"Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah.
"Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel.
"Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina.
"Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel.
"Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina.
"Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah.
"Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya, saya juga tidak pernah sekalipun tertarik pada anda" Catalina berdiri sembari menghapus air mata nya.
"Dusta, perempuan sepertimu apalagi yang kamu inginkan kalau bukan kedudukan dan kekuasaan di negara ini" ucap Daniel.
Plak, Catalina menampar Daniel.
"Saya memang terlahir dari keluarga yang sudah mempunyai kedudukan di negara ini tapi bukan berarti saya menginginkan posisi sebagai ratu bahkan istri dari anda yang mulia. Pergilah anda dari kamar saya, saya anggap anda tidak pernah membicarakan ini dengan saya. Malu rasanya saya menikah dengan orang yang tidak bisa berkata baik bahkan telah menuduh saya dengan tuduhan yang merendahkan harga diri saya sebagai perempuan" Catalina menunjuk pintu keluar.
"Kau!, kau pikir dirimu siapa, hah?" berani-berani nya kamu menamparku!" teriak Daniel.
"Kalau anda marah karena saya memukul anda, pukul saya sekarang" Catalina menghadapkan pipinya pada Lee Kwon.
"Dasar perempuan gila" ucap Daniel menunjuk kan jari telunjuk nya pada wajah Catalina.
"Kalau anda sudah tahu saya gila, pergi dari sini atau ceraikan saya" Cataline tersenyum sinis pada Daniel.
"Aku akan membiarkanmu kali ini, tapi bersiap-siaplah kamu, kebebasanmu tidak akan lama. Aku pastikan itu" ancam Daniel.
"Aku tunggu yang mulia, pintunya ada di sebelah sana silahkan pergi dari sini" Catalina mengusir Daniel.
Catalina terduduk di tempat tidurnya, dia tidak menyangka mengalami kejadian menyedihkan di malam pernikahannya.
"Kalau bukan karena Ayah dan Ibu, aku tidak akan sudi menikah dengan pria itu" ucap Catalina.
"Aku perintahkan kalian semua yang ada di sini, jangan perbolehkan wanita itu keluar dari kamarnya selama tiga hari, ini adalah hukuman yang harus ia terima" ucap Daniel pada para pengawal dan pelayan yang berjaga di istana Catalina.
"Baik yang mulia, siap laksanakan" ucap para pengawal dan pelayan.
Setelah Daniel pergi para pelayan yang berada di luar kediaman Catalina saling berbisik membicarakan majikan mereka.
"Sepertinya memang benar yang mulia masih belum bisa melupakan nona Alicia, kasihan sekali" bisik salah satu pelayan.
"Benar sekali kata mu, perempuan yang menggantikan putri Alicia memang tidak bisa meluluhkan hati raja Daniel" ucap pelayan yang lain.
Sejak kejadian malam itu munculah gosip mengenai Catalina sebagai ratu yang diabaikan oleh suaminya sendiri di malam pernikahan.
"Bukankah nona Aurora adalah sahabat baik dari Daniel?" tanya Catalina pada Agatha asisten pribadinya.
"Benar yang mulia, Raja ingin mengangkat nona Aurora sebagai selir agung" jelas Agatha.
"Aku sudah baca dilaporan ini, hanya saja aku tidak menyangka dia menjadikan Agatha sebagai selir agung bukannya ratu" ucap Catalina menyutujui pengangkatan Aurora sebagai selir agung atas permintaan Daniel.
"Yang mulia tidak boleh berbicara seperti itu, kalau orang luar dengar bisa muncul gosip yang aneh-aneh lagi nanti" nasehat Agatha
"Haha, aku tidak peduli. Lagi pula aku cuma bingung kalau Daniel akhirnya mengangkat Agatha sebagai selir agung kenapa tidak sekalian menjadikan perempuan itu ratu di negara ini mendampingi dia, hidupku kan jadi tidak akan serumit sekarang" jelas Catalina pada Agatha.
"Kirim surat pengangkatan ini ke kediaman Aurora" perintah Catalina pada Agatha.
"Baik yang mulia" Agatha undur diri dari ruang kerja Catalina.
"Sudah satu tahun aku tinggal di kediaman ini, memang awalnya tidak berjalan baik tapi aku bersyukur ayah dan ibu Daniel mendukungku penuh. Kalau bukan karena mereka mungkin aku akan memilih kabur dan hidup tanpa di desa" ucap Catalina melihat pemandangan luar dari ruang kerjanya.
"Yang mulia, anda tidak perlu memberikan gelar pada saya" ucap Aurora yang tengah makan malam bersama Daniel.
"Kau sudah menerima pemberitahuannya?" tanya Daniel.
"Sudah yang mulia, tadi siang utusan ratu datang kediaman saya" jawab Aurora.
"Cepat sekali kerjanya" Daniel tersenyum licik.
"Yang mulia, saya senang anda setiap hari datang ke sini menemani saya meskipun anda sibuk dengan tugas anda sebagai raja" ucap Aurora sembari melihat Daniel yang tengah mengunyah makanannya.
"Benarkah, kalau begitu kemarilah" ucap Daniel.
Perempuan itu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kursi Daniel.
"Apa yang harus saya lakukan yang mulia" ucap Aurora manja.
"Beri aku hadiah" Daniel menyodorkan pipinya.
Aurora mencium pipi Daniel dengan mesra, perempuan itu kemudian memeluk Daniel yang masih duduk di kursi.
"Kembalilah ke kursimu dan segera habiskan makananmu" ucap Daniel sambil memegangi tangan Aurora yang masih menggelantung di lehernya.
"Aku rasanya kenyang karena terlalu senang hari ini" ucap Aurora tersenyum bahagia.
"Apa mau aku suapi?" tanya Daniel.
"Tidak, aku akan kembali ke kursiku untuk makan" Aurora berjalan ke tempat duduknya lagi.
"Kau ini, benar-benar" pria itu menggelengkan kepalanya melihat kelakukan Aurora yang tidak bisa ditebak.
"Yang mulia" ucap Benicio memberi salam pada Daniel dan Aurora di meja makan.
"Apa ada yang penting?" tanya Daniel.
"Ratu mengirim surat barusan pada anda" Benicio memberikan surat pada Daniel.
"Awasi perempuan ini, aku izinkan dia pulang ke rumah selama satu minggu" ucap Daniel setelah membaca surat Catalina yang meminta izin untuk pulang ke rumah karena sudah satu tahun tidak mengunjungi rumahnya.
"Baik yang mulia" Benicio undur diri dari hadapan Daniel.
"Ada apa yang mulia?, kenapa wajah anda jadi masam seperti itu?" tanya Aurora.
"Bukan apa-apa lebih baik kita lanjutkan makan dan jangan memikirkan hal lain" ucap Daniel sembari senyum pada Aurora.
Daniel dan Catalina tidak pernah berbincang ataupun bertemu setelah malam pernikahan mereka. Daniel terlihat marah saat membicarakan ataupun mendengar nama Catalina disebut di depannya. Pria itu menyimpan rasa benci yang luar biasa pada perempuan yang telah dinikahinya itu.
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam."Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar."Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu."Lalu?" tanya Catalina."Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius."Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen."Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah."Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel."Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih men
"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel."Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih men
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam."Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar."Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu."Lalu?" tanya Catalina."Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius."Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen."Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah."Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah."Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel."Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina."Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel."Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina."Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah."Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya,