Share

Bab 5

Penulis: Mommy No Na
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Farida yang mendengar suaminya berkata blak-blakan tentang perasaannya bertemu dengan perempuan lain, itu membuat hatinya semakin panas dan meradang. Bara di hatinya seolah membakar tubuhnya, wajah Farida memerah karena marah. Ia berusaha menahan ledakan yang ada di dadanya.

Air mata yang tadi sempat berhenti mengalir, kini cairan bening itu tumpah ruah tanpa bisa ditahan. Goresan luka yang ada di hatinya kini semakin dalam bahkan telah hancur berkeping-keping. Hancur! 

"Ma, aku memang salah, aku sudah berbohong sama kamu, tapi aku nggak pernah mengkhianatimu." Deni semakin merasa bersalah melihat wajah istrinya yang basah karena cucuran air mata. Tidak pernah terbesit di dalam benaknya untuk menyakiti ibu dari anak-anaknya itu. Farida menatapnya tajam. 

'Apa maksudnya mengatakan gak pernah mengkhianati, tapi bahagia telah menemukan gadis itu?' batin ibu dari tiga orang anak itu. Ucapan suaminya sungguh tidak masuk dalam logikanya.

"Jahat kamu, Pa! Aku gak nyangka kamu sejahat ini." Isak Farida. Asih yang duduk di samping putrinya juga menitikkan air mata. 'malangnya nasibmu, Nak!' gumamnya dalam hati.

"Ma–"

"Pergi kamu! Pergi!" Teriak Farida, ia bangkit dari duduknya dan menarik tangan Deni, agar lelaki itu pergi dari sana. Namun lelaki itu bergeming.

"Tenang dulu, Ma, aku belum selesai," Deni memohon.

"Pergiii!" Teriakan Farida semakin kuat, ia menangis semakin menjadi. Ia mendorong tubuh suaminya, namun lelaki itu berusaha menahan tubuh Farida. Tentu saja tenaga Deni lebih kuat dari tenaga istrinya.

Tubuh Farida lunglai ke lantai, ia menepis tangan Deni saat lelaki itu berusaha meraih tubuhnya. Seketika ia merasa jijik melihat suaminya itu. Dalam pikirannya telah tergambar bahwa tangan suaminya itu telah menjamah tubuh wanita lain.

"Ma, maafkan Papa! Papa gak pernah menghianati cinta kita. Tapi Papa memang salah, karena telah menutupi sesuatu dari mama sekian lama." Deni mencoba mengutarakan isi hatinya, sementara Farida sudah tidak mampu lagi untuk berkata-kata, ia menutup kedua pendengarannya, ia sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang keluar dari mulut Deni. Ia merasa semua yang keluar dari mulut lelaki itu hanya pembelaan belaka.

"Kesalahan ini mungkin akan sulit kamu terima, tapi inilah saatnya Papa untuk terbuka, setelah puluhan tahun Papa tutupi." Farida mengangkat wajahnya, ia menatap suaminya dengan tatapan tidak mengerti. Meski ia menutup telinganya, namun kata-kata Deni masih terdengar jelas. 'Apa maksudnya, kesalahan yang sudah puluhan tahun ditutupi? Apakah dia ingin mengatakan bahwa ia telah selingkuh sekian lama?' batin Farida bicara. Pikirannya kembali menduga-duga.

"Sebenarnya, Papa sudah menikah ...."

"Apa?! Kamu tega, ya! Pergi! Aku gak mau lagi melihat wajahmu, pergi!" teriakan Farida memotong ucapan Deni. Lelaki yang memiliki wajah karismatik itu sangat sulit untuk menyelesaikan kata-katanya.

"Dengar dulu, Ma! Aku belum selesai bicara!" mohon Deni. Tiba-tiba Farida beranjak dan pergi meninggalkan Deni dan Asih. Ia masuk ke kamar lalu ia mendudukkan diri di balik pintu.

