"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel.
"Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih menyimpan perasaan pada pria lain?" tanya Daniel."Menurutmu?" ucap Catalina."Aku pikir kau akan senang karena itu bisa menjadi alasan untukmu kabur dari istana" jawab Daniel."Aku hanya merasa tidak cocok dengan kehidupan di istana, sungguh disayangkan karena Alicia meninggal dan merubah segalanya" ucap Catalina."Aku minta maaf atas perlakuan tidak manusiawi dan kekanak-kanakan yang pernah aku lakukan padamu" ucap Daniel."Sebentar, ini sebenarnya yang mengganjal hatiku selama ini. Aku pikir kamu begitu membenciku dan bahkan tidak ingin melihatku di istana tapi kenapa sekarang kamu merubah perlakuanmu padaku?, apa karena aku sudah menyelamatkanmu tadi malam?" tanya Catalina."Aku tidak akan menjawab pertanyaan itu sampai waktu yang tidak ditentukan" jawab Daniel singkat."Terserahlah, mau kau jawab atau tidak aku tidak peduli" Catalina terlihat kecewa.Perempuan itu mempercepat langkahnya dan mendahului Daniel."Hei tunggu, tidak bisakah kau berjalan lebih lambat punggungku rasanya sakit" teriak Daniel."Siapa yang suruh" omel Catalina. Peremuan itu menghentikan langkahnya dan menunggu Daniel."Aku dengar kabar kalau pelaku pembunuh Alicia belum ketemu sampai sekarang?" tanya Catalina.Daniel diam, dia ragu perlu mengatakan pada Catalina atau tidak karena dia masih belum mempercayai Catalina."Aku tidak tahu" jawab Daniel singkat."Kenapa kau bisa menjawab sesantai itu hah?" tanya Catalina."Apa yang membuatmu mempedulikan ini?" tanya Daniel balik."Kau gila, dia adalah perempuan yang kamu cintai sudah sepantasnya dia mendapat keadialan bukan?" Catalina berhenti di depan Daniel dan memukul dada pria itu dengan pelan."Meskipun bukan dia, bukankah setiap orang berhak mendapat keadilan" Catalina menggengam tangannya dengan erat dan berhenti memukul Daniel."Jangan pikirkan masalah itu, aku yang akan menyelesaikan semuanya" Daniel memegang tangan Catalina."Kau yakin?" tanya Catalina.Pria itu menatap Catalina dan kemudian berjalan tanpa memberi jawaban pada perempuan itu."Benar-benar aku bisa gila kalau menghadapi orang seperti ini, untungnya orang yang aku temui semua normal dan tidak ada yang seperti dia" omel Catalina."Cepat jalannya, jangan mengomel sendirian di hutan itu tidak baik" ucap Daniel."Dasar telinga kelelawar, omelanku pun masih bisa terdengar di telinganya" ucap Catalina menyusul Daniel yang berjalan di depan.Setelah berjalan melewati rimbunan pohon, Daniel dan Catalina keluar dari Pesado. Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju rumah Catalina."Akhirnya sampai juga, kau bisa pulang sekarang" ucap Catalina pada Daniel. Mereka berdua berada di depan pintu gerbang rumah Catalina."Kau mengusirku?" tanya Daniel."Apa lagi sekarang?, cepat pergi jangan membuat kesabaranku habis" Catalina mengusir Daniel."Paling tidak biarkan aku makan dan minum di sini" ucap Daniel."Tidak, aku tidak mengizinkanmu, bisa bahaya kalau ada yang tahu kamu ikut pulang bersama ku" ucap Catalina."Kau benar-benar tidak punya hati nurani" Daniel kesal."Aku belajar semuanya darimu" Catalina tersenyum licik pada Daniel."Kau ini, apa yang salah kalau suami-istri pulang bersama?" tanya Daniel."Tidak ada, hanya saja kita bukan pasangan pada umum nya yang bisa seperti itu, jadi pulanglah. Apa aku perlu mencarikan orang untuk mengantar mu kembali ke istana?" tanya Catalina."Tidak perlu aku bisa sendiri" Daniel membalik kan tubuhnya dan bergegas pulang."Catalina" teriak suara Elena pada putri nya yang baru pulang."Ibu" ucap Catalina mendengar suara Ibu nya."Hei, cepat pergi dari sini, nanti Ibu bisa melihat mu" ucap Catalina pada Daniel.Pria itu tersenyum licik dan berteriak di pintu gerbang."Ibu mertua" teriak Daniel.Elena yang mendengar suara Daniel berjalan menuju pintu gerbang menemui Catalina dan pria yang pulang bersama dengan anaknya."Yang mulia anda di sini, kenapa tidak masuk?" tanya Elena."Putri anda bilang saya tidak boleh masuk dan hanya mengantarnya sampai pintu gerbang" ucap Daniel. Catalina terlihat kesal dengan pengakuan Daniel pada Ibunya."Ibu aku bisa jelaskan, aku menyuruhnya pulang karena tugas kenegaraannya banyak itu saja" kilah Catalina.Elena menggelangkan kepalanya, "kau seharusnya tidak berprilaku seperti itu" sambil menjewer telinga putrinya itu."Ibu, sakit" rengek Catalina."Yang mulia anda pasti lelah mari masuk, tapi kalian dari mana?" tanya Elena ingin tahu."Seperti biasa, aku hanya mengajaknya berjalan-jalan karena merindukan putri anda" jawab Daniel dengan cepat."Kau seharusnya