Home / Romansa / Cinta Tuan Muda / Jejak di Hutan dan Ciuman di Bawah Bulan

Share

Jejak di Hutan dan Ciuman di Bawah Bulan

last update Last Updated: 2025-03-06 09:45:02

Aku berlari sekuat tenaga, menyusuri jalan setapak yang penuh ranting dan batu tajam. Kakiku berkali-kali terpeleset, lututku lecet, tapi aku tak peduli. Nafasku berat, dada terasa sesak, tapi suara teriakan Sarman yang membahana di belakangku membuatku tak punya pilihan selain terus berlari.

Di tengah kegelapan hutan, hanya cahaya bulan yang menjadi penerang. Udara malam terasa dingin menusuk, membuat bajuku yang basah kuyup semakin menggigilkan tubuhku.

“Mahendra…” nama itu terus terucap lirih dari bibirku. Aku tak tahu bagaimana nasibnya sekarang. Apakah dia berhasil melawan Sarman? Atau malah—aku menggeleng cepat, menepis pikiran buruk itu.

Tiba-tiba, langkahku terhenti. Di depan, berdiri sosok yang membuat jantungku nyaris copot. Aku langsung mundur selangkah, bersiap lari lagi, tapi suara lembutnya menahanku.

“Laila… ini aku.”

Mahendra.

Aku langsung menubruknya, memeluknya erat seolah tak mau melepaskan lagi. “Mas! Kamu nggak apa-apa? Aku kira kamu—”

Mahendra menempelkan telunju
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Tuan Muda   Jejak Rahasia di Balik Cinta

    Pagi itu, suasana di vila terasa sunyi, terlalu sunyi. Bahkan suara burung-burung yang biasa berkicau di pepohonan sekitar terasa asing di telingaku. Aku duduk di tepi ranjang, memeluk lutut sambil memandangi jendela yang masih dipenuhi embun pagi. Udara dingin menusuk kulit, seolah mengingatkanku bahwa kenyataan yang kuhadapi jauh lebih menusuk daripada hawa pagi yang menusuk tulang.Reynand masih terlelap di sisi ranjang, wajahnya yang tampan tampak begitu tenang, kontras dengan badai yang berkecamuk di pikiranku. Semalam, setelah kejadian penculikan itu, kami memang berusaha saling menguatkan. Tapi jauh di dalam hati, aku tahu bahwa ketakutan masa laluku kembali mengintai.Ketika aku hendak melangkah keluar kamar, ponsel Reynand bergetar di meja nakas. Awalnya aku tak berniat peduli, tapi nama yang tertera di layar membuat langkahku terhenti. "Diana." Satu nama yang begitu asing sekaligus familiar. Hatiku mencelos. Aku ingat betul, Diana adalah wanita dari masa lalu Reynand—wanita

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta Tuan Muda   Cinta di Tengah Kekacauan

    Mobil yang kami tumpangi melaju kencang, tapi suasana di dalam mobil justru terasa canggung. Aku duduk diam sambil memeluk tas, sementara Reynand berkonsentrasi menyetir dengan wajah tegang. Aku tahu pikirannya dipenuhi berbagai masalah, tapi suasana hening ini malah bikin aku makin gugup.Aku meliriknya sekilas. “Rey, kamu marah sama aku?” tanyaku pelan.Reynand melirikku cepat lalu tersenyum tipis. “Kenapa aku harus marah?”Aku mengangkat bahu. “Ya… tadi aku sempet nuduh kamu yang enggak-enggak. Aku nyesel.”Reynand menepikan mobil ke bahu jalan tiba-tiba. Jantungku nyaris copot. “Eh, kenapa berhenti?”Reynand memutar tubuhnya menghadapku. Tiba-tiba dia meraih kedua pipiku, menangkupnya lembut. “Sayang, aku ngerti kamu takut dan bingung. Kamu enggak salah kok. Aku malah bangga kamu berani ngomongin rasa curiga kamu langsung ke aku.”Pipiku langsung panas. Ini cowok, kenapa bisa se-romantis itu sih? Aku menggigit bibir menahan senyum malu. “Tapi aku nyesel udah mikir kamu selingkuh.”