Deni tidak lagi berusaha menjelaskan pada istrinya, ia merasa percuma saja bicara karena ibu dari anak-anaknya itu tidak mau mendengar. Suasana hening, Asih dan juga menantunya itu tidak ada yang bicara. Deni melihat wanita di hadapannya itu menyeka wajahnya, sudut matanya basah. hal itu membuat Deni merasa bersalah. Ia merasa tidak seharusnya ia ribut di depan orang tua itu, karena pasti akan sangat membebankannya.

"Maaf, Bu!" ucap Deni lemah memecah keheningan. Asih yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, menatap menantunya tajam membuat Deni semakin salah tingkah. Raut wajahnya tidak dapat menutupi rasa kecewa yang ditorehkan oleh menantunya itu. Hatinya luka melihat anaknya seperti dipermainkan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa wanita yang di maksud Farida? Apa maksudmu telah menikah?" Rentetanpertanyaannikah?" Rentetan pertanyaan Asih. Ia menatap dingin lelaki yang telah membuat anaknya menangis itu.

"Namanya Luna, Bu! Dia anakku." jawab Deni terbata. Ia tertunduk.

"Apa!?" pekik wanita tua itu. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Farida pun begitu, meski ia masuk ke dalam kamar, tapi suara Deni masih mampu menembus pintu kamar karena jarak kamar dengan ruangan di mana Deni dan Asih berada hanya sekitar lima meter.

'Bagaimana mungkin gadis itu anaknya?' pikir Farida. Ia merasa apa yang ia dengar tidak masuk akal. Bahkan usia gadis itu saja lebih tua dari usia pernikahan mereka. 'Anak? Mungkinkah selama ini aku telah menjadi yang kedua?' Farida tersentak. Jika memang gadis berusia delapan belas tahun itu adalah putri Deni, maka Farida adalah wanita kedua dalam hidup Deni. Menyadari itu, ia keluar ingin memperjelas apa maksud dari lelaki yang sangat ia cintai.

"Apa maksudmu? Apakah itu maksudmu ingin mengatakan kalau aku adalah istri keduamu?" tanya Farida setelah ia keluar dari kamar. 

"Iya, Ma. Luna itu anakku. Maafkan aku, telah menyimpan rahasia ini begitu lama." Ucapnya merasa bersalah. Farida menatapnya tajam, ia tidak menduga akan mendengar semua itu. Lelaki yang selama ini ia puja ternyata hanya seorang pembohong ulung. Farida tersenyum miris, ia merasa bodoh.

"Jadi selama belasan tahun kau sudah menipuku, Pa?" Farida tertawa hambar, ia menertawakan dirinya sendiri yang sekian lama telah dibohongi Deni. "Jadi sebelum kau menikahiku, kau telah memiliki istri dan juga anak?" lanjutnya. Hatinya sungguh sakit. Andai ia tahu dari awal tentu ia tidak akan mau menikah dengan Deni.

"Bukan begitu, Ma. Saat itu aku hanya takut kehilanganmu. Aku takut kau akan meninggalkanku jika kau tau aku telah menikah." Deni pun menceritakan bagaimana awalnya ia meninggalkan istri dan anaknya di kampung.

Dulu Deni menikah dengan Rahma di kampung halamannya. Ekonomi yang sulit di kampung membuat Deni harus meninggalkan istri dan anaknya yang waktu itu baru berusia setahun. Awalnya kepergiannya dari kampung murni ingin memperbaiki ekonomi keluarganya.

Namun, kehadiran Farida membuatnya seakan lupa diri. Sifat Farida yang baik hati dan lemah lembut telah mampu membuat Deni menyingkirkan istri dan anaknya dari dalam hatinya. Ia akhirnya menutupi jati dirinya karena takut kehilangan wanita yang saat itu selalu mengisi hari-harinya. Status Deni di KTP yang belum diubahnya setelah menikah dengan Rahma, mendukungnya untuk menyimpan status pernikahannya.

Hingga akhirnya Deni mempersunting Farida. Sudah hampir lima belas tahun pernikahan mereka, dan telah memiliki dua orang anak dari hasil pernikahannya dengan Farida. Hal itu semakin membuat Deni lupa akan tanggung jawabnya pada Rahma dan Luna.