pamit pada Ibu kalau mau bertemu dengan yang mulia, untuk apa sembunyi-sembunyi" Elena menasehati putrinya."Ibu percaya dengan apa yang orang ini katakan" ucap Catalina kesal."Tentu saja, dia kan menantu Ibu dan pemimpin negara ini" jawab Elena."Baiklah-baiklah aku tidak akan menang" Catalina mengalah.Mereka bertiga masuk ke rumah bersamaan, ini kali pertama Daniel mengunjungi rumah mertuanya."Kalian naiklah ke atas untuk membersihkan diri aku kan meminta pelayan membawakan baju untuk yang mulia" ucap Elena."Aku rasa, kau bisa tidur di ruang tamu bukan?" tanya Catalina pada Daniel."Kenapa seperti itu, kalian kan sudah menikah jadi tidak perlu pisah kamar bukan?, sana cepat naik" Elena mendorong Daniel dan Catalina naik ke lantai atas menuju kamar Catalina."Sudah aku kira firasat burukku benar" Catalina mengomel pada Daniel tapi pria itu terlihat bahagia."Masuklah duluan dan mandilah, aku akan menunggu pelayan mengantar bajumu ke sini" ucap Catalina."Tunggulah di dalam kamar, jangan membuat Ibu berpikir hubungan kita tidak baik" ucap Daniel.Catalina mendengkus kesal karena lagi-lagi perkataan Daniel memang benar."Baiklah" Catalina mengiyakan perkataan Daniel.Perempuan itu merapikan dokumen yang ada di ruang kerja di dalam kamarnya dan menyembunyikan kertas yang ia dapat dari pelayan Alicia di sebuah kotak rahasia di belakang lemari bajunya saat Daniel mandi."Aman" ucap Catalina lega.......................................................................................
Tok tok tok, Catalina mengetuk pintu kamar mandi.
"Bajumu" ucap Catalina singkat.Daniel membuka pintu dan mengambil baju ganti dari tangan Catalina."Terima kasih" ucap Daniel."Tidak usah sungkan" Catalina tersenyum dengan wajah terpaksa."Kemarilah" Catalina meminta Daniel duduk di tempat tidur setelah keluar dari kamar mandi."Kenapa?" tanya Daniel."Jangan banyak bicara, kemari dan duduklah" ucap Catalina.Daniel mengikuti kemauan Catalina, pria itu duduk di tempat tidur Catalina."Sekarang buka kancing bajumu" perintah Catalina."Kau tidak sedang" ucap Daniel menoleh pada Catalina."Jangan berpikiran kotor, aku hanya mau mengobati lukamu" ucap Catalina singkat.Daniel tersenyum, pria itu mulai membuka kancing bajunya, sedangkan Catalina menutup matanya saat Daniel melepas bajunya."Sudah, buka matamu" ucap Daniel."Kenapa badanmu penuh luka seperti ini?" tanya Catalina melihat punggung Daniel yang banyak bekas luka."Apakah kau takut?" tanya Daniel."Tidak hanya saja aku sedikit kaget, pasti sakit ya?" tanya Catalina sembari mengobati luka dipunggung Daniel."Lumayan" ucap Daniel."Luka-lukamu ini kamu dapat dimana?" tanya Catalina."Kau mau aku menyebutkannya satu persatu?" tanya Daniel balik."Tidak perlu, cepat kenakan bajumu lagi" ucap Catalina setelah selesai mengobati dan memperban punggung Daniel."Baiklah, cepatlah mandi" ucap Daniel."Tidak perlu kau suruh aku juga akan melakukannya" Catalina turun dari tempat tidurnya."Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah."Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel."Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina."Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel."Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina."Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah."Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya,
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam."Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar."Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu."Lalu?" tanya Catalina."Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius."Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen."Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah."Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel."Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih men
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam."Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar."Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu."Lalu?" tanya Catalina."Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius."Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen."Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah."Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah."Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel."Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina."Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel."Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina."Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah."Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya,