Home / Romansa / Cinta Untuk Sang Pendosa / BAB 55 Tak Satu Pun Percaya

Share

BAB 55 Tak Satu Pun Percaya

Author: Nurmelyaa_
last update Last Updated: 2023-09-17 19:34:30

Benar saja, setelah Rangga masuk ke dalam rumahnya, ia tidak menemukan Nicha sama sekali.

Di lantai satu maupun lantai dua.

Kini ia berdiri di depan pintu belakang rumah yang terbuka, beberapa bagian termasuk gang pintu rusak akibat dari Nicha yang mencoba untuk kabur.

Bisa ditebak bahwa wanita itu sekarang pasti sudah berada di rumah orang tuanya.

Rangga menarik napas panjang, ia mencoba untuk tenang, jalan satu-satunya adalah ia harus ke rumah mertuanya lalu menjelaskan apa yang terjadi dengan sedikit bumbu kebohongan tentunya.

Ia harus bisa menyusun seluruhnya agar semua bisa berjalan seperti apa yang ia inginkan.

Rangga berjalan dan berhenti di depan cermin besar di tengah ruangan, ia menyisir rambutnya dengan rapi, memperbaiki jasnya lalu tersenyum. “Aku harus menemui pak Faris, karena dia jalan satu-satunya ya. Ini saatnya,” gumamnya.

Dengan langkah yang besar dan badan yang tegak percaya diri, Rangga pun pergi untuk menemui dan membawa pulang Nicha.

****

Nicha sangat legah bisa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 56 Nasihat Cinta

    Suara gesekan kuas pada kanvas terdengar di ruangan yang tenang itu.Tangan seorang pria begitu lihai memainkan warna di setiap sketsa dari gambar yang telah ia buat. Terkadang ia berpikir soal imajinasi yang ada di otaknya, entah karya apa yang ia buat ini, gambarnya terlihat berantakan namun tetap berkelas. Belum juga selesai namun ia menyimpan kuasnya dan membuka celemek yang sedari tadi menempel di tubuhnya. Tangannya penuh dengan cat air, pria itu berjalan ke wastafel lalu membersihkan tangannya hingga bersih. Iris mata hitamnya melirik jam dinding di ruangan yang dipenuhi oleh lukisan tersebut. “Sudah tengah malam ya,” gumamnya. Mungkin ini waktunya untuk ia istirahat, Gilang masuk ke dalam kamarnya lalu tak sengaja melihat handphonenya yang menyala, ia lupa ternyata handphone tersebut ketinggalan di kamarnya, segera ia melihatnya. Panggilan telepon dari nomor asing tertulis 8 kali panggilan tak terjawab. Gilang segera menghubungi balik nomor tersebut, mungkin pasiennya. “Ha

    Last Updated : 2023-09-18
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 57 Kembali Pulang

    “Kenapa aku tidak bisa berhenti untuk memikirkanmu, padahal dengan sadar aku paham bahwa ini salah tapi, sekuat apapun aku coba melupakanmu, aku –“Laki-laki itu menginjak rem hingga laju mobilnya terhenti tepat di depan rumah Rangga secara mendadak.“Aku tetap tidak bisa, kau buat aku gila, Nicha.”Mata tajamnya melihat rumah tersebut, ia menerawang apakah targetnya terlihat di sana namun tidak ada siapa-siapa.Ia putus asa, sudah beberapa minggu ini, ia mencoba bermasa bodoh, mencoba mencari hobi agar ia bisa melupakan wanita tersebut namun apa daya hatinya tidak bisa berkompromi.“Kenapa kau tidak pernah keluar, bukankah kau bilang sudah sembuh.”Gilang sudah seperti orang bodoh akibat stress, bohong jika dia kuat, bohong jika dia tidak peduli, bohong jika dia tidak patah hati.Tiba-tiba handphonenya berdering, Gilang segera mengambilnya, barangkali itu telepon dari pujaan hatinya namun tentu itu hanyalah sebuah mimpi. Hanya pikiran bodohnya.Gilang segera mengangkat teleponnya. “I