Pertemuannya dengan Luna yang kebetulan, setelah Luna diterima bekerja di restorannya membuat Deni kembali teringat dengan anak dan istri yang telah ditelantarkan. Awalnya Deni tidak menyangka kalau Luna adalah anaknya, namun tanpa sengaja Deni melihat layar ponsel gadis itu dan disana ia melihat foto Luna dan Rahma. Sejak itulah ia yakin kalau Luna adalah anaknya.

Bab terkait

  • Cinta Terlarang   Bab 6

    Setelah kepergian Deni, Luna lalu masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ia menangkupkan tubuhnya ke atas kasur dan menumpahkan air mata yang tiba-tiba berhamburan keluar.“Lun, maafkan saya. Saya hanya ingin memastikan, apakah kamu mengenal orang yang ada di dalam foto ini?” Luna kembali teringat dengan pertanyaan Deni tadi. Lelaki itu mengeluarkan sebuah foto yang telah usang dari dompetnya dan memberikannya pada Luna. Foto itu sedikit terlipat di bagian ujungnya.“Bapak dapat foto ini dari mana?” tanya Luna heran, ia pernah melihat foto yang sama dengan yang ada di tangannya kini, bahkan foto itu sekarang masih ada di dalam lemarinya. Terlihat di selembar kertas itu gambar sepasang suami istri dengan seorang anak kira-kira berumur satu tahun dipangku sang ibu. Sebuah keluarga kecil, itu adalah ayah, ibu dan Luna. Rahma dulu memberitahunya bahwa foto itu diambil beberapa hari sebelum ayahnya pergi ke kota. ‘bagaimana bisa foto ini ada

  • Cinta Terlarang   Bab 7

    "Halo, Luna! Kenapa diam saja?""Halo, Bu!" Sapa Luna setelah ia mampu membuang sedikit rasa sesak di dadanya. Ia berusaha membuat suaranya senormal mungkin."Apa kabarmu, Nak! Tiba-tiba perasaan ibu gak enak saat ingat sama kamu. Ibu jadi khawatir ada apa-apa." Terdengar suara lemah Rahma dari seberang telepon. Penglihatan Luna kembali mengabur, cairan bening menutupi bola matanya. Seorang ibu memang bisa merasakan apa yang anaknya rasakan, meski jarak memisahkan."Luna baik-baik saja, Bu! Ibu gak usah khawatir." Cairan bening yang tertahan di pelupuk mata Luna menetes, ia membayangkan reaksi ibunya jika mengetahui gadis itu telah bertemu dengan orang yang selalu dirindukannya. Lelaki yang mampu melambungkan angan yang tinggi disaat Rahma selalu memuji kebaikannya, namun kini angan itu telah jatuh dan hancur tidak berbentuk.Luna sangat tahu bagaimana ibunya sangat menantikan kehadiran Deni. Berkali-kali ibunya mengabaikan saran dari

  • Cinta Terlarang   Bab 8

    Deni hanya bisa terdiam begitu Luna menghempaskan tangannya. Dia tak menyangka akan mendapatkan penolakan dari putri kandungnya sendiri. Deni menyadari selama ini dia telah bersalah sebesar-besarnya pada Luna dan Rahma—istri pertama—yang belum diceraikannya sama sekali.Disaat mereka membutuhkan kehadirannya, Deni justru dengan teganya menghilang tanpa jejak, memberikan tabir luka pada kedua orang terkasih yang pernah sangat dicintainya, sebelum dia mengenal Farida.Seandainya segala sesuatu bisa diubah kembali, dia berharap kembali ke waktu 17 tahun yang lalu sebelum dia pergi meninggalkan Rahma dan Luna di kampung. Kembali menata ulang kehidupannya dari awal.Bahkan pertanyaan yang Luna pertanyakan padanya, tak mampu dijawab oleh Deni. Dia benar-benar malu dan merasa gagal sebagai seorang suami serta ayah.“Luna, Ayah memang bersalah pada kalian. Tapi tahukah kamu, Ayah ingin menebus semua dosa-dosa Ayah di masa lalu. Apakah tak ada se

