Freya duduk di kursi penumpang mobil Adrian, menatap lurus ke depan. Dia berusaha untuk fokus pada jalan, tetapi pikirannya berkelana. Dia memikirkan potensi bahaya yang menanti mereka, dan dia merasakan jantungnya berdebar kencang.Adrian mengemudi dengan hati-hati, tetapi dia juga tidak bisa sepenuhnya fokus pada jalan. Dia bisa merasakan kegelisahan Freya, dan ingin menghiburnya. Pria itu sesekali melirik ke arahnya dan melemparkan senyumannya.Freya melihat senyuman Adrian, dan dia merasa sedikit lebih baik. Dia tersenyum kembali, dan mulai merasa lebih rileks.Adrian memarkir mobilnya di garasi. Mereka berjalan ke gedung apartemen menuju kamar Adrian.Freya memasuki kamar apartemen Adrian, dan langsung merasakan suasana yang hangat dan nyaman. Aroma pinus yang lembut tercium di udara.Adrian membawa Freya ke ruang tamu, yang sangat rapi dan tertata. Sofa berwarna krem dan kursi berlengan ditata dengan rapi, dan meja kopi dihiasi dengan beberapa tanaman hias.Freya menarik nafasny
Marcus berdiri di tengah keramaian klub, ponselnya digenggam erat di tangan kanannya. Ia terus-menerus menekan tombol panggil, tetapi panggilan itu tidak pernah terhubung. Setiap ia mencoba mengirim pesan teks, pesan itu tidak pernah terkirim. Marcus mengerutkan keningnya, penuh rasa bingung dan frustasi. Dia tidak mengerti mengapa Freya tidak menjawab panggilannya. Dia sudah mencoba berkali-kali, dan dia bahkan mencoba mengirim pesan teks, tetapi dia tidak pernah mendapatkan balasan. Marcus mulai merasa ada yang tidak beres. Freya tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Dia selalu membalas panggilan dan pesannya, bahkan jika dia sedang sibuk. "Shit! Apa-apaan ini... apa dia memblokirku?" Marcus bergumam sendiri, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Dia tidak bisa percaya bahwa Freya telah memblokirnya. Saat Marcus bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk, tiba-tiba dia merasakan tepukan lembut di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Calypso Serrano, sosok yang me
Ruangan apartemen Adrian dipenuhi dengan dengungan percakapan yang tenang. Freya dan Adrian duduk berdampingan di meja, masing-masing dengan laptop mereka terbuka. Mereka saling bertukar informasi dan ide, bekerja sama untuk memecahkan kasus skema keuangan yang kompleks. Freya tersenyum pada Adrian. "Kamu tahu, aku tidak pernah menyangka kita akan bekerja sama seperti ini lagi." Adrian membalas senyumnya. "Hidup punya cara yang lucu untuk mempertemukan orang-orang, bukan?" Freya tertawa kecil. Beban penyelidikannya sejenak tersingkirkan. Dia mengalihkan fokusnya dari laptop ke Adrian, ada kilatan ceria di matanya. "Siapa sangka kita akan berakhir dengan menyelidiki kejahatan siber dan skema keuangan bersama? Ini hampir seperti reuni dari proyek biologi SMA kita." “Ini benar-benar seperti reuni,” kata Adrian. “Kita kembali ke tempat kita memulai.” “Ya,” kata Freya. “Membedah katak dan sekarang membedah rahasia dunia kriminal. Transisi yang cukup menarik.” Freya melirik sekelil
Cahaya pagi yang lembut menembus tirai, menyinari apartemen Adrian yang tertata rapi. Freya, yang telah tidur lebih awal di malam hari, muncul dan mendapati Adrian sudah asyik dengan sisa-sisa penyelidikan semalam. Adrian duduk di meja kerja, siluetnya terlihat jelas oleh cahaya yang lembut. Rambutnya disisir ke belakang, memberikan aura yang memukau.. Ruangan yang masih beraroma pinus yang tersisa dari malam sebelumnya, memiliki suasana tenang yang kontras dengan urgensi misi mereka. Freya, yang mengenakan pakaian baru, berdehem, mengumumkan kehadirannya. Adrian menoleh ke arahnya, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Pagi, Freya. Tidur nyenyak?" tanya Adrian. "Ya, terima kasih. Kamu sudah bangun?" tanya Freya gugup, merasakan kehangatan yang halus di pipinya.. Adrian mengangguk, tatapannya kembali ke layar laptop. "Tidak bisa tidur nyenyak. Semakin banyak yang kita temukan, semakin aku merasa perlu untuk tetap berada di depan semua itu," kata Adrian. Freya berjalan ke mej
Marcus meraih tangan Freya dengan penuh harapan. Dia ingin memperbaiki hubungan mereka, dan dia pikir menyentuhnya akan menunjukkan bahwa dia peduli. Namun, sentuhan itu memiliki efek yang sama sekali berbeda pada Freya. Sentuhan itu mengingatkannya pada semua hal yang telah dia lakukan untuk Marcus, dan semua yang dia lakukan untuknya. "Jangan sentuh aku, Marcus. Tidak ada yang perlu kita bicarakan." ucap Freya, gelombang jijik yang menjalar di tubuhnya. Ia dengan reflek menarik tangannya, sentuhan itu terasa asing dan menjijikkan. Marcus terkejut dengan reaksi Freya. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu akan menolaknya. “Freya, kumohon. Kamu bertingkah aneh akhir-akhir ini. Kita harus membicarakan hal ini. Aku peduli padamu."
