"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam.
"Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar.
"Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu.
"Lalu?" tanya Catalina.
"Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius.
"Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.
Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen.
"Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah.
"Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
Pelayan itu menggangguk mengiyakan pernyataan Catalina.
"Tapi bagaimana bisa? bukankah Aurora bersahabat baik dengan Daniel?" tanya Catalina penuh ketidak percayaan.
"Sebenarnya nona Aurora tidak baik seperti yang terlihat yang mulia, Alicia sering kali mendapat ancaman tidak menyenangkan dari Aurora semenjak Alicia masuk istana dan dicintai oleh raja Daniel.
"Tunggu sebentar, maksud mu Aurora tidak suka pada Alicia karena telah merebut Daniel dari hidupnya?" tanya Catalina.
"Benar yang mulia" jawab pelayan misterius.
"Aku tidak semudah itu percaya dengan perkataan mu, tuduhan pada Aurora yang hanya sebatas sapu tangan ini tidak akan kuat. Butuh banyak bukti yang menguatkan tuduhan ini pada nya, apalagi sekarang dia sudah mendapat gelar lebih tinggi di istana" jelas Catalina.
"Nona Alicia mempunyai catatan pribadi, dia menuliskan apa yang dia rasakan selama hidup di istana termasuk tentang kebencian Aurora pada nya" jawab pelayan misterius.
"Bukti itu dimana sekarang?" tanya Catalina.
"Bukti itu masih saya simpan di tempat yang aman yang mulia. Saya hanya berharap anda bisa membantu nona Alicia" ucap pelayan misterius.
Catalina menganggukkan kepala sembari berpikir dan juga memahami semua pernyataan pelayan itu pada nya.
"Kenapa kau tidak menyampaikan ini pada raja Daniel? bukankah akan lebih mudah jika dia tahu semua ini?" tanya Catalina.
"Saat saya menemukan mulut putri Alicia yang mengeluarkan banyak darah di istana, dia membisikkan nama anda pada saya karena itulah saya memberanikan diri meminta tolong pada anda" ungkap pelayan misterius.
"Aku paham dengan semua perkataan mu, hanya saja yang masih membingungkanku adalah bagaimana bisa dia tidak menceritakan tekanan yang ia alami pada Daniel. Bukankah dia sangat mencintai Alicia?. Kalau saja Alicia berani mengatakan apa yang ia alami pasti Daniel akan mempercayai perkataannya." ucap Catalina.
"Tidak semudah itu yang mulia, sebenarnya ada alasan kenapa sampai akhirnya nona Alicia menyimpan kesedihan yang dialami seorang diri. Hamba dengar dari nona Alicia kalau raja Daniel pernah berkata tidak senang pada orang yang menjelekkan nama Aurora dihadapannya, itulah mengapa nona Alicia tidak menceritakan apapun yang ia alami pada raja Daniel" jelas pelayan misterius.
"Aku paham sekarang, perempuan itu begitu baik sampai memilih diam, karena tidak ingin menyakiti hati Daniel yang begitu mempercayai Aurora" ucap Catalina.
"Baiklah aku akan mencoba membantu mu untuk mengungkap semua ini, tapi ini akan membutuhkan cukup waktu meskipun ada saksi dan bukti kita masih harus mencari bukti atau saksi lain yang membuat Aurora tidak bisa menyangkal kejahatannya" ucap Catalina.
"Saya paham maksud anda yang mulia, saya akan membantu anda untuk keadilan nona Alicia" ucap pelayan meyakinkan.
"Keberadaanmu sangat penting sekarang, kamu tidak bisa berkeliaran di sembarang tempat, nanti ikutilah Agatha asisten pribadi ku dia akan mengurus keselamatanmu dan untuk bukti yang ada berikan pada nya akan aku baca dan aku pelajari dengan baik. Percayalah kamu akan aman di tempat baru yang sudah aku siapkan untuk mu" jelas Catalina.
"Baik yang mulia saya akan mengikuti apa yang anda katakan" ucap pelayan misterius yang ternyata bernama Fabiola.
