Di penghujung acara, Leonhard melihat Enzo duduk satu meja dengan papi Arkana beserta beberapa keluarga yang lain.
Leonhard jadi khawatir kliennya itu menjodohkan sang putri dengan Enzo.Dia bergerak mendekat mencoba menginterupsi obrolan serius antara papi Arkana dengan Enzo.“Pak Arkana … saya pamit karena hari sudah larut dan sekali lagi saya ucapkan selamat dan semoga pernikahan Pak Arkana dengan bu Zara langgang hingga mau memisahkan.” Leonhard berbasi-basi.“Aamiin … Terimakasih ucapan, doa dan kedatangannya Pak Leon.”Leonhard menatap Enzo sebentar setelah berjabat tangan dengan papi Arkana lalu pergi.Dia mencari Aruna yang sepanjang acara tidak kembali ke mejanya.Leonhard celingukan menyisir area rooftop mencari sang pujaan hati sementara tamu undangan yang lain satu persatu pamit meninggalkan venue.“Leon,” panggil suara wanita yang sedang dia cari.Pria itu menoleh ke belakang ke asal suara dan mendapati Aruna berdiri sembunyiAruna terbangun dari mimpi indah tapi tidak menemukan Leonhard di atas ranjang bersamanya.Tadi malam tak terjadi apapun karena tidak lama setelah mereka naik ke atas ranjang, mereka berdua yang merasa nyaman berbaring saling berpelukan begitu mudah menggapai alam mimpi.Selain itu pekerjaan Aruna yang sedang padat membuatnya kelelahan seharian kemarin ditambah drama perjodohan dengan sahabat sang kakak di depan Leonhard sudah pasti menguras hati dan pikirannya.Jangan tanya tentang Leonhard yang semenjak mendapat target dari kakek langsung bekerja keras bagai kuda.Dia menoleh ke arah lemari, satu stel pakaian kerja tergantung di sana lengkap dengan tas serta heels yang matching.Ada tas kecil juga yang Aruna yakin adalah peralatan makeup.Entah siapa yang mempersiapkannya Aruna tidak peduli yang pasti sekarang dia harus mandi untuk pergi bekerja.Hari Jumat selalu menjadi hari ter hectic selain hari Senin apalagi kalau ada meeting penting di hari Senin minggu berikutnya.Aru
Sesuai janji dengan Enzo tadi malam, saat jam makan siang Aruna pergi ke sebuah Caffe yang dia pilih untuk bertemu pria Italia itu.Caffenya tidak jauh dari gedung kantor jadi hanya perlu berjalan sebentar.Tadi sebelum keluar dari ruangannya, Aruna mengirim pesan singkat kepada Leonhard kalau dia akan bertemu Enzo di sebuah Caffe yang dia sebutkan juga nama Caffe-nya.Ternyata Aruna datang lebih dulu, dia langsung memesan makanan dan minuman karena kebetulan perutnya memang lapar.Enzo datang saat Aruna sedang menyebutkan menu pesanan makan siangnya kepada pelayan jadi Enzo juga ikut memesan makanan.“Jadi … apa yang mau kamu bicarakan?” Aruna to the point bertanya.Enzo tersenyum sambil menatap Aruna lekat, kedua tangannya yang disimpan di atas meja saling bertaut.“Aku sudah mendengar dari Ghaza kalau kamu akan menolakku ….” Kalimat Enzo menggantung, sorot matanya begitu tajam menatap Aruna.Tapi Aruna tidak gentar, dia menatap balas Enzo d
Seperti deja vu, sore di hari kemarin pun Aruna sibuk merias wajahnya sendiri untuk pesta Wedding Anniversarry kedua orang tuanya.Dan kali ini dia merias wajahnya lebih cantik dari kemarin karena yakin pasti Leonhard akan hadir di pesta Revan.Aruna pergi ke area wastafel, ada cermin tinggi di sana yang bisa memperlihatkan keseluruhan penampilannya.Dia puas karena party dress pilihan Tasya sangat keren.Berwarna Gold dengan gliter dari bahan yang bisa menyetak tubuhnya sempurna tapi berlengan panjang hanya saja di bagian punggung terekspose sampai ke pinggang memberikan kesan seksi.Aruna percaya diri sekali mengenakannya, belum lagi rambutnya sedang kooperatif sehingga saat dia bentuk asal-asalan dengan hanya mengikatnya ke belakang tapi malah terlihat seksi.“Gheeeenks, gimana? Keren enggak?” Aruna yang langkahnya sudah sampai di depan meja Tasya dan Tezaar, meminta pendapat.Tasya dan Tezaar awalnya saling memandang kemudian menatap Aruna dari