    Last Updated : 2023-09-21
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 58 Coretan Kecil

    Dengan napas terengah-engah Nicha terbangun dari tidurnya, matanya melihat sekeliling lalu kemudian ia bernapas legah karena menyadari itu hanyalah sebuah mimpi.Nicha terdiam sebentar, mencoba mencerna mimpinya semalam. “Adnan begitu nyata,” gumamnya setelah mengingat Adnan yang membuka selimut putih yang ia kenakan.Wanita tersebut bangkit, ia berjalan pelan menuju pintu, dengan pelan sekali ia menarik gang pintu hingga pintu itu terbuka sedikit. Nicha mencoba mengintip apakah Rangga sudah ke kantor hari ini tapi ia malah kaget setelah melihat ada orang yang begitu ia kenal sedang berdiri dengan anggunnya di ruang tamu.Sekali-kali wanita itu mengatur rambut pendeknya lalu mencoba tersenyum tipis, ia agak gugup.“Maaf, membuatmu menunggu lama.”Mendengar suara besar itu, gadis tersebut tersenyum dengan lebar. “Tidak apa-apa kak, aku senang sekali akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu datang juga,” ucapnya.“Benarkah, kau menunggu hari ini?” ujar Rangga seperti kaget yang dibuat-buat.

    Last Updated : 2023-09-25
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 59 Wanita Pendiam

    “Gilang, bawa aku pergi dari sini.” Wanita tersebut mengacak rambutnya dengan kasar saat tulisan itu muncul dibenaknya.“Ah… harusnya aku tulis namaku di kertas itu, kenapa hanya tulis ucapan yang tidak jelas, bagaimana jika dia tidak mengerti kalau itu aku!” Tangan Nicha kini mengaduk-aduk kopi yang baru ia seduh.“Jika dia tahu, apakah dia akan menolongku atau mungkin hanya mengabaikannya, lagian siapa aku,” ujarnya lemah sembari memanyumkan bibirnya.Ia memperhatikan kopi yang masih ia aduk tersebut, warnanya hitam ibaratkan kehidupannya yang gelap.“Kenapa aku tidak seperti wanita diluar sana, apa karena masa laluku yang begitu kelam.”Flashback“Hei, perhatian semuanya, pengumuman penting!” Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berdiri di depan kelas 1-A. Hari itu semua orang yang sedang melakukan aktifitasnya langsung mengalihkan perhatian pada gadis tersebut.“Kalian harus tahu berita ini, ” ujarnya dengan suara lantang.“Kau tidak malu merusuh di kelas kami?” tanya gadis

    Last Updated : 2023-09-30
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 60 Tetesan Merah

    “Andai bisa, aku keluar dari rumah ini lalu keluar kota dan memulai hidup sendiri kemudian sukses menjadi wanita mandiri.”Khayalan tersebut memenuhi kepala Nicha, dengan gampangnya setiap adegan tersebut begitu mudah dilewatinya, tentu saja itu terjadi hanya di dalam pikirannya.Sudah semingguan ia mengirimkan surat untuk Gilang, namun pria itu belum juga datang. Nicha memutuskan harapannya karena ia tahu kalau dia memang salah, dia memutuskan pertemanan dengan pria itu.“Nicha!”Seketika wanita itu tersadar dan bangkit dari kasurnya. Ia segera membuka pintu kamar dan keluar, namun pemandangan selanjutnya adalah ia yang melihat lengan suaminya digandeng oleh wanita lain.Nicha membuang muka setelah ia bertatapan dengan Bella. “Makanlah bersama kami malam ini,” ujar Rangga dengan senyuman palsunya.“Tidak, aku tidak lapar,” tolak Nicha sambil menggeleng pelan.“Ayolah, kita kan teman.” Bella melepaskan tangan Rangga lalu menggandeng tangan Nicha, ia menarik Nicha lalu mendudukkan wani