Mereka akhirnya berpisah, Catalina berjalan seorang diri menuju rumah sedangkan Agatha mengantar Fabiola. Hari itu langit mulai gelap, untuk kembali ke rumah Catalina harus melewati hutan yang dikenal dengan nama Pesado.
"Yang mulia anda mau pulang sekarang?" tanya Benicio.
"Iya, kita pulang sekarang saja" ucap Daniel setelah mengunjungi makam Alicia.
Makam Alicia berada di satu daerah dengan rumah Catalina. Rumah Catalina berada di daerah yang bernama Castidad. Jarak Castidad ke ibu kota tidak terlalu jauh hanya membutuhkan tiga jam perjalanan dengan menaiki kuda.
"Tidak kah kita beristirahat dan bermalam di sini saja yang mulia, hari semakin gelap dan kita tidak membawa penerangan?" tanya Benicio. Mereka bertiga (Daniel, Benicio, dan Eberardo) berjaran memegangi tali kuda masing-masing di dalam hutan.
"Baiklah kalau begitu?" Daniel mengiyakan saran Benicio.
Desingan anak panah tiba-tiba meluncur mengenai kuda mereka dan juga melukai lengan Eberardo. Mereka diserang segerombolan orang tidak dikenal yang berjumlah enam orang.
"Apa mau kalian?" tanya Benicio yang berdiri di depan Daniel, sedangkan Eberardo berada di belakang Daniel.
"Jangan banyak bicara, serang mereka" ucap salah satu dari gerombolan orang tidak dikenal itu.
Daniel mengambil pedang yang di bawa nya dan menyerang balik dua orang yang berniat menghunuskan pedang pada nya. Sedangkan Eberardo dan Benicio juga disibukkan untuk mengalahkan gerombolan orang yang juga menyerang mereka.
Kemampuan pedang gerombolan orang yang menyerang Daniel dan bawahannya itu tidak main-main. Mereka ahli menangkis setiap serangan yang diluncurkan oleh Daniel. Posisi mereka semakin terdesak.
"Yang mulia, kami akan menghadapi mereka, anda pergilah dari sini" ucap Eberardo.
"Tidak, aku akan tetap di sini, ayo kita kalahkan mereka" ucap Daniel dengan penuh semangat.
Mereka bertiga kembali menyerang gerombolan musuh, sembari menahan kesakitan Eberardo menangkis pedang yang mengarah pada tubuhnya. Pria itu berhasil menghunuskan pedangnya pada salah seorang musuh.
Salah satu dari gerombolan musuh menebarkan bubuk pada Eberardo dan juga Benicio sehingga membuat kedua orang itu pingsan. Daniel satu-satunya yang masih bertahan, dia bersiap-siap mengalahkan lima orang musuh yang masih ada.
"Maju kalian, aku tidak takut! gertak Daniel.
Mereka menyerang Daniel secara bersamaan dan berhasil membuat Daniel terjatuh dan kehilangan pedangnya. Daniel mencoba berdiri dengan kekuatan yang masih tersisa.
"Ayo maju" ucap Daniel.
Gerombolan musuh kembali menyerang dan mengenai punggung Daniel. Darah mulai mengalir, baju yang terkena pedang mulai basah. Daniel menahan rasa sakit pada punggungnya dan mencoba berdiri. Namun karena kelelahan pria itu, kembali tersungkur ke tanah.
Desingan pisau meluncur mengenai gerombolan musuh, satu persatu musuh tersungkur karena mengenai leher mereka.
"Dasar kalian, berani-berani nya melawan satu orang yang sudah tidak berdaya" ucap Catalina menampakkan diri setelah menghujani musuh dengan lemparan pisau. Perempuan itu tidak tahu siapa laki-laki yang telah ditolongnya itu.
