Paginya Alma berangkat kerja seperti biasa, malam nanti Firman akan pulang. Alma merasa tenang karena Satria jarang berada di kantor. Setidaknya dia tidak setiap hari dibuat jantungan.
"Kalian udah tahu belum, dengar-dengar Pak Satria sekarang akan menetap di kantor ini," kata Desi."Hah, menetap di sini," ucap Alma terkejut.Seketika Desi dan Inara melihat ke arah Alma. Mereka melihat ekspresi Alma yang berlebihan itu."Kamu ngapain kok kaget gitu?" tanya Inara. "Jangan-jangan kamu takut naksir Pak Satria ya," goda Inara."Ah gak ah, kan udah nikah kita," sanggah Alma. Padahal dia memang ketakutan dengan menatapnya Satria di kantornya.Alma kembali fokus ke pekerjaannya. Tidak berapa lama Satria datang. Alma menunduk diam, padahal teman-temannya berdiri memberi hormat.Semua orang menatap aneh pada Alma, hingga Alma sadar karena di senggol Inara. Akhirnya Alma berdiri dan memberi hormat.Setelah kepergian SatriPagi itu Alma diantar Mas Firman ke kantor. Ternyata sampai di kantor sudah ada Satria yang menunggu. Alma takut jika Satria akan berbicara macam-macam pada Firman."Maaf, Pak," ucap Alma saat Satria mendekati mereka."Tak apa," ucap Satria. "Oh ini ya suami kamu," kata Satria. "Kenalkan saya Satria, pemilik perusahaan tempat istri anda bekerja!" Satria memperkenalkan diri."Saya Firman, suami Alma," jawab Firman sambil menjabat tangan Satria.Setelah itu Firman pergi, Alma merasa lega. Lalu Satria mengajaknya untuk bertemu klien di luar. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam saja. Sesekali Alma melihat ke arah Satria.Duduk berdekatan dengan Satria membuat Alma menjadi ingat saat dulu. Dimana dia selalu menjemput Alma dengan sepeda motor buntut yang terkadang mogok.Sampai di restoran tempat meeting, Satria mengajak Alma masuk. Meskipun canggung, tetapi dia harus profesional.Di dalam ruangan rapat itu terdapat beberap
"Ada apa, Sania?" tanya Firman sambil melepaskan pelukan Sania karena ada Alma mendekatinya."Mas, tolongin Sania! Ibu punya hutang sama juragan Marta, udah jatuh tempo," jawab Sania."Memang berapa hutang Bu Kurnia?" tanya Firman."Katanya 30 juta, Mas. Tolong aku, Mas!" Pinta Sania.Firman menoleh ke arah Alma, namun Alma tak memberi jawaban apa-apa. Uang 30 juta bukan jumlah yang sedikit. Apalagi mengingat perbuatan mereka Alma masih sakit hati."Sania, maaf ya aku gak punya uang sebanyak itu," ucap Firman."Mas, ayolah tolong aku! Aku gak mau kalau sampai nanti di nikahkan sama Juragan Marta," kata Sania memelas.Firman merasa tak tega melihat Sania yang tampak sedih. Biar bagaimanapun, Sania pernah mengisi hatinya.Akhirnya Firman menemui Juragan Marta, Alma tak mau ikut serta. Dia memilih untuk di rumah saja."Maaf juragan, apa tidak ada cara lain lagi," kata Firman."Tidak ada, Kurnia su
Firman merebut surat itu dari tangan Alma, dia terkejut saat tahu jika benar Sania tengah hamil. Dia merasa kalau Sania telah membohongi dia."Tidak mungkin, kamu pasti bohong. Dia tak mungkin anakku," bantah Firman. "Jangan membuat fitnah kamu!" bentak Firman."Mas, aku gak bohong. Ini anak kamu, Mas," ucap Sania menangis di depan Firman dan Alma. "Aku harap kamu mau menikahi aku sebelum perutku membesar," kata Sania."Aku tak akan mau mengakui anak itu," kata Firman. "Alma, kamu jangan percaya pada Sania. Dia pasti membohongi kita," kata Firman membela diri."Selesaikan urusan kalian, Mas!" pinta Alma lalu pergi begitu saja.Di saat Alma sudah memberikan kesempatan kedua pada Firman justru Alma mengalami sakit hati lagi. Rasanya dia tak bisa bila harus dimadu. Namun, jika benar itu anak Firman dia juga tak sanggup untuk mengabaikannya.Sementara Firman dan Sania di ruang tamu tengah beradu mulut. Firman mengelak jika itu buah h