    Last Updated : 2025-03-07
  • Cinta Tuan Muda   Rahasia yang Terungkap

    Setelah insiden Maya yang basah kuyup disemprot Ayah, aku pikir masalah sudah selesai. Aku salah.Malam itu, aku dan Reynand duduk di teras rumah, menikmati udara desa yang sejuk. Ayah sudah tidur, sementara aku bersandar di bahu Reynand, menikmati ketenangan yang akhirnya datang setelah drama seharian.Tiba-tiba Reynand menarik napas panjang. “Aira… ada sesuatu yang harus aku ceritain ke kamu.”Aku langsung menegakkan tubuhku. Wajahnya serius, matanya menatap lurus ke depan.“Ada apa?” tanyaku, mulai cemas.Reynand mengusap wajahnya dengan frustrasi. “Ada seseorang dari masa lalu aku yang mungkin bakal ganggu kita lagi.”Aku mengerutkan dahi. “Siapa?”Reynand diam sejenak, lalu berkata pelan, “Ibuku.”Jantungku berhenti sejenak. “Ibumu? Bukannya… beliau sudah meninggal?”Reynand menggeleng, senyumnya pahit. “Itulah yang aku kira selama ini. Tapi aku baru dapat kabar… dia masih hidup.”Aku terdiam. Ini… kejutan yang sama sekali gak aku duga.“Jadi selama ini dia di mana?” tanyaku hati

    Last Updated : 2025-03-08
  • Cinta Tuan Muda   Malam yang Penuh Emosi

    Setelah pertemuan dengan ibunya, Reynand diam sepanjang perjalanan pulang. Aku bisa merasakan betapa kacaunya pikirannya. Aku menggenggam tangannya yang masih berada di setir. “Rey, kalau kamu mau bicara…” Dia menghela napas. “Aku nggak tahu harus merasa apa sekarang.” Aku hanya menatapnya, memberi dia ruang untuk berbicara lebih jauh kalau dia mau. Begitu sampai di rumahnya, dia langsung melepas jas dan duduk di sofa dengan tangan menutupi wajah. Aku ikut duduk di sampingnya. “Jadi selama ini aku hidup dengan kebohongan,” katanya pelan. “Aku tumbuh dengan berpikir ibuku sudah mati. Ayahku selalu bilang dia meninggalkan kami karena nggak ingin terikat dengan keluarga.” Aku mengusap punggungnya pelan. “Itu pasti berat buatmu.” Dia mengangguk. “Dan sekarang, dia kembali… bilang kalau selama ini dia dipaksa pergi.” Dia menatapku, matanya penuh emosi. “Aku nggak tahu harus percaya siapa.” Aku menggenggam tangannya. “Kamu nggak harus buru-buru memutuskan. Ambil waktu yang k

    Last Updated : 2025-03-09
  • Cinta Tuan Muda   Rahasia Keluarga yang Terungkap

    Reynand menatap pria itu tajam, rahangnya mengeras. “Siapa kamu?”Pria itu melirikku sekilas sebelum kembali menatap Reynand. “Kita harus bicara. Ini tentang masa lalu keluargamu.”Aku menggenggam lengan Reynand dengan cemas. “Rey, hati-hati.”Dia mengangguk, lalu melangkah keluar. Aku mengikuti dari belakang, tapi pria itu menatapku dengan ekspresi ragu. “Ini sebaiknya antara aku dan dia.”Aku langsung bersedekap. “Maaf, tapi kalau ini menyangkut Reynand, aku juga harus tahu.”Reynand menatapku sejenak, lalu menghela napas. “Apa pun yang kau katakan padaku, dia juga harus dengar.”Pria itu mendesah, lalu mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari dalam jaketnya. “Ini…” Dia menyerahkannya pada Reynand. “Buka dan lihat sendiri.”Dengan tangan gemetar, Reynand membuka amplop itu dan menarik keluar beberapa foto lama. Matanya membelalak saat melihat isinya.Aku mengintip dari samping. Foto-foto itu menunjukkan seorang pria—mirip Reynand, hanya saja lebih tua—bersama seorang wanita yang terl