Ternyata dugaan Aruna benar, Leonhard ada di pesta sang klien.Dari jauh, Aruna yang diantar sekuriti night club bisa menemukan Leonhard di salah satu meja di mana ada banyak pengusaha muda lainnya dan si empunya hajat duduk di sana.Revan bangkit dari kursi saat mendapati sosok Aruna mendekat.“Selamat ulang tahun, Pak Revan.” Aruna menyerahkan paperbag kepada asisten Revan sebelum berjabatan tangan dengan pria itu.Dia pura-pura tidak melihat Leonhard, tatapannya fokus tertuju pada Revan.“Terimakasih Bu Aruna.” Revan tidak berani mengecup pipi kiri dan kanan Aruna seperti kepada tamu wanita lainnya mengingat sang gadis memiliki empat kakak laki-laki yang brutal.“Senang sekali ada yang mewakili dari Gunadhya menghadiri pesta kecil aku ini.” Revan merendah, padahal night club telah dibooking oleh pria itu khusus merayakan pesta ulang tahunnya malam ini.“Papi titip salam, beliau enggak bisa datang….” Aruna menyampaikan sebuah pesan dusta.“Ya, aku mengerti … malam kemarin sa
“Leon, bisa antar Aruna ke mejanya? Gue mau urus si brengsek ini dulu,” kata Revan meminta tolong.“Tentu …,” kata Leonhard dengan senang hati membawa Aruna ke meja mereka tadi yang sekarang kosong.“Aku bilang apa? Ini yang aku takutkan.” Leonhard menggerutu dan sekarang keposesifan Leonhard sudah tidak lucu lagi bagi Aruna.“Bisa diem, enggak?” Aruna jadi kesal tapi raut wajahnya justru tampak lucu di mata Leonhard.Aruna meraih gelas yang tadi tersisa isinya setengah lalu menenggaknya hingga habis.Minuman itu beralkohol cukup tinggi sampai membuat Aruna oleng lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan mata terpejam.“Aruna,” panggil Leonhard memastikan Aruna sadar.“Leon … gerah,” kata Aruna hendak membuka gaunnya.“Aruna.” Leonhard menjauhkan tangan Aruna dari gaunnya.“Aruna kenapa?” Revan datang untuk mengecek keadaan Aruna, dia khawatir besok akan datang salah satu Gunadhya lalu menggantung lehernya.“Dia sepertinya mabuk, gue
“Arunaaaa.” Leonhard menggeram serak saat menempelkan miliknya tepat di atas milik Aruna yang telah memerah karena keganasan jari-jarinya.“Aaah, Leon ….” Benda hangat tapi keras itu membuat Aruna kalang kabut.“Kamu boleh nolak, Aruna … aku enggak akan memaksa,” kata Leonhard sambil menggesekkan miliknya menggoda Aruna.Bagaimana Aruna bisa menolak kenikmatan di depan mata apalagi dia sendiri mencintai Leonhard.“Aruna ….” “Leon ….” Sesekali Leonhard mencoba masuk tapi Aruna masih sangat sempit jadi ketika dia memaksa, Aruna akan menggelinjang bersama pejaman mata erat.Leonhard mengecup kening Aruna dalam, lalu kecupan demi kecupan menyambar hidung dan bibir Aruna kemudian turun ke pipi lalu ke leher.Leonhard meraup puncak di dada Aruna lagi bergantian agar adil sementara jarinya kembali menstimulasi bagian inti Aruna di bawah sana.Kecupan Leonhard tidak berhenti di dada, turun terus ke perut kemudian pindah ke paha.“Leon … ma
