Saat Lian sedang berjalan lurus di lorong sepi kampusnya, tiba-tiba Mahesa datang mengejutkannya dan berdiri mencegahnya untuk melanjutkan jalannya lagi. Saat itu Lian mau pergi ke perpus untuk mencari buku untuk tugas kampusnya namun ditengah jalan dia malah di hadang Mahesa sehingga dia tidak bisa lagi melanjutkan jalannya. Lian tau, pasti Mahesa mau membahas masalah yang terjadi kemarin.
"Mau apalagi kamu?" tanya Lian dengan nada ketus seperti biasa. Lian tau nada ketus yang seringkali di berikan pada Mahesa tidak akan bisa membuat laki-laki itu terdiam atau takut. Malah yang terjadi Mahesa menganggap remeh Lian yang bisanya hanya memberikan sindiran atau nada ketusnya.
"Aku mau melanjutkan pembicaraan kita yang kemarin sempat tertunda. Aku ingin tau apa jawab dari pertanyaanku itu. Kelihatannya kamu sudah tau jawaban apa yang akan di berikan sama aku. Kamu kelihatan baik-baik saja, tidak terlihat gelisah atau takut akan perkataanku yang kemarin itu. Apa kamu
Lorong itu masih saja sepi sejak mereka berdua masih ada di sana mempertanyakan sebuah kesepakatan yang sudah Mahesa berikan pada Lian, apakah kesepakatan itu akan terjadi kemudian atau tidak terjadi sama sekali.Mahesa masih berdiri menatap lekat wajah gadis yang tidak pernah berubah sedikit pun sejak pertemuan mereka dulu dimana kami bertemu saat awal pengenalan kampus waktu itu. Wajahnya selalu bersih tanpa ada sedikit pun jerawat yang menghiasi wajahnya itu dan tentunya Lian masih manis seperti dulu kala.Lian yang sedang diperhatikan tampak acuh saja karna pikirannya sedang mempertimbangkan masalah tentang hubungan yang terjadi nanti antara dirinya dan juga Mahesa.Di sela keterdiaman mereka, diam-diam dalam hati Mahesa berpikir kemudian. Jika Lian memutuskan untuk berhubungan diam-diam dengannya sudah pasti hatinya akan kembali berbunga-bunga, tidak akan pernah ada lagi dunianya yang keruh seperti sebelumnya karna keputusan sepihak keluarganya yang t
Saat Lian dan keluarga sedang sarapan bersama di meja makan pagi itu. Tak lama kemudian seseorang telah mengetuk pintu rumahnya. Sontak kami yang ada di ruang makan itu pun langsung menoleh ke arah pintu dimana orang itu telah menganggu sarapannya."Siapa ya yang datang bertamu pagi-pagi begini?" tanya Mama pada kami semua."Apa mungkin itu Kak Mahesa ya? Kak Mahesa kan biasanya juga datang buat jemput Raisa Ma."Lian yang mendengar percakapan itu hanya bisa diam dan acuh saja. Lebih baik melanjutkan makannya ketimbang ikut berbincang mengenai hal tak jelas begitu.Begitu Mahesa mengucap salam sembari mengetuk pintu. Sontak saja hal itu membuat Raisa yang sedang mengunyah makanan jadi berhenti."Tuh kan bener apa yang Raisa bilang pasti itu Kak Mahesa yang datang buat jemput Raisa. Pasti Kak Mahesa kangen mau ketemu Raisa makanya datang pagi-pagi gini. Kalau gitu aku yang bukain pintunya deh ya."Raisa langsung berlari ke arah pi
Dengan berat hati Lian terpaksa menjalani hubungannya dengan Mahesa. Mau bagaimana lagi, Lian tidak suka Mahesa bertindak kasar sama Raisa. Jadi mau tidak mau Lian menjalani hubungan diam-diam sama Mahesa.Lian tidak mau menunggu Mahesa dekat dengan rumahnya. Lian takut nanti ada yang lihat kalau Lian jalan sama Mahesa dan itu akan menimbulkan perdebatan yang cukup panjang. Sudah cukup hatinya sakit karna telah mendapatkan kenyataan pahit mendengar percintaannya kandas.Jadi Lian memutuskan untuk menunggu Mahesa di dekat area kampusnya. Itu lebih baik daripada harus berdebat dengan hati yang tidak tenang nantinya.Tak lama mobil Mahesa datang dan Mahesa keluar dari mobilnya. Penampilan Mahesa masih sama seperti tadi pagi tidak ada yang berubah sedikit pun. Mahesa berjalan mendekat lalu berdiri di depan Lian yang sedang menunggu di halte kampus."Nunggu lama ya? Maaf ya tadi Raisa minta temenin sebentar pas sampai sekolah. Aku nggak boleh pulang dulu sampa
"Axel," teriak Lian.Lian langsung terkejut mendapati Axel ada di depan matany tapi tidak dengan Mahesa, dia malah tampak santai saja melihat Axel ada di tempat yang sama dengan kami."Kamu lagi ngapain di sini?" tanya Axel pada Lian, ada rasa curiga dalam hatinya begitu mengetahui Lian ada di daerah perkebunan bersama dengan Mahesa. Tidak mungkin tidak ada apa-apanya kalau mereka pergi ke tempat ini hanya berdua saja. Mana Raisa. Kenapa tidak ada di antara mereka."Aku lagi mau cari bahan buat kuliah sama Mahesa. Ya kan Mahesa?"Hanya itu yang terpikir di dalam kepala Lian. Lian tidak tau alasan apa lagi yang harus Lian katakan sama Axel. Lian tidak bisa berpikir tenang saat ini karna baru saja ketahuan oleh Axel. Lian tau pasti Axel berpikir Lian sudah berbohong. Mana mungkin tugas kampus sampai ke area perkebunan. Itu sangat mustahil. Siapa pun orangnya pasti akan berpikir tidak akan mungkin.Bagaimana pun Lian harus mencoba bekerjasama sama Mah