    Last Updated : 2023-10-01
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 61 Malam Menuju Desa

    Mata itu membulat sempurna menyaksikan apa yang kini ia lihat, setelah lampu ruangan itu ia nyalakan, ia syok bukan main.Kaca jendela di samping TV-nya pecah, serpihan kaca bertebaran di mana-mana dan ada tetesan darah di tengah lantai tersebut.Laki-laki besar itu melangkah dengan cepat menuju kamar seorang wanita, namun sesaat setelah ia sampai di sana, dugaannya benar ketika wanita tersebut sudah tidak ada di sana.Bahkan pakaiannya saja sudah tidak ada sama sekali.Ia kembali ke ruang tamu yang sungguh berantakan itu, Ia menjongkok dan menyentuh tetesan darah tersebut.Ia murka sekali malam itu hingga pria tersebut berteriak dengan sekuat tenaganya.Seperti orang kesetanan, ia menelepon orang tua wanita tersebut ditengah malam itu.“Hallo, Rangga ada apa menelepon malam-malam?” terdengar suara lembut khas bangun tidur dari sebelah sana.Pria bernama Rangga itu mencoba mengatur napasnya. “Ibu, apa Nicha pulang ke rumah?” tanyanya.“Tidak, dia kabur lagi?” tanya ibunya.“Iya, tapi

    Last Updated : 2023-10-03
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 62 Tinggal Bersama

    “Fadly, hari ini klinik tidak buka karena aku tidak ada, jadi kau bisa libur.”“Tumben sekali, dokter ada di mana sekarang, memangnya?”“Emm… aku ada urusan seharian ini, aku ada di desa kelahiranku.”“Ah begitu, baiklah dok.”Tampak laki-laki itu mematikan teleponnya lalu kemudian melanjutkan masakannya yang sempat tertunda, Nicha hanya berani melihatnya dari daun pintu kamar sambil memikirkan mengapa pria tersebut bisa sampai sejauh ini. Mengapa dia terlalu baik.Nicha jadi ingat ucapan Rangga kalau pria itu menyukainya, tapi kenapa Nicha tidak pernah menyadarinya, apakah ini termasuk tandanya?Wanita itu menunduk, memperhatikan lantai putih yang ia injak, berada di sini membuatnya nyaman tapi apakah ia akan terus seperti ini. Tentu, Nicha harus menghadapinya.“Hei, kenapa berdiri di situ?” Nicha tersontak kaget setelah pintu kamarnya di buka.Ia melihat Gilang dengan terkejut. “Ayo, kita sarapan dulu,” ajak pria itu tak menggubris Nicha.Sesampainya di depan meja makan, Nicha menga

    Last Updated : 2023-10-07
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 63 Seperti Matahari, Kau Juga Bisa Bersinar

    “Hei, bangunlah.”Nicha membuka matanya perlahan dengan berat, suara bisikan itu kembali terdengar lembut di telinganya. “Ada apa?” tanyanya dengan suara serak.“Ayo, kita jalan-jalan,” ajak pria itu dengan senyuman lebarnya.“Jalan-jalan, sepagi ini?” tanya Nicha masih ogah beranjak dari kasurnya. Ia kembali menutup matanya.“Kita ke bukit untuk melihat matahari terbit, ayolah,” ucap Gilang menggoyangkan lengan Nicha pelan.Nicha membuka kembali matanya dan kemudian melihat pria itu. “Ayolah, karena kalau tidak. Kau tidak akan bisa melihat pemandangan menakjubkan itu jika aku nanti pergi bekerja, ayo kali ini saja, mumpung aku masih libur.”Nicha mau tak mau harus ikut dengan pria itu. Ia bangkit sembari berkata dengan malasnya. “Dasar pemaksa.”Gilang tertawa kecil mendengar ocehan itu. “Bergegaslah sekarang, aku tunggu di ruang depan,” ujarnya langsung keluar dari kamar itu.Beberapa menit kemudian, Nicha keluar dengan celana kain hitam dengan rambut yang ia ikat ke atas seperti ek