  • Cinta Terlarang   Bab 9

    Luna mengangkat dagunya begitu melihat Deni masih berdiri mematung tanpa melakukan apa-apa.“Ada apa, Pak Deni?” tanya Luna dengan suara yang tegas. Hatinya mulai membatu, tak ada lagi rasa rindu yang semula dirasa olehnya.“Luna, Ayah akan pulang. Tapi ... pikirkanlah kembali, apa yang sudah Ayah katakan padamu, Nak. Ayah meminta permohonan maaf darimu,” ucap Deni dengan sungguh-sungguh. Apa yang dapat dikatakan, istilah nasi sudah menjadi bubur pun berlaku bagi Deni.Sekian belas tahun menghilang, meninggalkan kedua orang yang menyayanginya, sedangkan dia?Bersama Farida, perempuan kaya, yang telah mengangkat derajatnya. Membuat Deni benar-benar lupa diri. Meski diakui dalam hatinya, rasa cinta untuk Rahma masih tetap ada.

  • Cinta Terlarang   Bab 10

    Deni ingin Luna mendapatkan yang terbaik. Dia ingin menebus semua kesalahan yang terjadi di masa lampau pada putrinya bersama Rahma. Hanya saja, rasa takut akan penolakan Luna padanya kembali mendera perasaan Deni.Beberapa hari berlalu sejak terakhir Deni bertemu dengan Luna. Deni tak tahu jika Farida—isterinya—berencana untuk menceraikan Deni. Jika saja Farida menceraikan Deni, maka Deni akan kehilangan segala yang telah diperolehnya selama belasan tahun hidup bersama Farida.Berkali-kali Deni berusaha menemui Luna, kejadian serupa sebelumnya terulang kembali. Tapi pria itu sama sekali tak merasa putus asa. Dia hanya ingin gadis itu bisa memaafkannya. Tidak ada hal lain yang diinginkannya selain kata maaf dari bibir Luna.Ponsel Luna berdering, sebuah nama yang selalu dirindukannya muncul di layar ponsel.“Bu?”“Luna, bagaimana keadaanmu, Nak?&rdqu

  • Cinta Terlarang   Bab 11

    Rahma benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Luna padanya. Hatinya benar-benar terasa sakit, bagai tertusuk sembilu, terluka begitu dalam. Selama ini dia mengira suami yang dicintainya setengah mati telah tiada.Tapi kenyataan yang hari ini didengarnya sendiri dari mulut Luna, benar-benar membuatnya tak percaya, jika takdir telah mempermainkan dengan bangga seluruh kehidupannya.“Lalu apakah Ayah sehat-sehat saja?” tanya Rahma pada puteri satu-satunya itu.Luna mendengus, rasanya dia sudah terlalu malas untuk membicarakan mengenai ayahnya. Hanya saja, jika dia tak menjawab pertanyaan ibunya, tentu Rahma akan merasa sedih. Meski sudah disakiti, Rahma masih saja mencintai Deni sepenuh hati, dan mendoakan kebahagiaan untuknya.“Dia sehat-sehat saja, Bu. Bahkan kehidupan Ayah jauh dari kata susah. Dia sudah mendapatkan segalanya, sehingga lupa pada kita,” ucap Luna dengan nada dingin.“Hmm, tapi kamu jangan kasar pada Ayah. Biar bagaimanapun, tanpa Ayah, kamu nggak aka

  • Cinta Terlarang   Bab 1

    Terdengar suara getaran ponsel di atas nakas, dengan malas Luna meraihnya dan melihat panggilan dari nomor yang tidak dikenal."Halo …." sapanya."Halo, apa benar ini dengan Luna Elvira?" tanya wanita dari seberang telpon."Iya, saya Luna. Ini siapa?""Saya Farida Sulastri, istri dari Bapak Deni Hermawan!" Suara wanita itu lantang tapi bergetar."Si-siapa?" tanya Luna gugup. Dia bukan tidak mendengar, Luna hanya tidak percaya wanita itu akan menghubunginya."Farida Sulastri."Setelah menerima telpon dari Farida, Luna kemudian bersiap-siap untuk pergi ke taman dimana Farida meminta Luna menemuinya. Dengan memakai kaos berwarna hijau lumut dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam Luna pergi meninggalkan rumah kost dengan mengendarai motor maticnya.Sebenarnya ia bingung, untuk apa istri pemilik restoran