Wibowo mengajak Sania untuk bertemu secara diam-diam. Dia tak mau jika Firman atau yang lain tahu."Ada apa, Om? Apa Om sudah berhasil membujuk Mas Firman?" tanya Sania berharap lebih. "Firman tak merasa itu anaknya. Jadi dia pantas kalau tidak mau bertanggung jawab. Aku akan beri kamu yang, tapi aku mau kamu gugurkan kandungan itu," kata Wibowo.Di luar dugaan, Sania tak mau menggugurkan kandungannya. Dia hanya ingin agar Firman bertanggung jawab atas kehamilannya."Berapapun uang yang kamu mau akan aku berikan. Asalkan kamu gugurkan kandungan kamu dan pergi dari kehidupan Firman," ucap Wibowo lagi."Tidak, aku tidak mau, Om. Aku hanya ingin tanggung jawab Mas Firman," bantahnya. "Apalagi sudah banyak yang tahu kalau aku hamil anak Mas Firman, tak mungkin aku melakukan hal itu," bantah Sania dengan berani."Maaf kalau kamu gak mau, terpaksa aku menggunakan cara lain," ucap Wibowo. "Pikirkan dulu tawaranku tadi," kata Wibowo lal
Sania dibopong oleh pria itu menuju mobil. Belum sempat dibawa pergi pembantu Alma melihat aksi pria itu."Hey siapa kamu," teriak pembantu Alma yang sedang membuang sampah di depan rumah. "Tolong...tolong...," teriak Pembantu Alma sembari mendekati pria itu dan memukulnya dengan sapu.Beberapa warga mulai berdatangan, sehingga pria itu terpaksa melepaskan Sania dan kabur dengan mobilnya. "Ada apa, Bi?" tanya seorang pria."Ada yang mau nyulik Sania, lihat Sania tak sadarkan diri. Sepertinya dia kena bius," jawab Pembantu Alma.Karena rumah Sania sepi, maka Pembantu Alma membawa Sania ke rumah Alma. Sania tak kunjung sadar sehingga membuat pembantu Alma panik."Kenapa gak sadar sih ini orang? Jangan-jangan mati," ucapnya sambil mondar-mandir.Hari sudah sore, sampai Alma pulang ternyata Sania belum juga bangun. Alma merasa aneh saat melihat Sania berada di rumahnya dalam keadaan tak sadar."Bi, dia kenapa di si
"Pak Satria, mendingan bapak pulang saja. Besok saya akan bersiap-siap," ucap Alma.Alma tak mau jika Firman sampai terpojokkan. Walaupun sebenarnya Alma benci dengan perbuatan Firman."Baiklah, saya tunggu besok," ucap Satria lalu pamit.Setelah Satria pergi, Firman menjauh dari Sania. Dia tak mau dekat dengan Sania. Bahkan dia mengusir Sania dengan kasar."Pergi sana! Jangan ganggu kami!" usir Firman sambil menepis tangan Sania. "Bikin malu saja," ucap Firman.Sania pulang dengan cemberut, dia tak suka dibentak. Dia berjanji akanbuat Firman kembali menjadi miliknya seutuhnya.**Siang itu, Satria menjemput Alma. Merekapergi berdua saja. Firman yang tahu hal itu merasa cemburu."Apa kalian hanya berdua?" tanya Firman saat melihat di dalam mobil tak ada siapapun kecuali Satria."Tentu, memang ada masalah?" tanya Satria. "Apa Pak Firman cemburu dengan saya? Secara saya lebih tampan dibandingkan anda," ka
Alma langsung menarik Firman, dia meminta Firman untuk segera pulang."Ngapain ke sini? Bikin malu saja," kata Alma."Kamu senang ya bisa bersama Satria," kata Firman."Aku di sini sedang kerja, mereka itu relasi Pak Satria. Kamu sudah bikin keributan dan bikin kami malu. Kamu kira aku murahan mau pergi dengan pria yang bukan suamiku kecuali kalau bukan urusan kerja," kata Alma. "Sekarang kamu minta maaf pada Pak Satria," ucap Alma.Firman terpaksa meminta maaf pada Satria dan yang lain. Firman pulang dan mereka kembali beristirahat.**Pagi itu Alma mendengar Helma dan Sonia berbicara. Mereka membicarakan Alma dan Firman."Pasti suami Alma cemburu istrinya pergi dengan Pak Satria. Secara Pak Satria lebih muda dan tampan," kata Sonia."Aku kalau jadi Sonia sih mendingan Pak Satria aja. Udah tampan bos besar pula," ucap Helma."Alma, ngapain kamu di situ?" tanya Satria.Seketika Helma dan Sonia
"Papa ngapain di sini?" tanya Satria mendekati sang papa lalu menyalami papanya."Papa ini ketemu Alma," jawab Sudiro."Oh..," hanya itu yang Satria ucapkan. Setelah itu Sudiro pamit karena ada acara yang lain. "Papa bicara apa sama kamu?" tanya Satria."Gak ada hanya tanya kabar," jawab Alma bohong.Alma kembali bekerja, jika sudah begini Satria tak akan berani untuk mengganggunya.**Wibowo melihat Sania keluar dari rumahnya. Dia membuntuti kemana Sania pergi. Perut Sania susah mulai membesar, namun dia tetap percaya diri keluar rumah."Pak, berhenti di sini," kata Sania pada supir Juragan Marta sekaligus bodyguard untuk Sania.Sania keluar dan masuk ke salah satu pusat perbelanjaan. Wibowo ikut masuk ke dalam pusat perbelanjaan, dia melihat Sania berjalan ke arahnya. Dia segera menumpahkan air di lantai secara diam-diam. Setelah itu bersembunyi di balik rak.Saat Sania melewati lantai itu, dia terpel