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel."Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih men
"Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah."Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel."Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina."Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel."Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina."Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah."Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya,
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Apa dulu di kehidupanmu sebelumnya seperti ini?" tanya Daniel."Seperti apa maksudmu? jelaskan lebih rinci" ucap Catalina yang berjalan berdampingan dengan Daniel."Tidak bisa berdiam diri" jawab Daniel"Tentu, hidupku benar tenang dan damai sampai badai itu datang dan merubah kehidupan ku" jawab Catalina."Kau menyesal?" tanya Daniel. Catalina menoleh pada Daniel dan mengangguk mengiyakan tanpa ragu."Aku berharap Alicia tidak meninggal kalau itu terjadi hidupku mungkin akan lebih bermakna dan menyenangkan. Hidup bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa ada nya" ucap Catalina."Apa ada laki-laki yang kamu cintai sebelum menikah denganku?" tanya Daniel.Catalina menaikkan kedua pundak nya, "mungkin ada" ucap Catalina."Apa dia lebih hebat dari ku?" tanya Daniel."Sepertinya" ucap Catalina."Kau tidak takut aku memenjarakanmu karena masih men
Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya."Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya."Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel."Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel."Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya."Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget."Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lew
"Anda sudah datang yang mulia" ucap pelayan misterius yang ditemui Catalina tadi malam."Ehem, jadi apa yang sebenarnya mau kau sampaikan padaku?" tanya Catalina tidak sabar."Seperti yang anda tahu pembunuh putri mahkota Alicia sampai sekarang belum ditemukan dikarenakan tidak adanya saksi yang tersisa saat kejadian itu terjadi" ucap pelayan misterius itu."Lalu?" tanya Catalina."Saya adalah pelayan kepercayaan Alicia, saya bersumpah pada anda kalau saya satu-satunya saksi kunci peristiwa tragis itu" jelas pelayan misterius."Bagaimana aku bisa percaya pada mu sedangkan aku tidak mengenalmu?" tanya Catalina.Pelayan misterius itu berjalan mendekat ke arah Catalina, mereka berdiri dipinggiran sungai Wunderschonen."Jangan menghadap ke belakang" pelayan misterius itu menunjukkan sapu tangan Alicia yang berlumuran darah."Aurora pelakunya?" tanya Catalina setelah membaca tulisan nama yang ditulis Alicia sebelum meninggal.
"Yang mulia" sapa Elena pada putri nya yang baru turun dari kereta kuda."Ibu, senang sekali rasanya bisa bertemu dan memeluk Ibu seperti ini" ucap Catalina terisak."Ibu juga, ayo kita masuk" ajak Elena menggandeng putrinya yang kini menjadi ratu di negara nya itu."Bagaimana kabar yang mulia, apakah semua baik-baik saja?" tanya Elena."Semua baik-baik saja Ibu, kondisi Ayah dan Ibu mertua juga sangat baik" ucap Catalina."Syukurlah, Ibu senang mendengarnya" ucap Elena."Ngomong-ngomong Ibu perhatikan yang mulia sekarang kurusan" celetuk Elena."Benarkah Ibu, mungkin hanya perasaan Ibu saja. Aku merasa badan ku semakin berat untuk berjalan karena terlalu banyak makan di istana" hibur Catalina pada Ibu nya."Mungkin Ibu perlu sesekali berkunjung ke sana untuk bisa menikmati kehidupan nyaman di sana" gurau Elena."Tentu saja kapan Ibu mu ke sana, Catalina akan menyiapkan jamuan spesial untuk Ibu" Catalina merangkul Ibu ny
"Kau pikir aku sudi menyentuhmu, jangan mimpi!" ucap Daniel dengan penuh amarah."Ampun Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang membuat anda marah seperti ini" Catalina mengeluarkan air mata, dia turun dari tempat tidurnya dan berlutut memegangi di kaki Daniel."Singkir kan tanganmu dan jangan buang-buang air mata tidak bergunamu itu" Daniel menyingkarkan tangan Catalina."Jangan kau pikir, hidupmu akan bahagia di istana ini, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Istana ini adalah hukuman untuk semua hal yang telah kamu lakukan" ancam Daniel."Yang mulia, ceraikan saja saya sekarang, saya tahu anda tidak mencintai saya tapi saya lebih tidak tahu apa yang membuat anda semarah ini pada saya" isak Catalina."Hah, cerai tidak akan semudah itu!, kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat" Daniel mendongakkan kepala Catalina dengan mata penuh amarah."Saya tidak menginginkan semua ini, sama hal nya anda yang tidak mencintai saya,