  • Cinta Terlarang   Bab 2

    Namun tidak jauh dari sana terlihat seorang wanita mengikuti mereka, yang tidak lain adalah Farida, istri Deni. Ia tidak menyangka suaminya akan sekeras ini mencari Luna. Hancur rasa hatinya, air mata tidak dapat ia tahan. Ia terus mengikuti suami dan gadis yang ia pikir adalah selingkuhan suaminya.Ia berhenti dibawah pohon ketika orang yang diikutinya sampai di sebuah rumah dan suaminya duduk di kursi yang terletak di teras dan tak lama kemudian Luna pun duduk di kursi di depan Deni. Farida terus memperhatikan Deni dan Luna dari balik pohon yang terletak di pinggir jalan di depan rumah Luna.Deni dan Luna terlihat berbincang dengan serius namun Farida tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Rasa panas di dada ia tahan, ia ingin tahu apa yang dilakukan suaminya itu setelah ini.Beberapa saat kemudian Deni terlihat berdiri lalu kemudian berjongkok di depan Luna dan meraih tangannya. Deni seperti menangis dan tak lama setelah itu Deni terlihat memeluk Luna da

Bab terbaru

  • Cinta Terlarang   Bab 11

    Rahma benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Luna padanya. Hatinya benar-benar terasa sakit, bagai tertusuk sembilu, terluka begitu dalam. Selama ini dia mengira suami yang dicintainya setengah mati telah tiada.Tapi kenyataan yang hari ini didengarnya sendiri dari mulut Luna, benar-benar membuatnya tak percaya, jika takdir telah mempermainkan dengan bangga seluruh kehidupannya.“Lalu apakah Ayah sehat-sehat saja?” tanya Rahma pada puteri satu-satunya itu.Luna mendengus, rasanya dia sudah terlalu malas untuk membicarakan mengenai ayahnya. Hanya saja, jika dia tak menjawab pertanyaan ibunya, tentu Rahma akan merasa sedih. Meski sudah disakiti, Rahma masih saja mencintai Deni sepenuh hati, dan mendoakan kebahagiaan untuknya.“Dia sehat-sehat saja, Bu. Bahkan kehidupan Ayah jauh dari kata susah. Dia sudah mendapatkan segalanya, sehingga lupa pada kita,” ucap Luna dengan nada dingin.“Hmm, tapi kamu jangan kasar pada Ayah. Biar bagaimanapun, tanpa Ayah, kamu nggak aka

  • Cinta Terlarang   Bab 10

    Deni ingin Luna mendapatkan yang terbaik. Dia ingin menebus semua kesalahan yang terjadi di masa lampau pada putrinya bersama Rahma. Hanya saja, rasa takut akan penolakan Luna padanya kembali mendera perasaan Deni.Beberapa hari berlalu sejak terakhir Deni bertemu dengan Luna. Deni tak tahu jika Farida—isterinya—berencana untuk menceraikan Deni. Jika saja Farida menceraikan Deni, maka Deni akan kehilangan segala yang telah diperolehnya selama belasan tahun hidup bersama Farida.Berkali-kali Deni berusaha menemui Luna, kejadian serupa sebelumnya terulang kembali. Tapi pria itu sama sekali tak merasa putus asa. Dia hanya ingin gadis itu bisa memaafkannya. Tidak ada hal lain yang diinginkannya selain kata maaf dari bibir Luna.Ponsel Luna berdering, sebuah nama yang selalu dirindukannya muncul di layar ponsel.“Bu?”“Luna, bagaimana keadaanmu, Nak?&rdqu