Di ruang rapat yang remang-remang di kantor polisi, Adrian duduk di meja bundar, berhadapan dengan dua anak buah Serrano, Cody dan Blake. Dua pemuda itu duduk di kursi dengan punggung tegak, tetapi mereka beberapa kali terlihat membungkuk dan menggaruk tengkuknya. Adrian menatap mereka dengan tatapan tegas dan penuh perhitungan. Dia bisa merasakan kepedulian tulus yang mereka miliki terhadap Pap Olivér, pria yang tampaknya telah menunjukkan kebaikan kepada mereka di dunia berbahaya yang mereka masuki. Adrian tahu bahwa dia harus mendapatkan kepercayaan mereka jika dia ingin mendapatkan informasi yang dia butuhkan untuk memecahkan kasus ini. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mulai berbicara. Adrian menatap Cody dan Blake dengan ekspresi serius. Dia tahu bahwa permintaannya akan mengejutkan mereka, tetapi dia yakin bahwa itu adalah yang terbaik. "Aku akan melakukan apa yang aku bisa untuk menemukan Pap Olivér, tapi aku butuh bantuan kalian." kata Adrian. "Berjanjilah padaku, kau
Di sebuah ruangan rahasia yang diterangi cahaya dari berbagai layar komputer, Killian Fabel duduk di depan komputer yang menjadi pusat komandonya, mengatur jaringan informasi rumit yang menghubungkan bisnis milik Serrano. Di seberangnya, Marzio Serrano, seorang pengusaha yang berkuasa dan berpengaruh, menunggu kabar terbaru tentang situasi yang sedang berlangsung. Killian menghela nafas dan menatap Serrano. "Serrano, sepertinya Freya telah mengganti nomor teleponnya. Sehingga sulit untuk melacaknya." Serrano mengerutkan kening. "Itu tidak baik. Aku membutuhkannya untuk mendapatkan informasi yang aku butuhkan." "Temukan dia, Killian. Kita tidak boleh membiarkannya lolos. Gunakan cara apa pun yang diperlukan." lanjutnya. Dia melirik dibalik kacamata hitamnya dan menatap Killian, seorang pria kurus dengan rambut hitam acak-acakan. Killian memasukkan kode ke dalam komputernya, dan algoritmanya mulai berjalan untuk meretas kamera pengawas yang kota yang luar. Layar komputernya mena
Freya dan Adrian sedang berjalan di trotoar ketika sebuah Bentley hitam berhenti di depan mereka. Pintu mobil terbuka, dan Marcus keluar. “Freya!” panggil Marcus Freya terkejut melihat Marcus. Dia tidak menyangka akan bertemu dengannya disini, apalagi dengan cara yang begitu tiba-tiba. Marcus berjalan mendekati mereka, dan Freya bisa melihat ketegangan di wajahnya. "Marcus? Apa yang kamu lakukan di sini?" Freya bertanya dengan heran. Marcus menatap Freya dengan mata yang tajam. "Masuklah, Freya. Kita perlu bicara," katanya dengan suara yang penuh desakan. Freya melirik Adrian, yang tampak bingung dan khawatir. Dengan sedikit kewaspadaan dalam tatapannya, Adrian menyaksikan drama yang sedang berlangsung di antara keduanya. Freya, yang merasa tidak yakin namun penasaran, ragu-ragu sejenak sebelum menoleh ke Adrian. "Aku akan menyusulmu nanti, Adrian." Adrian meraih lengan Freya dengan gerakan yang halus dan penuh perhatian. Tangannya terasa hangat dan kokoh, memberikan rasa ama