalu memasang kuda-kuda dan segera

DMCA.com Protection Status