  • Cinta Terlarang   Bab 9

    Luna mengangkat dagunya begitu melihat Deni masih berdiri mematung tanpa melakukan apa-apa.“Ada apa, Pak Deni?” tanya Luna dengan suara yang tegas. Hatinya mulai membatu, tak ada lagi rasa rindu yang semula dirasa olehnya.“Luna, Ayah akan pulang. Tapi ... pikirkanlah kembali, apa yang sudah Ayah katakan padamu, Nak. Ayah meminta permohonan maaf darimu,” ucap Deni dengan sungguh-sungguh. Apa yang dapat dikatakan, istilah nasi sudah menjadi bubur pun berlaku bagi Deni.Sekian belas tahun menghilang, meninggalkan kedua orang yang menyayanginya, sedangkan dia?Bersama Farida, perempuan kaya, yang telah mengangkat derajatnya. Membuat Deni benar-benar lupa diri. Meski diakui dalam hatinya, rasa cinta untuk Rahma masih tetap ada.

  • Cinta Terlarang   Bab 8

    Deni hanya bisa terdiam begitu Luna menghempaskan tangannya. Dia tak menyangka akan mendapatkan penolakan dari putri kandungnya sendiri. Deni menyadari selama ini dia telah bersalah sebesar-besarnya pada Luna dan Rahma—istri pertama—yang belum diceraikannya sama sekali.Disaat mereka membutuhkan kehadirannya, Deni justru dengan teganya menghilang tanpa jejak, memberikan tabir luka pada kedua orang terkasih yang pernah sangat dicintainya, sebelum dia mengenal Farida.Seandainya segala sesuatu bisa diubah kembali, dia berharap kembali ke waktu 17 tahun yang lalu sebelum dia pergi meninggalkan Rahma dan Luna di kampung. Kembali menata ulang kehidupannya dari awal.Bahkan pertanyaan yang Luna pertanyakan padanya, tak mampu dijawab oleh Deni. Dia benar-benar malu dan merasa gagal sebagai seorang suami serta ayah.“Luna, Ayah memang bersalah pada kalian. Tapi tahukah kamu, Ayah ingin menebus semua dosa-dosa Ayah di masa lalu. Apakah tak ada se

  • Cinta Terlarang   Bab 7

    "Halo, Luna! Kenapa diam saja?""Halo, Bu!" Sapa Luna setelah ia mampu membuang sedikit rasa sesak di dadanya. Ia berusaha membuat suaranya senormal mungkin."Apa kabarmu, Nak! Tiba-tiba perasaan ibu gak enak saat ingat sama kamu. Ibu jadi khawatir ada apa-apa." Terdengar suara lemah Rahma dari seberang telepon. Penglihatan Luna kembali mengabur, cairan bening menutupi bola matanya. Seorang ibu memang bisa merasakan apa yang anaknya rasakan, meski jarak memisahkan."Luna baik-baik saja, Bu! Ibu gak usah khawatir." Cairan bening yang tertahan di pelupuk mata Luna menetes, ia membayangkan reaksi ibunya jika mengetahui gadis itu telah bertemu dengan orang yang selalu dirindukannya. Lelaki yang mampu melambungkan angan yang tinggi disaat Rahma selalu memuji kebaikannya, namun kini angan itu telah jatuh dan hancur tidak berbentuk.Luna sangat tahu bagaimana ibunya sangat menantikan kehadiran Deni. Berkali-kali ibunya mengabaikan saran dari

  • Cinta Terlarang   Bab 6

    Setelah kepergian Deni, Luna lalu masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ia menangkupkan tubuhnya ke atas kasur dan menumpahkan air mata yang tiba-tiba berhamburan keluar.“Lun, maafkan saya. Saya hanya ingin memastikan, apakah kamu mengenal orang yang ada di dalam foto ini?” Luna kembali teringat dengan pertanyaan Deni tadi. Lelaki itu mengeluarkan sebuah foto yang telah usang dari dompetnya dan memberikannya pada Luna. Foto itu sedikit terlipat di bagian ujungnya.“Bapak dapat foto ini dari mana?” tanya Luna heran, ia pernah melihat foto yang sama dengan yang ada di tangannya kini, bahkan foto itu sekarang masih ada di dalam lemarinya. Terlihat di selembar kertas itu gambar sepasang suami istri dengan seorang anak kira-kira berumur satu tahun dipangku sang ibu. Sebuah keluarga kecil, itu adalah ayah, ibu dan Luna. Rahma dulu memberitahunya bahwa foto itu diambil beberapa hari sebelum ayahnya pergi ke kota. ‘bagaimana bisa foto ini ada