“Aruna … kamu benar enggak tahu kalau aku udah menikah?” Leonhard sanksi karena papi Arkana dan Reyzio mengetahui tentang ini malah papi Arkana pernah menitip salam untuk pak Handoko.“Memangnya kamu pikir cewek kaya aku mau jadi pelakor? Aku bahkan bisa mendapatkan putra mahkota Kerajaan di Negara Eropa, Leon!” Aruna meninggikan suara, menatap nyalang Leonhard dengan wajah marah padam.Dia turun dari atas ranjang sambil mengapit selimut di ketiak, memungut pakaian yang tadi malam Leonhard tanggalkan dengan penuh hasrat.“Aruna … dengarkan aku dulu.” Leonhard memburu Aruna lalu mencekal kedua lengannya menghentikan Aruna yang hendak memakai pakaian.“Apa? Kamu bohongin aku apa lagi?” Aruna mendongakan dagunya menantang disertai suara lantang.“Aku enggak pernah bohongin kamu Aruna, demi Tuhan … aku pikir kamu tahu tentangku.” Sorot mata Leonhard tampak nanar memohon.“Dan demi Tuhan juga aku enggak tahu tentang kamu, memangnya kamu siap? Aktor Hollywood? Aktor Korea atau Aktor I
Aruna pulang ke apartemen meski sebenarnya dia bisa saja pulang ke rumah lalu mengadu kepada kakak laki-lakinya maka tidak lama kemudian Leonhard akan menanggung akibat dari perbuatannya.Tapi sekali lagi atas dasar cinta, Aruna tidak melakukanya, dia tidak tega membuat Leonhard babak belur dan menghancurkan pria itu mengingat hidup Leonhard sangat berat di masa mudanya dan alasan kenapa Leonhard menikah dengan Nova sangat masuk akal bagi Aruna.Kakak sepupunya Kanaya menikah dengan pengusaha asal Newyork karena bisnis begitu juga dengan kakak sepupunya yang lain bernama Zyandru.Jadi merupakan hal yang lumrah dan Aruna tidak heran lagi kalau pernikahan dijadikan jaminan untuk melakukan merger perusahaan yang sangat menguntungkan.Sampai di apartemen, Aruna mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower sambil berderai air mata.Baru kali ini Aruna merasakan patah hati yang begitu hebat, rasanya sangat menyakitkan sampai sekujur tubuhnya bergetar.Bukan hanya keperawanannya yang hi
Aruna : Leon.Satu kata itu Aruna kirim dalam pesan singkat kepada Leonhard.Setelah bernegosiasi dengan Nova, Aruna jadi lebih berani menunjukkan kepemilikannya kepada Leonhard.Untuk yang pertama kali, dia menghubungi Leonhard lebih dulu di luar urusan bisnis.Leonhard yang tengah berkutat dengan MacBooknya tersenyum membaca pesan dari Aruna.Leonhard : Kamu merindukanku?Balasan Leonhard membuat Aruna juga tersenyum.Aruna : Sangat, bisa kamu datang ke apartemenku?Leonhard mengirim emotikon terkejut dengan mata dan mulut membulat serta kedua tangan menangkup pipi.Aruna balas mengirim emotikon tertawa hingga meneteskan air mata.Aruna : Ada yang ingin aku bicarakan.Dan seketika senyum di bibir Leonhard memudar, dia curiga hubungannya dengan Aruna akan kandas.Leonhard tidak langsung membalas, dia masih membuka ruang pesan dengan Aruna dan menatapnya berlama-lama.Aruna : Aku rindu.Leonhard mengangkat kedua a
Pesawat telepon yang ada di atas meja kerja Aruna berdering.Dia meraih gagang telepon lalu menempelkannya di telinga.“Bu … ada bu Nova telepon.” Tasya memberitahu terdengar ragu.“Sambungkan,” titah Aruna dengan jantung berdebar kencang.“Baik, Bu.” Setelah nada bip, Aruna tahu kalau telah tersambung dengan Nova.“Hallo?” Aruna bersuara lebih dulu.“Kita harus bicara.” Seenaknya Nova memerintah.“Bicaralah,” kata Aruna santai.“Temui aku di coffe shop sebelah gedung kantor kamu.” “Lalu kamu akan mencekikku lagi?” Aruna tertawa sumbang. “Jangan berharap!” serunya dengan nada meledek.“Mana mungkin aku mencekikmu di depan banyak orang!” Nova meninggikan suara.Aruna termenung sedang menimbang.“Kita bicara baik-baik atau ….” Kalimat Nova menggantung.“Atau apa?” tantang Aruna kesal.“Kalau kamu menghancurkanku maka aku juga enggak segan menghancurkanmu dan Leon.” Mendengar nama Leonhard disebut membuat Aruna akhirnya mengiyakan pertemuan itu.Aruna belum sempat disku
