Siang hari berubah menjadi malam saat Freya membenamkan dirinya dalam labirin dunia rahasia Marcus. Pesan-pesan berkode dan tulisan-tulisan terenkripsi menyita perhatiannya, menariknya lebih dalam ke dalam lingkaran penuh tipu daya. Dalam upayanya mencari keadilan, dia secara tidak sengaja telah menjadi seorang detektif, menyingkap lapisan-lapisan jaringan dugaan kriminal.Kenyataan menghantam kesadarannya ketika dia melirik jam dan menyadari bahwa dia telah mengurung diri di apartemennya selama berhari-hari. Pencahayaan yang redup di kamarnya dan udara yang pengap menjadi pengingat akan isolasi yang ia rasakan. Pandangan Freya tertuju pada cermin besar yang menempel pada dinding. Cermin itu memantulkan penampilannya yang acak-acakan. Ia masih mengenakan pakaian kerja yang terakhir kali ia menginjakkan kaki di kantor redaksi.Freya tertegun melihat penampilannya di cermin. Ia tampak seperti orang asing. Wajahnya pucat dan matanya merah, tanda bahwa ia telah mengalami banyak tekana
Harapan Freya untuk mengungkap kebenaran tertunda ketika sosok yang tidak asing muncul di ambang pintu kantornya. Freya mendongak dari layar komputernya dan melihat Adrian Kingsley, teman SMA-nya yang kini berubah. Sosok Adrian yang gempal berubah menjadi pria tinggi dan tegap, dengan bahu yang lebar dan otot-otot yang terbentuk. Namun sorot matanya yang teduh dan alisnya yang lebat tidak berubah. Rasa terkejut dan penasaran muncul di matanya saat ia menyapanya. "Adrian? Apa yang membawamu ke sini?" tanya Freya. Freya sontak berdiri di belakang mejanya, menatap Adrian dengan heran. Ia tidak menyangka bahwa Adrian akan datang mengunjunginya. Ekspresi Adrian adalah perpaduan antara kekhawatiran dan kehati-hatian saat dia melangkah masuk ke kantornya, menutup pintu di belakangnya. Adrian berjalan ke arah Freya, wajahnya menunjukkan keseriusan. Ia tahu bahwa ia harus menjelaskan situasinya kepada Freya, tetapi ia tidak tahu bagaimana ia harus memulainya. "Freya, boleh aku minta wa
Sandra, pemimpin redaksi Freya, memasuki ruangan dengan setumpuk kertas di tangannya. Ia tampak sibuk dan terburu-buru. "Freya, aku butuh laporan-laporan itu di meja kerja sebelum tengah hari. Para investor akan datang untuk rapat," ujar Sandra. Freya melirik Adrian, yang duduk di kursi di depannya. Ia merasa ragu-ragu untuk melanjutkan percakapan mereka, karena ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya. "Aku akan segera melakukannya, Sandra," ujar Freya. Sandra mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan. Setelah Sandra pergi, Adrian menatap Freya dengan ekspresi serius. Ia tahu bahwa Freya harus fokus pada pekerjaannya, tetapi ia juga ingin melanjutkan percakapan mereka. "Aku mengerti bahwa kau harus menyelesaikan pekerjaanmu," tutur Adrian. "Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku ada di sini untukmu jika kau membutuhkanku." Freya tersenyum tipis. "Terima kasih, Adrian." Freya lalu berdiri dari kursinya dan mulai mengerjakan laporan-laporan yang diberikan Sandra. Adrian masih du
Seketika ruangan menjadi terasa hening, Freya duduk di ujung mejanya, menatap kosong ke depan. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Kerumitan situasinya sangat membebani dirinya, dia mondar-mandir di ruangan kantornya, keinginan untuk mendapatkan keadilan bertarung dengan bahaya yang mengancam. Freya ingin melakukan sesuatu, tapi dia takut. Dia takut akan bahaya yang mengancamnya jika dia mengekspos Marcus. Dia juga takut akan konsekuensinya jika ia membiarkan dugaan tindak kriminal Marcus berlanjut. "Adrian, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," katanya, berhenti di depan Adrian yang berdiri di ambang pintu. "Aku ingin Marcus membayar perbuatannya, tapi aku tidak bisa mengabaikan bahayanya. Mengekspos Marcus terasa seperti berjalan di atas seutas tali."