    Last Updated : 2023-10-10

Latest chapter

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 100 Terima Kasih

    “Dahlia, mungkin itu bunga yang bisa melambangkan kisah tentang kita…kau tahu apa maknanya? Dia lambang ikatan dan komitmen, dia adalah anugerah dan juga perubahan hidup yang positif. Jika ada kata yang lebih dari terima kasih, aku akan mengucapkannya…”~Ileanna Hanicha ****Pada matahari yang memancarkan sinarnya, ia ingin berterima kasih. Ia membulatkan tekadnya untuk keluar dari kegelapan yang menyelimuti kalbunya, melangkah demi melangkah hingga mendapat titik terang dari hidupnya.Semua perubahan itu terbayar sudah, di sini dia sekarang. Nicha, memasang raut wajah tersenyum melihat dua orang yang telah menjadi kekuatannya selama ini.“Papa, susunannya tidak seperti itu!”Mainan lego itu yang awal mulanya berbentuk sebuah robot seketika hancur, Nicha akui suaminya tidak pandai untuk merangkai atau menyusun lego seperti di petunjuk gambar, keributan terus terjadi hingga anak laki-laki yang berumur delapan tahun itu berdiri.“Aku tak mau main sama papa lagi, aku mau main sama Cinta

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 99 Seseorang Yang Menyatukan

    Mata besar wanita itu hanya memandang satu orang dari banyaknya orang disekitar sana, ibarat dari semua kegelapan malam, hanya ada satu objek yang bersinar. Matanya tak bisa berpaling, punggungnya yang tadinya bersandar di tembok kini berdiri tegap. Sedangkan laki-laki itu masih berjalan ke arahnya, membelah lautan manusia, seperti dialah pemeran utamanya.Malam ini, dia memang adalah pemeran utama, bisa dilihat dari tampilannya yang sangat berbeda dari orang-orang. Wanita itu tak pernah melihatnya memakai setelan jas hitam dengan dasi berwarna merah.“Tampan,” gumamnya tanpa sadar.Entah sejak kapan lelaki itu sudah ada di depannya, memberinya segelas minuman.“Kau menunggu siapa?” tanya pria itu.“Orang tuaku, katanya mereka akan datang. Lalu kau, kenapa bisa ada di sini?” tanya wanita itu balik.Pria itu tersenyum. “Aku ada urusan dengan seseorang,” jawabnya.Wanita itu mengangguk. Matanya kembali melihat-lihat orang-orang yang sedang berpesta. “Kata ibu, ini pesta teman ayah, tapi

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 98 Restu Orang Tua

    Waktu demi waktu terus berjalan, Gilang mungkin sudah duduk tiga jam di café tersebut, ia melirik jam dinding besar yang terletak di atas jendela besar menghadap jalan itu, rupanya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak. Tapi hampir jam sepuluh itu artinya café akan tutup dua jam lagi.Tak ada satupun pikiran bahwa ayah Nicha tidak akan datang atau lupa, tapi Gilang malah berpikir bahwa ayah Nicha sedang mempermainkannya atau mencoba melihat keseriusannya, sampai kapan ia akan bertahan ditengah orang-orang yang mulai meninggalkan tempat itu.Dengan coat berwarna cokelat yang ia kenakan, Gilang menghela napas mencoba sabar untuk menunggu, jika benar ayah Nicha Cuma mempermainkannya, tak apa. Ia akan coba dilain hari.Gilang mengaduk kopi panas yang sudah dingin dan setengah dari gelasnya itu. Sungguh bosan hingga ia rasanya ingin memejamkan mata.Suara rintik hujan terdengar di atasnya, mencoba menyadarkan dirinya kalau janji ayah Nicha hanyalah kebohongan belaka. Mana ada orang

