Pertemuan kali ini bersama dengan Axel buat Lian terasa sangat berbeda. Ada rasa hangat menjalar yang tidak bisa terungkapkan.
Tak Lian sangka Axel yang Lian kira laki-laki yang sok kenal dan sok akrab itu. Malah Lian rasa sikapnya itu seperti layaknya teman yang sudah kenal lama. Tidak hanya menghargai Lian sebagai wanita tapi juga memberi warna tersendiri di saat mereka bersama. Lian merasa tidak ada rasa canggung sama sekali saat kami bertemu. Lihat saja sekarang bagaimana sikap Axel padanya. Meskipun Axel sedang menyetir tapi sikapnya tidak tinggal diam dan dingin seperti Mahesa sewaktu kami bersama di dalam mobil. Axel berbeda, dia memberi pertanyaan garing atau sesekali dia berikan candaan agar Lian tidak cemberut atas pertanyaan-pertanyaan yang dia berikan.
Dan Lian akui itu adalah hal yang menarik yang ada dalam dirinya.
"Jadi kita mau kemana sih? Daritadi aku tanya sama kamu tapi nggak di tanggapin sama kamu. Jawabannya selalu aja nggak jela
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Lian ketika Lian menawarkan Axel untuk masuk ke dalam kedai bubur ayam untuk sarapan pagi itu. Kali ini Lian yang akan mentraktir Axel sebagai tanda kekalahannya atas pertandingan yang mereka lakukan tadi.Lian menggerutu dalam hati. "Siapa sih yang kirim pesan di saat kayak gini?"Lian mengacuhkan bunyi pesan yang masuk dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kedai daripada membuka siapa yang mengganggu aktifitasnya itu."Eh itu ada meja kosong. Kita makan di sana aja ya." tunjuk Lian pada sebuah meja kosong yang kebetulan ada di sudut dari kedai itu. Semua meja ternyata sudah terisi penuh. Untung saja kami bisa kedapatan tempat. Kalau tidak, kami harus menunggu dan itu entah kapan. Yang ada kami malah keburu kelaparan. Lian lihat, di sini tempat makan yang sudah buka hanya kedai bubur yang kami masuki ini, tempat makan yang lain masih pada tutup. Makanya kedai ini penuh dengan pengunjung yang mau memakan bubur pagi-pagi
Saat Lian sedang berjalan lurus di lorong sepi kampusnya, tiba-tiba Mahesa datang mengejutkannya dan berdiri mencegahnya untuk melanjutkan jalannya lagi. Saat itu Lian mau pergi ke perpus untuk mencari buku untuk tugas kampusnya namun ditengah jalan dia malah di hadang Mahesa sehingga dia tidak bisa lagi melanjutkan jalannya. Lian tau, pasti Mahesa mau membahas masalah yang terjadi kemarin."Mau apalagi kamu?" tanya Lian dengan nada ketus seperti biasa. Lian tau nada ketus yang seringkali di berikan pada Mahesa tidak akan bisa membuat laki-laki itu terdiam atau takut. Malah yang terjadi Mahesa menganggap remeh Lian yang bisanya hanya memberikan sindiran atau nada ketusnya."Aku mau melanjutkan pembicaraan kita yang kemarin sempat tertunda. Aku ingin tau apa jawab dari pertanyaanku itu. Kelihatannya kamu sudah tau jawaban apa yang akan di berikan sama aku. Kamu kelihatan baik-baik saja, tidak terlihat gelisah atau takut akan perkataanku yang kemarin itu. Apa kamu
Lorong itu masih saja sepi sejak mereka berdua masih ada di sana mempertanyakan sebuah kesepakatan yang sudah Mahesa berikan pada Lian, apakah kesepakatan itu akan terjadi kemudian atau tidak terjadi sama sekali.Mahesa masih berdiri menatap lekat wajah gadis yang tidak pernah berubah sedikit pun sejak pertemuan mereka dulu dimana kami bertemu saat awal pengenalan kampus waktu itu. Wajahnya selalu bersih tanpa ada sedikit pun jerawat yang menghiasi wajahnya itu dan tentunya Lian masih manis seperti dulu kala.Lian yang sedang diperhatikan tampak acuh saja karna pikirannya sedang mempertimbangkan masalah tentang hubungan yang terjadi nanti antara dirinya dan juga Mahesa.Di sela keterdiaman mereka, diam-diam dalam hati Mahesa berpikir kemudian. Jika Lian memutuskan untuk berhubungan diam-diam dengannya sudah pasti hatinya akan kembali berbunga-bunga, tidak akan pernah ada lagi dunianya yang keruh seperti sebelumnya karna keputusan sepihak keluarganya yang t