"Aku tidak tau kalau kamu itu adalah pemilik resto ini," ujar Lian dengan acuh sembari berjalan mengikuti Axel di depannya.Axel mengajak Lian ke resto yang waktu itu dibilang Zia. Lian tidak mengira kalau Axel itu ternyata adalah pemilik resto ini. Lian kira Axel akan mengajaknya ke kantin atau ke perpus kampus untuk membicarakan masalah serius tapi tak Lian sangka Axel malah membawanya ke restonya. Tak apa lah, dengan begini mereka bisa bicara serius tanpa ada gangguan sama sekali. Lian sangat yakin dan pasti kalau Axel membawanya untuk satu tujuan, apa lagi kalau bukan tentang pertemuan tak sengaja yang terjadi kemarin.Sesampainya di dalam resto, Lian pikir mereka akan duduk di salah satu meja kosong yang ada di dalam resto itu namun tebakan Lian ternyata salah, Axel malah mengajaknya ke dalam ruang kerja laki-laki itu yang tertulis di depan pintu ruang kerja Axel.Sebelum masuk ke dalam ruangan, Lian mengamati terlebih dahulu ruangan yang tidak
Kesepakatan lain di setujui oleh Lian saat bertemu dengan Axel di resto miliknya. Setelah Axel bertanya perihal masalah yang terjadi kemarin pas pertemuan mereka di perkebunan, Axel berlanjut meminta Lian untuk bekerja di resto miliknya sebagai pekerja part time yaitu sebagai pelayan di resto miliknya. Lian pikir itu adalah kegiatan yang bagus di saat kuliahnya tidak terlalu banyak. Axel bilang pekerjaan yang di ambil oleh Lian juga tidak akan menganggu jam kuliah Lian. Jadi Lian memutuskan untuk ikut bekerja di sana. Seperti biasa, setiap pagi Lian pergi lebih dulu sebelum Mahesa datang ke rumahnya. Sekarang alasannya tidak hanya ingin menghindari laki-laki itu tapi kepergiannya juga karna Lian bekerja shift pagi sampai jam 12 siang nanti.Dengan semangat dan senyum yang tidak pernah pudar, Lian melangkah mendekati cafe yang tidak jauh dari kampusnya berada. Di pintu tulisan buka sudah tersedia yang berarti cafe itiu sudah buka sebelum dirinya datang.&nbs
Pagi itu, Lian begitu semangat menikmati harinya. Setelah bangun tidur, ia langsung membersihkan tubuh, memakai pakaian kasual seperti biasanya, beribadah dan terakhir ia memakai bedak untuk mukanya dan menyemprotkan parfum bayi pada tubuhnya.Senyumnya mengembang saat mengingat akan harinya yang baru diisi dengan bekerja di cafe milik Axel. Tidak hanya membantu melayani para pelanggan tapi juga ia bisa mendapatkan uang jika Lian dapat menyelesaikan pekerjaaannya sampai akhir bulan nanti.Lian menuruni tangga sampai lantai bawah dan kakinya melangkah ke ruang makan untuk melihat anggota keluarganya. Ia memilih tidak ikut bergabung untuk sarapan pagi itu. Ia akan masuk kerja sekitar jam 7 pagi ini. Jadi ia hanya meminum susunya lalu pamit untuk pergi. Semua keluarganya tidak curiga sama sekali Lian akan pergi sepagi itu. Memang biasanya Lian pergi pagi. Alasannya karna ingin menjauh dari Mahesa. Namun sekarang alasan sebenarnya adalah ia ingin bekerja di res
Siang itu Lian terburu-buru memasuki kampus karna ada satu mata kuliah di jam setengah 2. Axel sudah tahu akan hal itu jadi Lian memutuskan untuk bekerja setengah hari. Padahal cafe yang baru saja ia tinggali masih ramai-ramainya oleh pengunjung tapi Lian tidak punya pilihan lain. Prioritas utamanya adalah kuliah, ia tidak mau mengabaikan kuliahnya demi pekerjaan. Memang keduanya penting tapi menurut Lian kuliahnya lah yang lebih penting karna ia ingin cepat-cepat selesai dan bisa bekerja lebih baik dari ini.Baru saja Lian ingin memasuki gedung kuliahnya, seseorang mencekal lengannya dan itu membuatnya berhenti berjalan. Ia pun melihat siapa yang telah sengaja melakukan hal itu. Rasa tangan itu seperti bukan Zia karna ukurannya lebih besar dan tenaga yang dikeluarkannya pun lebih kuat."Mahesa, lepaskan! Aku mau masuk kuliah. Aku sudah terlambat." Lian mencoba melepaskan tangannya namun tenaganya kalah dari Mahesa.Mahesa tidak mau melepasnya sampai ia ingin Li