    Last Updated : 2025-03-10
  • Cinta Tuan Muda   Antara Cinta dan Ancaman

    Malam itu, kami menonton film komedi romantis di sofa, tapi aku bisa merasakan bahwa pikiran Reynand masih kacau. Tangannya tetap menggenggam jemariku erat, seolah-olah aku adalah satu-satunya hal yang membuatnya tetap tenang.Aku mencuri pandang ke arahnya. Biasanya, dia selalu terlihat dingin dan terkendali, tapi malam ini… dia tampak seperti seseorang yang sedang menahan beban berat di pundaknya."Rey," aku memanggil pelan. "Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tahu kau mencoba bersikap tenang, tapi aku bisa merasakan kalau sesuatu mengganggumu."Dia menghela napas panjang, lalu menatapku. Matanya yang tajam kini tampak lebih lembut, tapi tetap menyimpan ketegangan."Aku baru saja mengetahui sesuatu tentang ayahku," katanya akhirnya. "Dan aku tidak tahu apakah aku siap untuk menerimanya."Aku menggenggam tangannya lebih erat. "Apa maksudmu?"Dia menoleh ke layar TV, menatap film tanpa benar-benar melihatnya. "Aku pikir selama ini ayahku adalah pria yang tegas tapi adil. Tapi ternyata…

    Last Updated : 2025-03-11
  • Cinta Tuan Muda   Jejak di Kegelapan

    Cahaya kilat dari luar jendela menerangi siluet sosok yang berdiri di ambang pintu. Tubuhnya tinggi, bahunya lebar, dan di tangannya tergenggam sesuatu—sebuah pisau.Aku menahan napas, sementara Reynand langsung bergerak cepat. Dalam sekejap, dia menarikku ke belakangnya, menjadi tameng di antara aku dan orang asing itu."Siapa kau?" Reynand bertanya dengan suara rendah, penuh ancaman.Orang itu tidak menjawab. Cahaya dari koridor hanya memperlihatkan wajahnya sebagian. Tapi saat dia melangkah maju, aku bisa melihat sesuatu yang mengerikan—senyum sinis di wajahnya."Akhirnya kita bertemu, Reynand," suaranya serak, seperti seseorang yang sudah lama menunggu momen ini. "Sudah siap kehilangan segalanya?"Aku bisa merasakan ketegangan di tubuh Reynand. Rahangnya mengeras, matanya menyipit tajam. "Apa maumu?"Orang itu mengayunkan pisaunya dengan santai. "Hanya ingin memastikan kau membayar semua hutang lama."Aku mengernyit. Hutang? Reynand tidak pernah bercerita tentang ini.Tanpa pering

    Last Updated : 2025-03-12
  • Cinta Tuan Muda   Antara Bahaya dan Cinta

    Di dalam vila yang sepi itu, aku bisa merasakan detak jantung Reynand yang masih cepat. Pelukannya erat, seolah takut kehilangan. Aku diam di dalam dekapannya, mencoba menenangkan diri dari ketegangan yang baru saja terjadi."Kau baik-baik saja?" suaranya rendah dan hangat di telingaku.Aku mengangguk pelan. "Ya… hanya masih sedikit shock."Dia mengusap rambutku lembut. "Maaf, aku tidak bisa mencegah ini lebih awal. Seharusnya aku lebih berhati-hati."Aku menarik diri sedikit, menatapnya. "Ini bukan salahmu, Rey. Kau sudah melindungiku sejauh ini."Matanya menatapku penuh perasaan. Tapi sebelum ada yang bisa dikatakan lagi, suara ponsel Reynand bergetar di saku celananya.Dia menghela napas dan mengangkatnya. "Ya?"Aku memperhatikan ekspresinya yang langsung berubah serius. "Kau yakin?" Reynand menatapku sekilas sebelum menjauh sedikit untuk berbicara lebih lanjut.Aku tidak bisa mendengar semuanya, tapi beberapa kata yang terdengar cukup membuatku tegang. "Target utama… pergerakan… p