Laboratorium biologi SMA Grapevine dipenuhi dengan suara-suara remaja yang sedang berdiskusi dan gemerincing alat uji lab. Aroma khas dari hewan mati masih tercium, bercampur dengan bau kertas dan tinta. Meja-meja yang sudah usang penuh dengan coretan, tanda-tanda dari semangat remaja yang menggebu-gebu. Di depan ruangan, papan tulis penuh dengan gambar-gambar anatomi tubuh yang menakjubkan. Miss Andrew, guru biologi yang penuh semangat, bercerita tentang sel dan gen. Gambar-gambar yang diproyeksikan di layar membuat para siswa terpana, seolah-olah mereka baru saja melihat rahasia kehidupan. Ruang kelas menjadi tempat para siswa belajar dan bereksplorasi. Bisikan dan tawa para siswa terdengar di antara percakapan serius. Mikroskop tampak seperti gerbang menuju dunia misterius yang tersembunyi dari mata telanjang manusia. Derit bangku dan gemerisik jas lab terdengar saat para siswa belajar tentang kehidupan. Di tengah-tengah keramaian itu, Freya berjalan dengan anggun. Rambut
Musik jazz yang lembut mengalun di kedai kopi, menciptakan suasana yang santai dan intim. Freya duduk di seberang Adrian, menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang. Gadis itu mengenang masa-masa SMA mereka, ketika mereka pertama kali bertemu di kelas biologi. Mereka adalah dua orang yang sangat berbeda, tetapi mereka menemukan kesamaan dalam kecintaan mereka pada sains. Mereka menjadi teman dekat, dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama di laboratorium. Di dekatnya, mesin espresso mengeluarkan aroma kopi yang baru diseduh. Aromanya yang kuat dan manis bercampur dengan wangi kopi yang sudah lama diseduh Adrian hendak membagikan hasil investigasinya, tetapi Freya tidak bisa fokus. Pikirannya berkelana kembali ke masa lalu, ketika mereka pertama kali bertemu. Freya akhirnya menyadari bahwa Adrian sedang menatapnya. Dia melihat ekspresi penuh perhatian di wajahnya, dan jantungnya mulai berdebar kencang. "Kamu melamun sedari tadi, Freya. Apa semuanya baik-baik saja?" ta
Freya duduk di kursi penumpang mobil Adrian, menatap lurus ke depan. Dia berusaha untuk fokus pada jalan, tetapi pikirannya berkelana. Dia memikirkan potensi bahaya yang menanti mereka, dan dia merasakan jantungnya berdebar kencang.Adrian mengemudi dengan hati-hati, tetapi dia juga tidak bisa sepenuhnya fokus pada jalan. Dia bisa merasakan kegelisahan Freya, dan ingin menghiburnya. Pria itu sesekali melirik ke arahnya dan melemparkan senyumannya.Freya melihat senyuman Adrian, dan dia merasa sedikit lebih baik. Dia tersenyum kembali, dan mulai merasa lebih rileks.Adrian memarkir mobilnya di garasi. Mereka berjalan ke gedung apartemen menuju kamar Adrian.Freya memasuki kamar apartemen Adrian, dan langsung merasakan suasana yang hangat dan nyaman. Aroma pinus yang lembut tercium di udara.Adrian membawa Freya ke ruang tamu, yang sangat rapi dan tertata. Sofa berwarna krem dan kursi berlengan ditata dengan rapi, dan meja kopi dihiasi dengan beberapa tanaman hias.Freya menarik nafasny
Marcus berdiri di tengah keramaian klub, ponselnya digenggam erat di tangan kanannya. Ia terus-menerus menekan tombol panggil, tetapi panggilan itu tidak pernah terhubung. Setiap ia mencoba mengirim pesan teks, pesan itu tidak pernah terkirim. Marcus mengerutkan keningnya, penuh rasa bingung dan frustasi. Dia tidak mengerti mengapa Freya tidak menjawab panggilannya. Dia sudah mencoba berkali-kali, dan dia bahkan mencoba mengirim pesan teks, tetapi dia tidak pernah mendapatkan balasan. Marcus mulai merasa ada yang tidak beres. Freya tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Dia selalu membalas panggilan dan pesannya, bahkan jika dia sedang sibuk. "Shit! Apa-apaan ini... apa dia memblokirku?" Marcus bergumam sendiri, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Dia tidak bisa percaya bahwa Freya telah memblokirnya. Saat Marcus bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk, tiba-tiba dia merasakan tepukan lembut di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Calypso Serrano, sosok yang me