Seketika ruangan menjadi terasa hening, Freya duduk di ujung mejanya, menatap kosong ke depan. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Kerumitan situasinya sangat membebani dirinya, dia mondar-mandir di ruangan kantornya, keinginan untuk mendapatkan keadilan bertarung dengan bahaya yang mengancam. Freya ingin melakukan sesuatu, tapi dia takut. Dia takut akan bahaya yang mengancamnya jika dia mengekspos Marcus. Dia juga takut akan konsekuensinya jika ia membiarkan dugaan tindak kriminal Marcus berlanjut. "Adrian, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," katanya, berhenti di depan Adrian yang berdiri di ambang pintu. "Aku ingin Marcus membayar perbuatannya, tapi aku tidak bisa mengabaikan bahayanya. Mengekspos Marcus terasa seperti berjalan di atas seutas tali."
Laboratorium biologi SMA Grapevine dipenuhi dengan suara-suara remaja yang sedang berdiskusi dan gemerincing alat uji lab. Aroma khas dari hewan mati masih tercium, bercampur dengan bau kertas dan tinta. Meja-meja yang sudah usang penuh dengan coretan, tanda-tanda dari semangat remaja yang menggebu-gebu. Di depan ruangan, papan tulis penuh dengan gambar-gambar anatomi tubuh yang menakjubkan. Miss Andrew, guru biologi yang penuh semangat, bercerita tentang sel dan gen. Gambar-gambar yang diproyeksikan di layar membuat para siswa terpana, seolah-olah mereka baru saja melihat rahasia kehidupan. Ruang kelas menjadi tempat para siswa belajar dan bereksplorasi. Bisikan dan tawa para siswa terdengar di antara percakapan serius. Mikroskop tampak seperti gerbang menuju dunia misterius yang tersembunyi dari mata telanjang manusia. Derit bangku dan gemerisik jas lab terdengar saat para siswa belajar tentang kehidupan. Di tengah-tengah keramaian itu, Freya berjalan dengan anggun. Rambut
Musik jazz yang lembut mengalun di kedai kopi, menciptakan suasana yang santai dan intim. Freya duduk di seberang Adrian, menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang. Gadis itu mengenang masa-masa SMA mereka, ketika mereka pertama kali bertemu di kelas biologi. Mereka adalah dua orang yang sangat berbeda, tetapi mereka menemukan kesamaan dalam kecintaan mereka pada sains. Mereka menjadi teman dekat, dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama di laboratorium. Di dekatnya, mesin espresso mengeluarkan aroma kopi yang baru diseduh. Aromanya yang kuat dan manis bercampur dengan wangi kopi yang sudah lama diseduh Adrian hendak membagikan hasil investigasinya, tetapi Freya tidak bisa fokus. Pikirannya berkelana kembali ke masa lalu, ketika mereka pertama kali bertemu. Freya akhirnya menyadari bahwa Adrian sedang menatapnya. Dia melihat ekspresi penuh perhatian di wajahnya, dan jantungnya mulai berdebar kencang. "Kamu melamun sedari tadi, Freya. Apa semuanya baik-baik saja?" ta
Freya duduk di kursi penumpang mobil Adrian, menatap lurus ke depan. Dia berusaha untuk fokus pada jalan, tetapi pikirannya berkelana. Dia memikirkan potensi bahaya yang menanti mereka, dan dia merasakan jantungnya berdebar kencang.Adrian mengemudi dengan hati-hati, tetapi dia juga tidak bisa sepenuhnya fokus pada jalan. Dia bisa merasakan kegelisahan Freya, dan ingin menghiburnya. Pria itu sesekali melirik ke arahnya dan melemparkan senyumannya.Freya melihat senyuman Adrian, dan dia merasa sedikit lebih baik. Dia tersenyum kembali, dan mulai merasa lebih rileks.Adrian memarkir mobilnya di garasi. Mereka berjalan ke gedung apartemen menuju kamar Adrian.Freya memasuki kamar apartemen Adrian, dan langsung merasakan suasana yang hangat dan nyaman. Aroma pinus yang lembut tercium di udara.Adrian membawa Freya ke ruang tamu, yang sangat rapi dan tertata. Sofa berwarna krem dan kursi berlengan ditata dengan rapi, dan meja kopi dihiasi dengan beberapa tanaman hias.Freya menarik nafasny