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • Cinta Tuan Muda   Perang yang Sesungguhnya

    Aku masih bisa merasakan adrenalin mengalir deras di tubuhku. Mobil melaju kencang di jalanan gelap, meninggalkan gudang yang kini sudah pasti dikepung musuh."Mereka siapa sebenarnya?" aku bertanya dengan napas tersengal. "Dan kenapa mereka bisa menemukan kita?"Adrian menatap ke kaca spion dengan rahang mengeras. "Itu yang harus kita cari tahu."Reynand, yang duduk di kursi belakang dengan luka di lengannya, merintih pelan. Sierra merobek bagian bawah bajunya dan menekannya ke luka Reynand untuk menghentikan pendarahan."Kita butuh tempat untuk berlindung," kata Sierra dengan nada tegas. "Nggak mungkin kita terus melarikan diri tanpa rencana."Reynand mengangguk. "Aku tahu tempatnya."Adrian meliriknya sekilas melalui kaca spion. "Dimana?""Ada rumah aman di luar kota. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana, tapi tempat itu benar-benar aman. Paling tidak untuk sementara."Aku bisa merasakan kelegaan kecil di dalam hatiku. Setidaknya kami punya tujuan.Mobil terus melaju di jalana

  • Cinta Tuan Muda   Tempat Persembunyian dan Bahaya yang Mengintai

    Mobil kami akhirnya melambat setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam. Udara malam mulai menusuk, dan aku bisa merasakan ketegangan di dalam mobil yang masih belum hilang. Reynand duduk diam di kursinya, matanya tajam menatap jalanan, sementara Sierra terlihat sibuk memeriksa pistolnya, memastikan setiap peluru siap digunakan.Aku menoleh ke Adrian. “Kita mau ke mana?” tanyaku, suaraku masih sedikit bergetar setelah kejaran brutal tadi.Adrian menatap ke kaca spion sebentar sebelum menjawab, “Reynand bilang dia tahu tempat aman. Aku percaya padanya.”Aku mengerutkan dahi, lalu menatap Reynand. “Kita bakal ke mana?”Reynand akhirnya menoleh padaku. “Sebuah tempat persembunyian. Hanya orang-orang tertentu yang tahu lokasinya.”Aku masih curiga, tapi mengangguk. Aku tahu, untuk saat ini, kami tidak punya pilihan lain.Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah gudang tua di pinggiran kota. Bangunannya tampak terbengkalai, dengan dinding beton yang mulai retak dan p

  • Cinta Tuan Muda   Kejaran Mematikan

    Mobil melesat di jalanan kota yang mulai lengang. Lampu-lampu jalan berkelebat melewati kaca jendela yang sebagian retak akibat tembakan. Aku masih berusaha mengatur napas, sementara tangan Reynand tetap menggenggam pergelangan tanganku erat, seolah takut aku akan menghilang begitu saja.“Tahan setirnya sebentar!” teriak Reynand pada Adrian, lalu dengan sigap ia membuka jendela dan mengarahkan pistolnya ke belakang.DOR! DOR! DOR!Aku melihat salah satu mobil yang mengejar kami kehilangan kendali dan menabrak trotoar, tapi dua mobil lainnya masih memburu tanpa ampun.“Brengsek, mereka tidak mau menyerah!” geram Adrian sambil membanting setir ke kanan, memasuki jalan kecil yang nyaris kosong.Sierra mengetuk layar ponselnya dengan cepat. “Aku akan mencoba mematikan lampu lalu lintas di jalur utama, bikin kekacauan, mungkin mereka kehilangan jejak kita.”Aku menggigit bibirku, merasa sedikit lega karena Sierra selalu punya cara untuk membuat segalanya lebih kacau bagi musuh.Tapi harapa