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 97 Aku Hanya Mau Dengannya

    Wanita dengan baju tidur bermotif kotak-kotak hijau itu menutup segera jendelanya, matanya masih menatap sosok laki-laki yang baru saja pergi setelah diberi nasihat oleh ibunya.Matanya memancarkan kesedihan, ada rasa khawatir yang juga tersinggap dipikirannya, bagaimana kelanjutan hubungan mereka saat ini.Ia menghela napas berat lalu menutup gordennya, dengan lesuh Nicha segera berbaring di kasurnya berusaha memejamkan matanya ditengah lampu yang bersinar terang, pantaslah ia tak bisa tidur, meski ia mencoba memutup mata namun cahaya lampu itu seakan bisa menembus kelopak matanya.Samar – samar, ia dapat melihat hari-hari lama yang telah ia lalui namun ini lebih ke suasana rumah kediaman orang tua Gilang, betapa indahnya hari itu. Apalagi setelah ia menyadari jika perasaannya mulai tumpuh positif menjadi cinta yang sekarang telah menjadi luar biasa.‘Apa aku harus berbicara dengan ayah, besok?’‘Jika aku terus seperti ini maka, aku tidak akan bisa menikah dengan Gilang!’Demikianlah

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 96 Kamar

    “Jika ibu perhatikan, kau belakangan ini sudah mulai memasak di dapur dan masakanmu enak menurut ibu,” puji ibu Hesti.Nicha yang sedang memotong kentang itu tersenyum. “Benarkah bu, itu Gilang yang ajar.”Ibunya mengangguk. “Gilang bisa memasak juga? dia pria hebat.” Nicha mengangkat alisnya lalu kembali tersenyum.“Ya, bu. Dia memang pria serba bisa, dia bisa memasak, bisa melukis, bisa berbicara depan umum, bisa –“ ucapannya terhenti setelah ayahnya lewat dan meliriknya tajam.“Ah.. ya begitulah bu,” lanjutnya kaku dan kembali melanjutkan kegiatannya.Waktu terus berjalan tapi ayahnya masih tidak suka jika nama Gilang disebut di rumah itu, Nicha memanyumkan bibirnya, lagian Gilang tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa ayahnya begitu sensitif pada pria tersebut.Harusnya ayahnya berterima kasih, tapi Nicha sangat mengenal ayahnya. Pria tua itu memang angkuh, jika sekali ada orang lain yang dia tidak suka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk mengambil hati ayahnya lagi.

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 95 Cinta Yang Tak Bisa Diungkap

    “Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh itu, Rangga?”Rangga mengacak rambutnya frustasi. “Aku tidak berniat untuk menembak Zia, percayalah padaku, aku hanya ingin membunuh Gilang!” jujurnya.“Dengan entengnya kau bilang hanya membunuh Gilang?”“Jika tidak ada dia dari awal mungkin semuanya akan berjalan baik.”“Berjalan baik? kau itu sungguh jahat, Rangga!”“Semuanya berawal dari kau, bukan?”Nicha mengangguk pelan, ia masih menatap Rangga dengan kekecewaan. Polisi masih mengawal mereka berdua di belakang sana. Hari ini, Nicha menjenguk Rangga hanya ingin memastikan semuanya.“Sejujurnya target sebenarnya adalah kau namun ditengah jalan rencana tersebut, aku menyadari ada yang tidak beres dengan hatiku, aku dendam namun terus memikirkanmu, aku terlambat menyadarinya kalau perasaanku tumbuh terhadapmu. Sungguh.”Rangga menatap seduh wajah wanita yang ada di depannya tersebut.Nicha membuang mukanya, tak sudi mendengar ucapan menjijikkan dari Rangga.“Kita sudah berakhir,” ketusnya.Ra