Saat Lian dan keluarga sedang sarapan bersama di meja makan pagi itu. Tak lama kemudian seseorang telah mengetuk pintu rumahnya. Sontak kami yang ada di ruang makan itu pun langsung menoleh ke arah pintu dimana orang itu telah menganggu sarapannya."Siapa ya yang datang bertamu pagi-pagi begini?" tanya Mama pada kami semua."Apa mungkin itu Kak Mahesa ya? Kak Mahesa kan biasanya juga datang buat jemput Raisa Ma."Lian yang mendengar percakapan itu hanya bisa diam dan acuh saja. Lebih baik melanjutkan makannya ketimbang ikut berbincang mengenai hal tak jelas begitu.Begitu Mahesa mengucap salam sembari mengetuk pintu. Sontak saja hal itu membuat Raisa yang sedang mengunyah makanan jadi berhenti."Tuh kan bener apa yang Raisa bilang pasti itu Kak Mahesa yang datang buat jemput Raisa. Pasti Kak Mahesa kangen mau ketemu Raisa makanya datang pagi-pagi gini. Kalau gitu aku yang bukain pintunya deh ya."Raisa langsung berlari ke arah pi
Dengan berat hati Lian terpaksa menjalani hubungannya dengan Mahesa. Mau bagaimana lagi, Lian tidak suka Mahesa bertindak kasar sama Raisa. Jadi mau tidak mau Lian menjalani hubungan diam-diam sama Mahesa.Lian tidak mau menunggu Mahesa dekat dengan rumahnya. Lian takut nanti ada yang lihat kalau Lian jalan sama Mahesa dan itu akan menimbulkan perdebatan yang cukup panjang. Sudah cukup hatinya sakit karna telah mendapatkan kenyataan pahit mendengar percintaannya kandas.Jadi Lian memutuskan untuk menunggu Mahesa di dekat area kampusnya. Itu lebih baik daripada harus berdebat dengan hati yang tidak tenang nantinya.Tak lama mobil Mahesa datang dan Mahesa keluar dari mobilnya. Penampilan Mahesa masih sama seperti tadi pagi tidak ada yang berubah sedikit pun. Mahesa berjalan mendekat lalu berdiri di depan Lian yang sedang menunggu di halte kampus."Nunggu lama ya? Maaf ya tadi Raisa minta temenin sebentar pas sampai sekolah. Aku nggak boleh pulang dulu sampa
"Axel," teriak Lian.Lian langsung terkejut mendapati Axel ada di depan matany tapi tidak dengan Mahesa, dia malah tampak santai saja melihat Axel ada di tempat yang sama dengan kami."Kamu lagi ngapain di sini?" tanya Axel pada Lian, ada rasa curiga dalam hatinya begitu mengetahui Lian ada di daerah perkebunan bersama dengan Mahesa. Tidak mungkin tidak ada apa-apanya kalau mereka pergi ke tempat ini hanya berdua saja. Mana Raisa. Kenapa tidak ada di antara mereka."Aku lagi mau cari bahan buat kuliah sama Mahesa. Ya kan Mahesa?"Hanya itu yang terpikir di dalam kepala Lian. Lian tidak tau alasan apa lagi yang harus Lian katakan sama Axel. Lian tidak bisa berpikir tenang saat ini karna baru saja ketahuan oleh Axel. Lian tau pasti Axel berpikir Lian sudah berbohong. Mana mungkin tugas kampus sampai ke area perkebunan. Itu sangat mustahil. Siapa pun orangnya pasti akan berpikir tidak akan mungkin.Bagaimana pun Lian harus mencoba bekerjasama sama Mah
"Aku tidak tau kalau kamu itu adalah pemilik resto ini," ujar Lian dengan acuh sembari berjalan mengikuti Axel di depannya.Axel mengajak Lian ke resto yang waktu itu dibilang Zia. Lian tidak mengira kalau Axel itu ternyata adalah pemilik resto ini. Lian kira Axel akan mengajaknya ke kantin atau ke perpus kampus untuk membicarakan masalah serius tapi tak Lian sangka Axel malah membawanya ke restonya. Tak apa lah, dengan begini mereka bisa bicara serius tanpa ada gangguan sama sekali. Lian sangat yakin dan pasti kalau Axel membawanya untuk satu tujuan, apa lagi kalau bukan tentang pertemuan tak sengaja yang terjadi kemarin.Sesampainya di dalam resto, Lian pikir mereka akan duduk di salah satu meja kosong yang ada di dalam resto itu namun tebakan Lian ternyata salah, Axel malah mengajaknya ke dalam ruang kerja laki-laki itu yang tertulis di depan pintu ruang kerja Axel.Sebelum masuk ke dalam ruangan, Lian mengamati terlebih dahulu ruangan yang tidak
Kesepakatan lain di setujui oleh Lian saat bertemu dengan Axel di resto miliknya. Setelah Axel bertanya perihal masalah yang terjadi kemarin pas pertemuan mereka di perkebunan, Axel berlanjut meminta Lian untuk bekerja di resto miliknya sebagai pekerja part time yaitu sebagai pelayan di resto miliknya. Lian pikir itu adalah kegiatan yang bagus di saat kuliahnya tidak terlalu banyak. Axel bilang pekerjaan yang di ambil oleh Lian juga tidak akan menganggu jam kuliah Lian. Jadi Lian memutuskan untuk ikut bekerja di sana. Seperti biasa, setiap pagi Lian pergi lebih dulu sebelum Mahesa datang ke rumahnya. Sekarang alasannya tidak hanya ingin menghindari laki-laki itu tapi kepergiannya juga karna Lian bekerja shift pagi sampai jam 12 siang nanti.Dengan semangat dan senyum yang tidak pernah pudar, Lian melangkah mendekati cafe yang tidak jauh dari kampusnya berada. Di pintu tulisan buka sudah tersedia yang berarti cafe itiu sudah buka sebelum dirinya datang.&nbs