Marcus berdiri di tengah keramaian klub, ponselnya digenggam erat di tangan kanannya. Ia terus-menerus menekan tombol panggil, tetapi panggilan itu tidak pernah terhubung. Setiap ia mencoba mengirim pesan teks, pesan itu tidak pernah terkirim. Marcus mengerutkan keningnya, penuh rasa bingung dan frustasi. Dia tidak mengerti mengapa Freya tidak menjawab panggilannya. Dia sudah mencoba berkali-kali, dan dia bahkan mencoba mengirim pesan teks, tetapi dia tidak pernah mendapatkan balasan. Marcus mulai merasa ada yang tidak beres. Freya tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Dia selalu membalas panggilan dan pesannya, bahkan jika dia sedang sibuk. "Shit! Apa-apaan ini... apa dia memblokirku?" Marcus bergumam sendiri, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Dia tidak bisa percaya bahwa Freya telah memblokirnya. Saat Marcus bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk, tiba-tiba dia merasakan tepukan lembut di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Calypso Serrano, sosok yang me
Ruangan apartemen Adrian dipenuhi dengan dengungan percakapan yang tenang. Freya dan Adrian duduk berdampingan di meja, masing-masing dengan laptop mereka terbuka. Mereka saling bertukar informasi dan ide, bekerja sama untuk memecahkan kasus skema keuangan yang kompleks. Freya tersenyum pada Adrian. "Kamu tahu, aku tidak pernah menyangka kita akan bekerja sama seperti ini lagi." Adrian membalas senyumnya. "Hidup punya cara yang lucu untuk mempertemukan orang-orang, bukan?" Freya tertawa kecil. Beban penyelidikannya sejenak tersingkirkan. Dia mengalihkan fokusnya dari laptop ke Adrian, ada kilatan ceria di matanya. "Siapa sangka kita akan berakhir dengan menyelidiki kejahatan siber dan skema keuangan bersama? Ini hampir seperti reuni dari proyek biologi SMA kita." “Ini benar-benar seperti reuni,” kata Adrian. “Kita kembali ke tempat kita memulai.” “Ya,” kata Freya. “Membedah katak dan sekarang membedah rahasia dunia kriminal. Transisi yang cukup menarik.” Freya melirik sekelil
Cahaya pagi yang lembut menembus tirai, menyinari apartemen Adrian yang tertata rapi. Freya, yang telah tidur lebih awal di malam hari, muncul dan mendapati Adrian sudah asyik dengan sisa-sisa penyelidikan semalam. Adrian duduk di meja kerja, siluetnya terlihat jelas oleh cahaya yang lembut. Rambutnya disisir ke belakang, memberikan aura yang memukau.. Ruangan yang masih beraroma pinus yang tersisa dari malam sebelumnya, memiliki suasana tenang yang kontras dengan urgensi misi mereka. Freya, yang mengenakan pakaian baru, berdehem, mengumumkan kehadirannya. Adrian menoleh ke arahnya, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Pagi, Freya. Tidur nyenyak?" tanya Adrian. "Ya, terima kasih. Kamu sudah bangun?" tanya Freya gugup, merasakan kehangatan yang halus di pipinya.. Adrian mengangguk, tatapannya kembali ke layar laptop. "Tidak bisa tidur nyenyak. Semakin banyak yang kita temukan, semakin aku merasa perlu untuk tetap berada di depan semua itu," kata Adrian. Freya berjalan ke mej
Marcus meraih tangan Freya dengan penuh harapan. Dia ingin memperbaiki hubungan mereka, dan dia pikir menyentuhnya akan menunjukkan bahwa dia peduli. Namun, sentuhan itu memiliki efek yang sama sekali berbeda pada Freya. Sentuhan itu mengingatkannya pada semua hal yang telah dia lakukan untuk Marcus, dan semua yang dia lakukan untuknya. "Jangan sentuh aku, Marcus. Tidak ada yang perlu kita bicarakan." ucap Freya, gelombang jijik yang menjalar di tubuhnya. Ia dengan reflek menarik tangannya, sentuhan itu terasa asing dan menjijikkan. Marcus terkejut dengan reaksi Freya. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu akan menolaknya. “Freya, kumohon. Kamu bertingkah aneh akhir-akhir ini. Kita harus membicarakan hal ini. Aku peduli padamu."