  • Cinta Terlarang   Bab 5

    Farida yang mendengar suaminya berkata blak-blakan tentang perasaannya bertemu dengan perempuan lain, itu membuat hatinya semakin panas dan meradang. Bara di hatinya seolah membakar tubuhnya, wajah Farida memerah karena marah. Ia berusaha menahan ledakan yang ada di dadanya.Air mata yang tadi sempat berhenti mengalir, kini cairan bening itu tumpah ruah tanpa bisa ditahan. Goresan luka yang ada di hatinya kini semakin dalam bahkan telah hancur berkeping-keping. Hancur!"Ma, aku memang salah, aku sudah berbohong sama kamu, tapi aku nggak pernah mengkhianatimu." Deni semakin merasa bersalah melihat wajah istrinya yang basah karena cucuran air mata. Tidak pernah terbesit di dalam benaknya untuk menyakiti ibu dari anak-anaknya itu. Farida menatapnya tajam.'Apa maksudnya mengatakan gak pernah mengkhianati, tapi bahagia telah menemukan gadis itu?' batin ibu dari tiga orang anak itu. Ucapan suaminya sungguh tidak masuk dalam logikanya."Jahat

  • Cinta Terlarang   Bab 4

    Farida berlalu begitu saja, tanpa merespon kata-kata Deni. Ia begitu muak melihat wajah lelaki yang telah membersamainya sekian tahun."Sudah sampai, Da?" tanya Asih pada anak semata wayangnya itu. Farida langsung memeluk ibunya, ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Ia tidak ingin ibunya mengetahui masalahnya."Aku kangen, Bu!" isaknya, ia sengaja mengatakan itu agar ibunya tidak menanyakan hal yang macam-macam."Iya, ibu juga kangen. Ayo duduk, ibu tau kalian lagi ada masalah, selesaikanlah dengan baik-baik. Kalian sudah dewasa, nggak baik menghindar." Mendengar ucapan Asih, Farida semakin terisak. Ia memang tidak pintar menutupi sesuatu dari ibunya. Ia mengikuti ibunya untuk duduk di sofa."Aku mau pisah dari dia, Bu! Dia sudah menghianatiku." ucap Farida tiba-tiba saat mereka sudah duduk. Ia menghambur ke dalam pelukan Asih yang duduk di sebelahnya. Hal itu cukup membuat Asih syok, wajahnya memerah dan rahangnya mengeras, ia menahan amara

  • Cinta Terlarang   Bab 3

    Farida sedang menangis, di sebuah kamar hotel. Ia tidak tahu harus pergi kemana untuk mengusir kegalauan hatinya, hingga ia menyewa kamar hotel. Jika ia pulang ke rumah, ia takut anak-anaknya akan melihat Farida dalam keadaan kacau, tentu saja ia tidak ingin hal itu terjadi. Ia tidak ingin anak-anaknya melihat kalau ia dan Deni sedang bermasalah. Meski hatinya hancur berkeping-keping, saat melihat suaminya berpelukan di depan matanya, namun ia tidak ingin buah hatinya mengetahui itu.Selama ini rumah tangganya baik-baik saja, tidak pernah ada masalah yang terlalu berat. Ia begitu bahagia hidup dengan Deni dan juga anak-anaknya.Hingga hari itu, di saat seseorang mengirim sebuah foto melalui pesan wa, di foto itu terlihat Deni dan Luna sedang makan bersama di sebuah restoran, tapi bukan di restoran milik Deni. Melihat itu hati Farida panas, ia ingin sekali memaki dan menghajar lelaki yang menjadi imamnya itu, namun ia masih menahan diri.Di saat Farida seda

DMCA.com Protection Status