“Aruna serius ya waktu minta kalian melupakan kejadian kemarin, biarkan Aruna selesaikan ini sendiri dulu …,” kata Aruna memohon di tengah sarapan pagi di rumah papi.Berhubung tidak ada cedera serius di tubuh Aruna dari hasil pemeriksaan kemarin maka dokter mengijinkan Aruna pulang.“Iya sayang,” kata papi cepat menghindari perdebatan.“Tapi kami tetap ngawasin kamu ya, De.” Narashima buka suara.Tubuh Aruna kaku menatap Narashima dengan kedipan mata cepat.“Terserah … kalau enggak capek mah.” Kalau Aruna terang-terangan menolak pasti mereka akan curiga jadi memilih kalimat tersebut. “Lagian memangnya apa yang bisa Nova lakuin sama Aruna? Apartemen Aruna deket dari kantor, Aruna dianter jemput driver, apartemen Aruna juga dijaga ketat.” Tapi menambahkan alasan-alasan agar sang kakak tidak perlu mengkhawatirkannya, pasalnya dia jadi tidak leluasa bertemu Leonhrad jika diawasi terus.“Kalau gitu tugas kamu menghandle pak Leon—papi alihkan ke bu Maria-atasan kamu,” kata papi santa
“Aku baik-baik saja …,” kata Aruna menatap Enzo dengan binar di mata yang menunjukkan penuh cinta meski sebenarnya palsu.“Maaf aku baru sampai, tadi aku sedang meeting sewaktu mendapat kabar tentangmu … aku baru membaca pesan Ghaza setelah meeting selesai.” Enzo tampak menyesal, dia mengecup lagi kening Aruna.“Eeeuhhh ….” Papi Arkana yang benar-benar jengah bangkit dari kursi.“Aku mengerti dan lagi aku baik-baik aja, sayang.” Nada suara Aruna tercetus manja membuat senyum Enzo berubah kaku karena mendapatkan balasan manis tersebut.“Apa yang terjadi?” Enzo bertanya, maksudnya apa yang terjadi dengan Aruna sampai dilarikan ke rumah sakit dan apa yang terjadi dengan Aruna sampai bersikap manis.Seingatnya mereka tidak sedang menutupi aib Leonhard.“Kamu tahu istrinya Enzo yang waktu itu ketemu di pesta?” Aruna ceritanya sedang mengadu.“Iya … ada apa dengannya?” Enzo mendengarkan dengan serius.“Dia cemburu karena pak Leon dan aku sering berhubungan tentang bisnis, tadi dia d
Aruna tampak cemas, netranya terus memindai ke arah dinding kaca yang membatasi ruang MRI karena di sana kedua orang tua dan keempat kakak laki-lakinya telah berkumpul memandanginya sambil mengobrol dan yang membuat Aruna semakin gelisah adalah sorot mata serta raut wajah mereka tampak serius.Bagaimana kalau mereka mengintrogasi Tezaar dan Tasya?Bagaimana kalau mereka tahu hubungannya dengan Leonhard?Mata Aruna memanas seiring tubuhnya bergerak masuk ke sebuah lubang mesin.Padahal dokter mengatakan memar di leher Aruna tidak serius juga mata Aruna yang merah bukan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di mata, Aruna sendiri sudah mengatakan kalau dia baik-baik saja tapi papi memaksa menginginkan Aruna melakukan banyak pengecekan agar beliau tenang dan yakin kalau apa yang dilakukan Nova tidak berdampak buruk baginya.“Leon … maafin aku.” Aruna bergumam kemudian terisak.Aruna merasa bersalah kalau sampai Leonhard dihabisi oleh papi dan keempat kakaknya.Semestinya dia men