  • Cinta Tuan Muda   Kebenaran yang Tidak Bisa Dihindari

    Aku tidak bisa tidur malam itu. Pikiranku berputar-putar memikirkan semua yang baru saja terungkap. Om Martin… orang yang selama ini kuanggap sebagai pelindung ternyata menyembunyikan sesuatu dariku.Aku duduk di balkon kamar hotel tempat kami menginap. Kota di bawah sana masih hidup dengan cahaya lampu dan suara kendaraan yang tak pernah berhenti. Tapi bagiku, semuanya terasa hening.“Aku tahu kau tidak akan bisa tidur.”Aku menoleh. Reynand berdiri di ambang pintu, bersandar dengan tangan dimasukkan ke saku celana. Cahaya dari kamar menerangi wajahnya yang penuh perhatian.Aku memaksakan senyum. “Bagaimana aku bisa tidur setelah semua ini?”Dia berjalan mendekat, lalu duduk di sebelahku. Angin malam menyentuh wajahku, tapi kehadirannya membuatku merasa sedikit lebih hangat.“Kau masih ragu?” tanyanya pelan.Aku menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Aku hanya ingin semua ini tidak nyata. Aku ingin percaya kalau Om Martin benar-benar menyayangiku… bukan karena ada sesuatu yang dise

  • Cinta Tuan Muda   Kebenaran yang Tersembunyi

    Aku masih berdiri terpaku, memandangi Sierra dengan mata membelalak.“Saudara kembar?” suaraku nyaris berbisik.Sierra mengangguk pelan, ekspresinya tenang, seolah dia sudah siap menghadapi reaksiku. “Ya, Laura. Aku adalah saudaramu. Dan sudah waktunya kau mengetahui semuanya.”Aku berusaha memproses kata-katanya, tapi rasanya seperti otakku menolak untuk menerimanya. Ini tidak masuk akal. Jika aku punya saudara kembar, mengapa aku tidak pernah tahu?Reynand tampak tidak percaya. “Aku tidak pernah mendengar hal seperti ini sebelumnya. Dan aku sudah menyelidiki latar belakang Laura cukup lama.”Sierra tersenyum kecil. “Karena ini adalah rahasia yang dijaga ketat oleh orang-orang yang ingin mengendalikan hidupnya.”Aku menggelengkan kepala, mencoba mencari kepastian. “Bagaimana… bagaimana aku bisa mempercayaimu?”Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu lagi—sebuah foto lama yang sudah agak pudar. Dia menyerahkannya padaku dengan pelan.Tanganku gemetar saat aku menerimanya.Itu ada

  • Cinta Tuan Muda   Bayangan di Balik Kegelapan

    Pertarungan masih berlangsung sengit. Ruangan penuh dengan suara tembakan, dentingan besi bertemu, dan jeritan kesakitan. Aku menekan kain ke luka Selena, mencoba menghentikan pendarahannya.“Apa kau bisa bertahan?” tanyaku.Dia mengangguk lemah. “Aku tidak mau mati di sini…”Aku menoleh, mencari Reynand dan yang lainnya. Liam dan Tristan bertarung berdampingan, masing-masing melumpuhkan lawan dengan cepat dan efisien. Reynand berada di sudut ruangan, menahan seseorang dengan tangan kosong, wajahnya penuh amarah.Tiba-tiba, sesuatu bergerak di pinggir penglihatanku.Seseorang sedang berusaha kabur.Dan aku mengenali siluet itu.Adrian.Darahku mendidih. Setelah semua yang terjadi, dia masih berusaha melarikan diri? Tidak akan!Aku berlari, menerobos medan pertempuran, mengabaikan teriakan Reynand di belakangku. “Jangan gegabah, Laura!”Tapi aku tidak bisa berhenti sekarang.Aku mengikuti Adrian ke lorong gelap, napasku memburu. Aku bisa mendengar langkah kakinya di depan, cepat dan te