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 94 Tetesan Air Mata

    “Maaf, aku tidak melihat teleponmu,” ujar Gilang sembari menangis.Ditatapnya Zia yang begitu kasihan, matanya yang mulai gelas, suhu tubuhnya yang juga mulai dingin belum lagi darah masih jatuh bercucuran di dadanya.Zia menggeleng. “Tak apa, yang penting kau selamat, aku bersyukur,” ujar Zia.Wanita itu bersyukur melihat Gilang masih hidup dan tidak terluka sedikit pun, itu mungkin adalah tujuan akhirnya.Ia tidak menyesal sama sekali telah berkorban dengan nyawanya untuk pria yang dicintainya, meski cintainya tak akan pernah terbalaskan namun ia legah kalau pria itu bersama wanita yang dipercayakannya.Meski dulu Zia membenci Nicha, tapi ia sadar jika hanya Nicha tempat bahagia untuk Gilang. Zia percaya kedepannya bahwa hanya Nicha lah yang dapat membuat hidup Gilang bahagia, nyaman dan damai.Zia rela jika Nicha menjadi wanita sandaran Gilang disaat pria tersebut lelah, Zia rela jika Nicha menjadi tempat ternyaman untuk Gilang pulang, dan Zia rela jika Nicha suatu hari melahirkan

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 93 Tubuh Dingin Zia

    BAB 93“Aku ingin meresmikan hari ini.”Nicha mengedipkan kedua matanya lalu natap Gilang dalam. “Hah, apa maksudmu?” tanyanya tak paham.otaknya belum bisa mencerna apa perkataan lelaki itu. “Bisakah kau tinggal sebentar saja di sini, nanti aku akan mengantarmu pulang jam sepuluh?” tanyanya balik.Nicha mengangguk. “Ya, tentu. Tapi apa maksudmu meresmikan?”Gilang tersenyum. Ia perlahan memegang tangan Nicha dengan lembut. “Menurutku selama ini hubungan kita tak pernah resmi, aku tidak bisa mengatakan kau milikku jika Rangga masih berstatus sebagai suamimu, namun mulai hari ini juga, kau akhirnya menjadi seorang wanita yang sendiri lagi, aku legah dan tentunya bahagia. Jadi –“Nicha memperhatikan bicara Gilang dengan seksama. “Jadi?” katanya.“Jadi, emmm.” Gilang melepas kedua tangannya lalu merogoh saku celana hitamnya.Dengan jantung yang berdebar kencang, Nicha menunggu Gilang mengambil sesuatu tersebut.Matanya membulat sempurna ketika ia melihat kotak berbentuk hati berwarna mer

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 92 Gelapnya Malam Itu

    Perceraian itu hal yang paling dibenci oleh Tuhan.Ada seseorang yang singgah hanya menjadi ujian bagi kita, tapi ada juga seseorang yang benar-benar ingin menetap dihati kita, itulah yang namanya jodoh.Seberapa jauhnya dan lamanya waktu itu, kita akan tetap bertemu dengannya kembali jika memang ia adalah jodoh terbaik untuk kita.Itulah yang Nicha pahami.Bahwa ia kini sedang dihadapkan dua pilihan. Antara bertahan dengan yang lama tapi menderita atau akhiri semuanya dan menjalani hidup baru bersama orang baru yang selama ini telah ada selalu bersamanya.Tentu semuanya pasti tahu jawabannya, ‘kan?Hari itu tepat selesainya sidang perceraian Nicha dan Rangga. Tak ada persidangan lagi, karena ini telah berakhir. Rangga kalah.Pak Faris hari itu tidak datang ke persidangan, laki-laki tua tersebut memilih tidak bertemu dengan Rangga, bahkan ia telah menyiapkan kejutan dihari Rangga akan kembali bekerja.Ya. Itu adalah surat pemecatannya.Rangga sungguh geram, marah dan merasa dipermaink

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status