“Udah tukang selingkuh, kriminal lagi! Ternyata putri kesayangan pak Handoko psikopat!” teriak Aruna dengan mata merah setelah dicekik Nova tadi.“Ada apa ini?” Suara berat papi menggelegar dari ambang pintu membuat semua orang menoleh ke sana.Deg!Jantung Aruna seakan berhenti sepersekian detik, sekali saja Nova buka suara maka habislah Leonhard.“Ya Tuhan, tolongin Leon ….” Batin Aruna melirih penuh permohonan.Nova yang dadanya naik turun karena nafasnya tersengal mulai merapihkan rambut dan pakaiannya.Lalu melangkah mendekati Aruna tapi Aruna langsung beringsut di sofa bersamaan dengan Tasya bergerak ke depan melindunginya.Ternyata Nova hanya ingin memungut bukti perselingkuhan dirinya yang berserakan di lantai, Aruna hendak merebut kembali tapi Tasya menahan tangannya.Gadis itu menggelengkan kepala dan dengan sorot matanya memberi tahu Aruna kalau dia menyimpan copyannya.Akhirnya Aruna membiarkan Nova mengambil bukti-bukti yang sebagian telah sobek itu.“Urusan kit
Sudah beberapa hari Leonhard tidak memberi kabar.Apa mungkin pria itu marah gara-gara Aruna mengundang Enzo untuk menutupi hubungan mereka?Atau mungkin Leonhard sedang sibuk kerja?Aruna menghela nafas berat, punggungnya melorot bersandar pada sandaran kursi kebesarannya yang tinggi.Setelah menatap beberapa detik ponselnya yang tergeletak di atas meja, Aruna mengulurkan tangan meraihnya.Mengotak-atik sebentar membuka ruang pesan dengan Leonhard namun kosong, tidak ada chat dari pria itu.Seingatnya dulu Leonhard sering menghubunginya tapi semenjak kepergiannya ke Korea beberapa waktu lalu—mereka jarang bertukar kabar melalui chat.Bisa jadi saat itu lah tuan Andy Lee memberikan target kepada Leonhard, Aruna sedang berpikiran positif.Kembali helaan nafas terbuang berat, Aruna memejamkan mata membayangkan Leonhard yang berjuang keras untuk perusahaannya hingga babak belur dan tertatih-tatih namun akhirnya dia gagal kemudian perselingkuhan Nova terbongkar, hubungannya dengan
“Papiiii!” Aruna berhamburan memeluk sang papi menyambut kedatangan beliau dari bulan madu.Papi Arkana memeluk Aruna lalu membawanya ke kiri dan ke kanan.“Jadi cuma papi aja yang kamu kangenin? Mami enggak?” Mami Zara misuh-misuh.“Kangen juga donk!” Aruna mengurai pelukan dengan papi untuk memeluk sang mami namun Reyzio dan Narashima menghalangi dengan memeluk mami dari sisi kiri dan kanan kemudian mencium pipi beliau yang terasa lembut.“Jangan maruk kamu,” kata Reyzio mendelik pada Aruna lalu mengecup pipi mami kembali membuatnya tergelak.“Hu’uh … dasar maruk.” Narashima menimpali. “Apa sih!” Aruna memberengut.“Papiiiiii!” Lalu merengek melaporkan kelakuan kedua kakaknya.Papi Arkana tergelak meningkahi manjanya Aruna, merangkul pundak sang putri lalu membawanya masuk ke dalam rumah.“Papi lama banget bulan madunya, jangan sampai ya Aruna punya adik lagi.” Aruna mengeluh.“Enggak lah sayang, Mami pake KB yang paten dijamin mu
Setelah drama tangis penuh permohonan Nova tadi selesai, mereka melanjutkannya dengan pergulatan manis di atas ranjang.Entah kenapa Dewa tidak pernah bosan bercinta dengan Nova, bahkan kali ini hasratnya semakin menggebu karena ditunggangi emosi mengingat kalau Nova juga bercinta dengan Leonhard, meski menurut pengakuan wanita itu selama tiga tahun menikah sangat jarang bercinta dengan Leonhard. Dewa percaya karena Nova lebih banyak bersamanya dari pada Leonhard.Pria itu meremas bokong Nova yang telungkup di atas ranjang sementara dirinya duduk dengan punggung tegak menghentak dari belakang.Wajah cantik yang tengah dirundung kenikmatan sampai memejamkan mata erat itu bisa Dewa lihat dari pantulan cermin di samping ranjang.“Dewaaaa ….” Nova menggeram karena Dewa menghentaknya lebih cepat disertai rematan di bokong yang semakin kuat.Nova menahan nafas, menggigit bibir bagian bawahnya tatkala gelombang dahsyat itu menggulung diikuti erangan panjang D