  • Cinta Tuan Muda   Pengkhianatan di Antara Kita

    Malam semakin larut, tapi ketegangan di dalam rumah ini terasa begitu pekat. Kami semua bersiap menghadapi serangan yang akan datang, tapi ada sesuatu yang terasa… aneh.Aku berdiri di dekat Reynand, sementara ayah, Tristan, dan Selena sibuk berdiskusi tentang strategi. Aku bisa melihat wajah-wajah mereka yang serius, penuh kewaspadaan. Tapi di antara semua itu, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.“Laura, kau baik-baik saja?” Reynand berbisik di sampingku.Aku menoleh dan mengangguk. “Aku hanya merasa ada sesuatu yang janggal.”Reynand menatapku dalam, lalu menoleh ke arah ayah dan yang lainnya. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu belakang. Semua orang langsung menegang.“Siapa itu?” bisik Selena.Tristan memberi isyarat agar kami tetap diam. Dengan gerakan hati-hati, dia berjalan menuju pintu belakang, mengintip melalui celah kecil di jendela.Lalu, sebelum kami bisa bereaksi…BRAK!Pintu itu didobrak dari luar, dan dala

  • Cinta Tuan Muda   Rahasia yang Terungkap

    Aku masih terpaku, jantungku berdetak kencang saat menatap pria yang berdiri di hadapanku. Ayah. Aku tak pernah menyangka akan melihatnya lagi, apalagi dalam situasi seperti ini.Reynand masih menggenggam tanganku erat, seolah takut aku akan runtuh sewaktu-waktu. Aku bisa merasakan ketegangannya, begitu juga dengan Tristan, Arya, dan Selena yang menatap ayahku dengan waspada.“Apa maksudmu aku dalam bahaya?” suaraku nyaris bergetar.Ayah menghela napas panjang, lalu menatap sekeliling. “Ini bukan tempat yang aman untuk membicarakannya. Kita harus pergi.”Aku ragu. Bertahun-tahun aku hidup tanpa kehadiran ayah, dan sekarang dia datang begitu saja, menyuruhku mengikutinya?Selena tampak tidak percaya. “Tunggu dulu, bagaimana kami bisa yakin bahwa kau bisa dipercaya?”Ayah menatapnya tajam. “Aku adalah satu-satunya alasan kalian masih hidup sekarang.”Selena membuka mulut, tapi tidak ada yang keluar. Dia jelas tidak menyukai sikap ayahku, tapi dia juga tidak bisa menyangkal bahwa polisi

  • Cinta Tuan Muda   Bayangan yang Kembali

    Aku masih memeluk Reynand erat, merasakan kehangatan tubuhnya yang meski lemah, tetap memberi ketenangan. Tapi aku sadar, ini belum selesai.Selena menendang pistol Adrian menjauh, memastikan dia tidak bisa bergerak lagi. Tristan dan Arya juga berjaga-jaga, tapi ekspresi mereka masih penuh kewaspadaan.“Apa kita harus menunggu polisi?” Arya berbisik.Selena menggeleng. “Tidak. Kita harus pergi sekarang.”Aku menatapnya dengan bingung. “Kenapa? Bukankah lebih baik jika Adrian ditangkap?”Selena menghela napas. “Kalau kita menunggu polisi, kita bisa terjebak dalam permainan ini lebih lama. Adrian punya banyak orang di luar sana, dan aku tidak yakin mereka tidak akan mencoba menyelamatkannya sebelum polisi datang.”Aku menggigit bibir. Itu masuk akal.Reynand menatapku dengan mata setengah terbuka. “Kita harus pergi, Laura.”Aku tidak ingin meninggalkannya di sini. Tapi aku juga tahu, kami harus bertahan.Akhirnya, aku mengangguk. “Baiklah. Kita keluar dari sini.”Tristan dan Arya memban

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status